Agita merebahkan tubuhnya, ia sempat terdiam dengan suasana kamar yang tenang. Pikirannya melayang ke ranah masa lalu, Agita bertanya pada dirinya—bagaimana bisa Tuhan mempertemukan dua orang yang sama? Laki-laki itu begitu mirip dengan sosok masa lalu, Agita baru menyadari setelah sekian menit kemarin ia menatapi foto polaroid yang lawas di dalam selipan buku novel. Bagaimana bisa Tuhan menciptakan manusia semirip itu.Agita tidak tahu harus beranggapan bagaimana, melihat Mashiro tersenyum menggoyang perasaannya yang dahulu pernah patah. Melihat Mashiro tertawa entah kenapa ia seperti melihat tawa renyah sosok masa lalu itu, dan apakah Agita yang telah salah menilai. Atau justru hanya Agita yang terlalu merindukan sosok itu, hingga di matanya Mashiro sama seperti dia. Agita meraup wajahnya dengan kedua tangannya, ia menahan tangis—Agita sungguh tidak lagi mau mengingat sosok itu, tapi bagaimana ia bisa melupakan? Tolong beritahu Agita cara melupakan, ajarkan ia untuk ikhlas melepaskan sosok masa lalunya.
"Loh, udah pulang?" Mahera tanpa mengetuk pintu langsung masuk ke dalam kamar adiknya.
Lekas Agita melihat ke arah pintu, "Biasakan ketuk pintu dulu, kak," ucap Agita, sembari bangun dari posisi rebahan jadi duduk dengan kaki selonjoran.
"Gimana jalan-jalannya? Seru nggak?" Dua pertanyaan langsung dilemparkan Mahera padanya, tubuh laki-laki itu melindungi sedikit celah pintu kamar Agita yang terbuka.
"Ya begitu, keliling kota Binuang memang asyik. Kakak nggak jadi ketemu sama Risa?" Buntut dari jawaban Agita malah berakhir dengan pertanyaan.
Mahera menarik kursi belajar Agita, ia kemudian mendudukkan pantatnya sambil mengembuskan napasnya. "Nggak jadi, Risa ada janji sama Fee," jawabnya enteng.
Agita hanya mengangguk paham, "Kak, aku boleh nanya seseuatu nggak?" Agita mengajukan pertanyaan, matanya lurus menatap Mahera yang kebetulan berada menyamping di sebelah kirinya.
"Soal apa? Mashiro ya?" Mendengar pertanyaan Mahera, Agita lekas mengangguk. Bahkan dengan semangat Agita mengubah posisi duduknya ikut ke samping kiri, hingga ia dan Mahera berhadapan meskipun berjauhan.
"Kak Hiro itu, dulu di SMP nggak punya teman kayak di SMA, ya kak?" Agita rupanya masih saja penasaran dengan masa lalu Mashiro.
"Gua nggak tahu pasti, dulu jarang banget itu anak kelihatan di sekolah. Orang cuman tahu namanya, gara-gara dia ikut Dance," jawab Mehera, yang justru tidak banyak membantu bagi Agita.
"Kak Hiro itu pendiam sebelum aku akrab sama dia, padahal menurut aku kak Hiro orangnya asyik juga, dia bisa bercanda kayak anak cowok lainnya. Aku setengah nggak percaya kalau dia nggak punya teman." Agita berpendapat bahwa tidak mungkin Mashiro tidak punya teman.
"Berarti bukan cuma elu yang nggak percaya, gua juga dulu mikirnya sama kayak lu. Anaknya populer, terpandang, ganteng, tapi masa iya nggak punya teman. Padahal cewek-cewek mata duitan pasti banyak nempel sama dia, seandainya Hiro nggak dikenal songong." sambil berbicara sesekali Mahera memperhatikan Agita, takjub ia melihat Agita dengan saksama mendengarkan perkataannya.
Agita mengernyit keningnya karena heran, "Songong?" Agita mengulang kalimat terakhir Mahera.
Mahera mengedikkan bahunya, "Mukanya itu yang bikin orang pada kesal, tapi ya seingat gua. Semester ganjil dia cukup disegani, awal-awal ajaran baru seangkatan gua udah pada kepo soal Hiro. Tiap Hiro ada jadwal perform, mau kelas delapan sampai kelas sembilan pasti datang jadi supporter Hiro, pokoknya sebelum orang pada benci, dia termasuk crush-nya cewek-cewek di SMP."
Agita yang mendengarkan penjelasan Mahera hanya bisa mengut-mangut sambil memikirkan dan bahkan membayangkan kehidupan Mashiro kala itu, namun ia justru penasaran kenapa anak itu menjadi orang yang paling dibenci di sekolah. Sebenarnya, Mashiro cukup misterius—segudang tanda tanya memenuhi pikiran Agita, perihal alasan kenapa Mashiro dibenci hingga saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/324252503-288-k707934.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MASHIRO | OPEN PO
Novela JuvenilDemi mencari arti dari kehidupan, makna dari bertahan, dan arti dari perjuangan, ia rela bertahan. Mashiro, laki-laki dengan segala kekurangan terbiasa untuk terlihat baik-baik saja, laki-laki yang membawa segala macam beratnya hidup, pahitnya kehid...