11

1.3K 139 5
                                    

...

Hahh

"Kondisinya cukup stabil saat ini, nafasnya juga mulai membaik beruntung tadi segera dilakukan tindakan untuk mencegah traumanya timbul kembali. Saya perkirakan mungkin setelah ini dia akan terkena demam dan ini resep obatnya bisa di tebus nanti, kalau begitu saya permisi"

Setelah dokter yang memeriksa Arga keluar Raka mendekat kearah ranjang tempat adiknya terbaring dengan mata tertutup dan nasal kanula di hidungnya karena setelah meracau tadi tiba tiba tubuh adiknya melemah beruntung Rian dengan sigap menahan agar tubuh mungil itu tidak terhantam dinginnya lantai.

Perasaan bersalahnya kembali muncul dalam hati Rian ketika melihat Raka duduk disamping adiknya dan menggenggam tangan kecil itu sesekali menciumnya juga menggunakan kata 'maaf' yang mana kata itu lebih cocok untuk dirinya.

"Rian"

Bunda panggil dirinya dengan nada lembut sekali, ahh rasanya hangat.

Rian rindu perasaan ini. Ia kembali teringat bundanya yang tewas akibat sakit yang diderita dan karena ahh sudahlah ia tak ingin mengingat itu saat ini.

Bunda ngedeket lalu ngelus rambut Rian, sedikit kaget dengan tindakan wanita itu . Rian pikir bunda akan marah setelah tadi Raka menjelaskan semua tentangnya dan masalah di masa lalu. Tapi dugaannya salah, Bu da tampak biasa saja dan tak mempermasalahkannya.

Bunda dan ayah malah mendekapnya dan berkata " kamu anak kami mulai saat ini ya panggil bunda sayang"

Rasanya Rian ingin menangis saja.

...

Malamnya Arga terbangun mendapati si Abang yang tertidur dengan posisi yang tak enak yaitu dengan duduk di samping ranjangnya juga menggenggam erat tangan mungilnya.

Dia kembali menoleh meliarkan pandangannya, dapat dia lihat Kaka juga tertidur di atas karpet yang tergelar di bawah dengan berbantalkan tangan saja, Arga yakin saat bangun nanti tubuh sang kakak akan sakit karena posisi tidur yang tidak baik seperti itu.

Metanya kembali mendapati seseorang yang tampak memejamkan mata dengan posisi duduk di sofa yang terdapat di dalam kamar itu.  Dahinya berkerut dalam ntah apa yang ada dalam benaknya. Tapi Arga yakin kalau dia ehh Rian pasti tengah mengalami mimpi buruk terlihat tubuhnya bergerak gelisah.

Sebenarnya, Arga bukannya takut tapi  hanya saja tubuhnya yang memang tidak bisa ia cegah reaksinya.

Arga tak pernah menaruh dendam pada kakak kelasnya itu.

Ntah tetiba kerongkongannya terasa sangat kering,  Arga melirik ada sebuah gelas berisi air di nakas sebelah ranjangnya. Ia harus

Mau membangunkan Raka tapi kasihan, mau bangunin kakak juga kejauhan.

Mau bangunin Rian buat minta tolong apalagi, mana berani dia.

Akhirnya dia usahalah sendiri buat duduk dengan susah payah. Setelah berhasil tangannya berusaha menggapai gelas itu namun sebuah tangan kekar terlebih dulu mengambil gelas itu.

Arga menerjap lambat lalu dengan patah latah menoleh menatap pelaku.

Rian,
Anak itu tersenyum kecil menatapnya.

Ntah rasanya sangat aneh tau melihat senyumnya itu

"Sini kakak bantu"

Arga reflek mengeleng cepat sampai kepalanya terasa pening

Enghh

Rian tampak panik melihat Arga meringis.

Dengan lembut tangannya ia bawa untuk memijat kening Arga, yang mana membuat sang empu tersentak.

Arga pikir Rian akan menggugurkan air itu padanya dia pikir kepalanya akan kembali dipukul, namun ternyata salah.

Arga menatap Rian dengan tatapan penuh arti. Rian yang ditatap hanya tersenyum,

Setelah beberapa menit, ia membantu Arga meminum airnya, yang diterima baik oleh Arga dan tentunya membuat Rian senang, ia pikir mungkin Arga akan mulai belajar memaafkannya benar bukan.

....

Mata tajam itu menerjap, bergulir ke arah sisi ranjang dimana malaikat kecil itu yang masih pulas di alam mimpinya .

Tangan berurat itu membelai pipi putih dan lembut bak moci itu,

"Keputusan Abang benar kan ga?" Gumamnya.

The other side of AGRAKA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang