9

1.5K 145 7
                                    

...

Disini senang

Disana senang

Dimana mana hatiku senang

Disini riang

Bersama Abang

Arga selalu sayang sama abangggg

Raka menerjap pelan , bibirnya berkedut melihat sosok buntalan kecil itu bernyanyi ruang diatas kasur dengan tubuh terbungkus selimut. Tampaknya buntalan itu belum menyadari keberadaannya.

Kakinya melangkah pelan mendekat, tangannya tergerak untuk menoel pundak sang adik, namun sebelum itu,,

Klingg

Bunyi notifikasi handphone mengalihkan pandangannya, juga Arga yang tadinya bernyanyi nyanyi hal tidak jelas itu menoleh. Mata but itu membola melihat Raka disana .

Segera dia berdiri lalu menutup tubuhnya menggunakan selimut tebal itu.

Raka melihatnya, apa yang dilakukan si kecil ini batinnya.

"Huhuu Abang dari kapan disitu ihh jadii malu tauu"

Lagi,

Raka terkekeh mendengar gumaman sang adik.

Dia melirik kembali' pada handphone di genggamannya. Mata yang tadi tampak lembut kini menajam. Arga yang sedari tadi mengintip di sela selimut jadi terdiam.. huhu Abang serammm batinnya.

Tanpa mengucap apa apa Raka keluar dari kamar meninggalkan Arga didalam sendiri dengan pikirannya.

...

Raka mempercepat langkahnya memasuki mobil ,lalu segera melakukannya dengan kecepatan tinggi tanpa memperdulikan segala umpatan pengendara lain

Ohh ayolah meski Raka masih tergolong remaja dibawah umur dia lebih dari mampu untuk mengendarai mobil karena sering di ajari oleh sang ayah sendiri.

Hanya 1 pesan yang membuat jantungnya berdetak kencang dengan amarah berasa diubun

Rak tolong gw

Rian, pesan itu dari Rian.

Dia yakin pasti situa Bangka yang sayangnya orang tua sahabatnya itu kembali menggila.

Menyiksa Rian hanya demi kepuasan semata.

Dia tahu karena Rian sendiri yang menceritakan padanya. Bukan hanya padanya tapi pada Bayu juga Lintang.

Bahkan Rian juga meminta tolong untuk membantu mengeluarkan dirinya dari jeratan si tua Bangka itu.

Sesampainya di lokasi dimana rian mengirim, disana terdapat 2 buah sepeda motor dengan Bayu dan lintang diatasnya , tampaknya mereka sudah menunggu.

Seringai terbit di bibir ketiganya.

Dengan wajah angkuh ketiganya berjalan tenang masuk kedalam rumah kecil yang berasa di ujung kota itu .

...

Plakk

Duakk

Duakk

Prankkk

Suara pukulan, pecahan terdengar dari dalam, Rian terduduk lemas di pojok ruang itu menatap sang ayah yang menatapnya tajam dengan urat menonjol juga tongkat baseball ditangannya ya digunakan untuk memukulinya.

"AKU SUDAH BILANG BUKANN MENURUTLAH SIALANN JIKA TAK INGIN TERLUKAA"

Rian hanya mampu memejamkan mata menghalau rasa sakit di kepalanya.

Tubuhnya benar benar sakit, dadanya sesak juga kepalanya sangat berat namun dirinya terpaksa untuk terus sadar sampai bala bantuan datang.

Srett

Duanngkkk

Dengan sekali tarikan tubuh Rian terangkat lalu terlempar begitu saja.

Dingin lantai langsung terasa .

Sumpah ini kenapa para cecunguk belum dateng juga , gerutunya dalam hati.

Dia melihat sang ayah yang kembali akan mengayunkan tongkat lagi untuk memukulinya hanya mampu menutup mata juga melindungi kepalanya dengan kedua tangan mungilnya.

Namun sebelum sampai mengenainya,,

Duakk takk

Sebuah botol kaca terlempar mengenai kepala sang ayah hingga membuat pria itu terjatuh .

Tangannya meraba kening yang ternyata mengeluarkan darah, emosinya kembali memuncak.

Berani sekali para cecunguk ini datang mengganggu aktivitasnya.

Dia menatap Rian yang tampak lega sekali menatap para temannya datang.

Siall

Dengan segera dia bangkit hendak memberi pukulan kembali pada Rian

Srett duakk brakk

Namun sebuah pergerakan tak dapat dia sangkal ,

Raka dengan cekatan mengunci pergerakan pria tua itu.

Bibirnya menampilkan seringai.

"Sudah siap mati pak tua?"

Tanpa sadar ayah dari Rian itu menelan ludahnya kelu.

Raka menatap Rian yang juga menatapnya puas.

...

Pintu mobil terbuka menampakkan 4 sosok tampan dari sana. Badan mereka lelah sekali, mereka puas, mereka lega, yaa

Benar.

Satu dekil sudah mereka hilangkan dari permukaan tanpa adanya bukti sama sekali .

Mereka memasuki rumah dengan tampang datarnya, namun setelah sesosok munggil memanggil salah satu dari mereka , ekspresi mereka berubah lembut.

Mata bulat yang menampilkan binar itu mendekat, lalu memeluk salah satu diantaranya dan dibalas pelukan tak kalah erat pula.

"Hum hum hum bau Abang kenapa aneh sekali?"

Mereka tersentak mendengar hal tersebut.

Sial!!

Mereka lupa sesuatu

Tolong ingatkan mereka kalau mereka hanya membersihkan sedikit noda dari tubuh mereka , bukan membasuhnya untuk menghilangkan bau!!

Ahh

Ekhemm

Mendengar deheman itu si mungil lantas melepaskan pelukannya dari Sang abang.

Mata bulat itu menandai rupa mereka satu persatu.

Matanya memincinggg

Tak lama membola di lanjut dengan suara pekikan keras dari bibir mungilnya

"ASTAGAAA KALIAN HABIS MULUNG DIMANAAAA"

........

hey heyyy
Bisa bisanya saya lupa kalau masih ada cerita yang belum gue tamatin....🛐

Sorry banget 👉👈
sibuk banget inii wehhh tugas Maba Minggu awal menumpuk kaliiii

Sorry banget 👉👈sibuk banget inii wehhh tugas Maba Minggu awal menumpuk kaliiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tu lagi oleng bangettt ke diaaaaa🛐🤛

The other side of AGRAKA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang