Suasananya jadi canggung dan serba salah, Mashiro hendak jujur namun gelisah. Ia tidak tahu harus mengatakan apa, bahkan semenjak ia mendambakan seorang teman-ketika ia mengharapkan seseorang bisa menjadi salah satu pengisi warna di hidupnya yang monokrom, Mashiro betapa bahagia memiliki Agita, ia tidak pernah peduli apa yang akan manusia lain katakan perihal pertemanan ini.Mashiro hendak belajar dari sedikit pengalaman tentang Agita, ia ingin mencoba membahagiakan Agita kendati ia tidak jua tahu caranya. Mashiro tidak jua tahu apa yang dirasakannya-Mashiro hanya tidak ingin ikatan teman menghancurkan segalanya karena hanya satu perasaan yang salah, jauh dipikirannya, Mashiro hanya ingin menikmati apa yang telah ia miliki, bukan menghancurkan apa yang telah ia dapati.
"Aku dulu pernah suka sama seseorang, itu waktu SMP, kelas delapan." Mashiro menjawab, ia bulatkan untuk membuka diri dan menceritakan sedikit pengelaman, karena Agita juga membutuhkan secara teliti seluk beluk tentang Mashiro.
Agita mulai mendengarkan dengan saksama, matanya fokus menatap lawan bicaranya, "Suka sama seseorang itu nggak ada enaknya. Kamu gelisah sepanjang waktu, mau ketemu gengsi mau jujur takut ditolak. Parahnya, sampai detik ini pun, aku tetap menyimpan perasaan itu." Mashiro menatap ke arah lain setelah berhasil mengakhiri kisah asmara monyet dulunya.
Agita mengangguk dan memahami, "Perasaan suka tapi malu ya kak. Itu cinta pertama?" Agita seperti membuat Mashiro terdesak dengan pertanyaan itu.
"Rasa suka belum tentu cinta, aku nggak berani bilang kalau itu cinta pertama. Kamu sendiri, pernah pacaran?" Setelah menjawab pertanyaan Agita, Mashiro kini mengembalikan pertanyaan awal Agita.
Agita menahan senyum karena malu, "Dulu, namanya juga cinta monyet kalau pun ternyata kita sama-sama suka, ya, nggak lama pacaran, bulan depannya putus," jawab Agita malu-malu.
Mashiro hanya bisa tertawa kecil mendengar penuturan Agita, kalau pun di dalam hati ini tahu kalau Agita berbohong. Anehnya, kenapa Agita justru merahasiakan kekasihnya yang meninggal dalam kecelakaan kapal, Mashiro sebenarnya penasaran dengan kisah itu. Namun, Mashiro sadar-tidak semuanya harus ia ketahui, setiap manusia memiliki privasi.
Mengingat juga, semisal Agita mau menceritakan masa lalu itu, mungkin akan membuat luka lamanya yang membekas kembali perih. Mahera juga pernah berpesan padanya, untuk tidak membuat Agita kecewa-dalam hal apapun.
"Kebanyakan ngomongin masa lalu, sampai lupa pesan. Kamu mau makan apa?" Mashiro tersenyum ke arah Agita, ia juga sempat mengambil daftar menu yang diprint di atas meja kayu.
Agita tertawa kecil, ia kemudian mencondongkan tubuhnya agar bisa melihat dan membaca daftar menu yang mereka sediakan. Cukup memakan waktu dengan kegiatan itu, akhirnya mereka sepakat untuk memesan mie ayam dan es teh manis. Selama menunggu makanan datang, keduanya kembali berbincang ringan-entah membicarakan penulis favorit, hingga membahas warna kesukaan sampai mengubah topik membahas barang-barang yang diimpikan untuk dibeli.
• • •
Sekitar pukul setengah satu, Cyntia menelepon akan menjemput keduanya. Jadilah, Mashiro memberitahu posisinya sekarang, sebelum Cyntia datang-Mashiro masih sempat mengajak Agita untuk membeli arum manis. Selesai dengan sesi itu, mereka berdua bak orang berpacaran berdiri tak jelas di pinggir jalan-sambil melihat lalu lalang kendaraan, cuaca yang panas pun membakar kepala mereka, namun tidak ada satu pun dari mereka mengeluh karena cuaca panas, rupanya keasyikan-seolah dunia milik berdua.
Tidak lama menunggu mobil yang sudah sangat dikenali oleh Mashiro menelan di persimpangan, mencari tempat untuk memutar kendaraan. Mashiro dengan leluasa menarik tangan kiri Agita, mereka berlarian menuju mobil-tidak banyak drama saat itu, keduanya langsung masuk dan duduk tenang menikmati arum manis. Bahkan mereka sempat suap-suapan. Dalam perjalanan pulang, Cyntia menjadi gemas sekaligus geli-lucu melihat Mashiro dan Agita, usia sudah sekitar tujuh belas tahun, tapi kelakuan masih kekanak-kanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASHIRO | OPEN PO
Teen FictionDemi mencari arti dari kehidupan, makna dari bertahan, dan arti dari perjuangan, ia rela bertahan. Mashiro, laki-laki dengan segala kekurangan terbiasa untuk terlihat baik-baik saja, laki-laki yang membawa segala macam beratnya hidup, pahitnya kehid...