13

266 19 0
                                    


    Sepulang sekolah, Mashiro dengan Risa berbarengan menuju tempat latihan, karena mereka akan perform sehabis ulangan ganjil. Tepatnya, saat acara puncak class meeting, semua eskul akan ditampilkan pada saat itu—itulah sebabnya tim dance menambah waktu latihan, namun Minggu depan mereka sudah tidak berkegiatan karena menyambut ulangan ganjil. Latihan memang belum dimulai karena masih menunggu anggota dan juga Fee yang belum datang, dua anak manusia, Risa dan Mashiro sedang duduk santai sembari mendengarkan musik yang diputar Risa.

"Gimana perasaan kamu sekarang? Udah baikan?" Dua pertanyaan langsung dilemparkan sekaligus oleh Risa pada Mashiro.

Mashiro diam, matanya fokus pada satu objek di hadapannya. "Sekarang udah nyoba ikhlas sama meninggalnya Mama. Wajar kalau dia pulang, karena mahkluk bernyawa," ucap Mashiro, mantap sekali ia berbicara meskipun ia tidak ia merindukan Ayana atau tidak suatu ketika nanti.

"Pastinya nggak mudah, Ris. Namanya orang tua, aku masih rada kangen beliau. Mama ku emang galak serba pelarang, tapi, kamu pasti tahu sendiri perasaan anak ditinggal orang tua," ucap Mashiro lagi, bola matanya kini sudah dapat melirik Risa yang duduk di sebelahnya.

"Udah jangan terus dipikirin, ayo belajar ikhlas." sembari berucap Risa bahkan memeluk Mashiro, sementara Mashiro diam dalam dekapan itu—tanpa merespons apapun.

"Pokoknya, apapun yang kamu alami, cerita ke aku. Aku bakal dengerin kamu, pokoknya jangan mikir yang aneh-aneh. Oke?" Sembari melepas pelukan, Risa menatap bola mata Mashiro, sementara Mashiro jadi canggung dan serba salah.

  Menit selanjutnya, Risa izin ke kamar mandi. Gadis itu sembari senyum kegirangan menuju kamar mandi, beberapa kali mengusap sendiri bibirnya. Risa masuk ke dalam kamar mandi sempat terpaku dengan semu merona lalu semringah berbangga diri, Risa mencuci tangannya lalu mencuci muka—ia kemudian mengambil tisu untuk mengelap tangan dan mukanya.

  Dengan langkah yang tergesa dari luar sana, Mahera dengan geram masuk ke dalam kamar mandi. Diteriakinya Risa dengan wajah merah padam, Risa sebetulnya terkejut bukan main—namun, berusaha semaksimal mungkin jika ia tidaklah terkejut dengan kehadiran mantan gebetannya itu.

"Puas lu? Ngerusak hubungan Agita sama Hiro?" Tanya Mahera, suaranya serak dan bergema dalam ruangan itu.

"Kenapa lo tahu gue di sini?" Risa malah melempar pertanyaan pada Mahera.

Mahera berdecak kesal, "Pertanyaan lu nggak penting, jawab pertanyaan gua!" sungguh Mahera tidak dapat menstabilkan emosinya.

"Yang ngerusak hubungan itu Agita! Gue orang pertama yang dekat sama Hiro, lo tahu sendiri siapa yang dulu disukai Hiro, itu gue! Dan kampungan itu, cuma orang kedua yang berhasil caper sama Hiro!" pedas sekali ucapan Risa, membuat Mahera berdesis kesal dan tak tahan lagi rasanya menghadapi Risa.

Mahera meninju dinding, sontak jari tengahnya mengeluarkan darah, "Dengar! Lu satu-satunya sampah yang ngambil kertas robek di tempatnya, dulu lu yang ngejauhi Hiro waktu dia kena skandal!" pungkas Mahera.

Wajah Risa pucat sekaligus merah karena marah, "Awas lo ya! Awas malau lo berani bahas masa lalu!" ancam Risa dengan emosinya.

"Bakal gua sebarin kelakuan bejat lu! Video elu cium Mashiro, jangan harap lu bisa selamat dari bukti gua!" ucap Mahera, setelah mengucapkan itu, ia langsung meninggalkan Risa yang diam dan begong.

Risa langsung melangkah menyusul Mahera, "Anjing! Lo bilang lo suka sama gue, kalau lo suka kenapa lakuin ini ke gue?" Suara Risa melengking.

   Bertepatan dengan teriakan Risa, Agita yang memang saat itu melangkah menuju parkiran, dengan sengaja mengambil jalan pintas yakni melewati kamar mandi baru. Ia diam dan langsung tertegun melihat jarak Mahera dan Risa sekitar beberapa sentimeter.

MASHIRO | OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang