16

1.2K 104 7
                                    

Suasana menjadi canggung setelah kepergian Raka, lintang yang berada disana merasa bersalah kepada Raka karena ucapannya yang tidak disengaja keluar dari mulutnya mungkin sedikit menyakiti perasaan Raka.

Grep

Merasakan hangatnya rangkulan seseorang lintang menoleh, ternyata Bayu

Tatapan Bayu yang tampak tenang dan tanpa emosi membuat lintang sedikit tenang.

Tersadar akan lamunannya, lintang mencoba mengotak atik handphone-nya dengan mata memincing, tak lama dia menyerahkan ponselnya kepada Bayu.

Bayu yang disodori ponsel sempat bingung beberapa detik setelah dilihat apa yang coba lintang beritahukan kepadanya akhirnya dia paham.

Lintang mencoba melacak keberadaan Raka dengan ponselnya. Karena hanya dia, Bayu, lintang, dan Rian yang memiliki aksel GPS masing masing di handphone dan satu gelang couple mereka yang ntah sejak kapan mereka buat dan pasang. Mungkin sejak kejadian Rian dengan ayahnya dulu? Ah itu tidak penting sekarang.

Mata bayu memincing kala melihat titik yang menunjukkan tempat yang dituju Raka ini sedikit ganjil?

Tempat itu...?

....

Disisi Raka sendiri, dengan pikiran yang hanya penuh dengan nama adiknya, Arga . Hanya Arga.

Otaknya yang cerdas itu ntah mengapa menjadi kopong jika menyangkut masalah sang adik. Rasanya sangat meyesakan.

Dengan lihai dia menyusuri wilayah dimana titik itu menunjukkan letak lokasi Arga yang ia lihat dari pantauan GPS dari handphone sang adik.

Kenapa GPS itu masih nyala?

Ntah dia pun tak mengerti.
Lokasi menunjukkan letak suatu rumah kosong yang berada di ujung kota , memerlukan waktu sekitar 2 jam menempuhnya. Dia sendiri, tak sempat menghubungi pihak berwajib karena dia yakin bisa menyelamatkan sang adik sendiri tanpa bantuan orang lain yang baginya hanya akan melambat kerjanya.

Sesampainya disana dia mengenyit kan dahinya heran, lokasi ini sangat sempit dan tampak tak terawat. Sudah macam tak berpenghuni, tapi jika dipikir kembali tak mungkinkan seorang membawa tahanannya ke tempat yang mewah? ahh kenapa juga pikirannya sampai kesana.

Sebelum masuk dia menekan tombol yang ada di sepatunya yang telah ia modifikasi sendiri, yang nantinya akan membawa sinyal kepada pihak jauh(Bayu) takut takutnya ia membutuhkan pertolongan nantinya .

Karena ini demi Arga ia tidak bisa asal saja masuk kedalam dan menggrebek isi dalam rumah bukan?

Dengan mengendap endap dia berjalan mendekat, jika dilihat Raka sudah macam orang mau maling aja

Dia menemuka cendela yang tampaknya sudah rapuh, dia bisa menggunakan cendela ini untuk bisa masuk kedalam bukan? nah begitu pikirnya.

Brakkk Duakhh

ARGHHH ANJINGGG

Belum sampai dia masuk suara yang keras disusul dengan teriakan pilu disertai umpatan itu terdengar menggema di telinganya, sontak ia panik

Dengan segera dia melompat masuk kedalam melalui cendela rapuh itu, tak menyadari bahwa lengan dan kakinya terluka akibat goresan kaca yang memang sudah retak itu.

Setelah berhasil masuk tanpa berpikir panjang dia segera mencari letak suara tadi dengan mengandalkan insting tajamnya. Dia menggebrak beberapa pintu ruangan disana, hingga di pulingu ruangan terakhir dia mematung .

Disana,
Adiknya terbaring lemah dengan banyak genangan merah disekitar tubuhnya.

Arga, ada disana. Menutup matanya erat .

Dengan tubuh gemetar, dia mendekati tubuh lemah itu. Matanya menatap kebawah dimana genangan merah mengenai ujung sepatu yang ia pakai. Nafasnya makin memburu dengan meta memerah. Langkahnya memberat tapi tetap melangkah mendekat .

Hingga sampai di tepat sebelah tubuh kecil itu, lututnya lemas hingga terduduk. Tangannya dengan gemetar meraba wajah itu. Wajah yang terlihat sangat pucat dengan bibir yang membiru juga adanya darah merah mengalir dari pelipis, hidung, dan ujung bibir mungil itu.

Tangannya tergerak menepuk pipi yang tampak pucat itu, mulutnya seolah tak bisa bergerak mengatakan apapun melihat kondisi sang adik yang sangat memprihatinkan. Darah dimana mana.
Melihat tak ada respon sama sekali dengan gemetar tangan itu mencoba mengangkat tubuh Arga.

namun sebelum itu tubuhnya terlempar kebelakang. Matanya menatap seseorang yang mengenal topeng yang menutupi setengah dari wajahnya. Bibir itu terlihat menyeringai

"Kita kedatangan tamu rupanya"

Ucapan itu tampak sekali dengan nada ejekan juga tekanan

Raka hanya diam, menunggu apa yang akan dikatakan orang itu kepadanya, sungguh dia tak mengerti, siapa orang itu? Apa hubungannya dengan dia dan sang adik? Kenapa menjadikan Arga sandra untuk memancingnya datang?

Prok prok prok

Orang itu tampak bertepuk tangan,
"Suka dengan hadiahku?"

Raka mengepalkan kedua tangannya erat , giginya menggertak dengan urat urat menonjol di lehernya, tanda menahan amarah. Orang ini benar benar memancing amarahnya.

"Ck, lihat dirimu! Kau hanya bisa diam saat ini melihat adik kecilmu tak berdaya seperti itu hahaha! Kau hahaha PECUNDANG!"

BUGHH

Tangan Raka yang sudah sangat gatal, untuk tidak melayangkan sebuah pukulan akhirnya tak bisa tertahan lagi.

Pukulan demi pukulan dia berikan untuk orang gila yang sudah menyakiti sang adik ini

Anehnya orang itu tidak membalas pukulan sama sekali?!?!

Setelah puas memukuli orang itu dengan dia mencengkram erat leher orang tersebut, orang itu malah terkekeh

"J-jjika mau adikmu selamat m-mmaka le-llepash" ucapnya, membuat Raka mengenyit

Belum sampai otaknya merespon, suara lirih masuk ketelinganya

"Bangh t-ttol-long hh"

Raka melotot, dia membalikkan badannya, disana sang adik yang tadinya terbaring tak berdaya sekarang berada di cengkraman di lehernya oleh sosok lain lagi, persis dengan posisi Raka dengan sang pria bertopeng tadi .

Duakkk

Tubuh Raka yang tampak kehilangan fokus ditendang dari arah lain . Hingga terjatuh .

CLAPP

Tiba tiba lampu padam, tak ada penerangan sama sekali. Gelap semua tak terlihat.

...

The other side of AGRAKA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang