Thinking of You

970 172 7
                                    

Dear, friends.

Kalian bisa baca 'pov Lintang' di KaryaKarsa GRATIS tanpa jeda iklan.

❤❤❤

Ketika bangun pagi, tulang-tulangku terasa sakit. Ini pasti karena aku kualat berbohong pada orang tua. Jangan-jangan, aku lumpuh. TIDAK!

Aku harus tenang. Perlahan aku menggerakkan tangan dan kaki. Masih bisa bergerah. Ah, jatuh di depan rumah Nic menyisakan ngilu di beberapa bagian tubuhku. Karena sudah tidak bekerja, sebaiknya aku tidur lagi saja.

Baru memejamkan mata, ponselku berbunyi. Mungkin ada pesanan kue. Saat melihat layar ponsel, aku mengerang. Mantan langganan ternyata!

Nic
Lo belum ambil motor?

Oh, ya, motorku masih di rumah cowok itu. Tapi, bagaimana mengambil motor jika tubuhku sakit begini?

Lintang
Belum, Mas. Nanti sore aja, deh. Gue agak pusing. Ini aja masih rebahan.

Nic
Pusing kenapa?

Wah, dia bertanya. Perhatian cie!

Lintang
Sebenernya gue nggak tau, sih. Bangun tidur, gue ngerasa badan sakit. Abis jatoh kemarin. Terus pusing juga. Jadi gue tidur lagi. Ini gue kebangun denger chat lo. Gue ngerasa badan gue panas.

Perutku keroncongan. Semalam aku melewatkan makan malam. Pantas saja aku masuk angin begini.

Menunggu pesan Nic yang tak kunjung datang, aku kembali memejamkan mata. Sebaiknya aku meliburkan diri hari ini. Memang aku sudah tidak bekerja sejak enam bulan yang lalu, sih.

Tak tahu sudah jam berapa, aku terpaksa bangun karena ingin ke kamar mandi. Tubuhku sangat lemas karena tak makan malam juga sarapan. Rasanya ingin pingsan saja.

Mendengar ketukan di pintu, aku segera keluar dari kamar mandi. Seorang perempuan muda, membawa bungkusan di tangannya. Aku tak mengenalnya.

"Maaf, sama Mbak Lintang, ya?"

"Ya, Lintang itu aku," jawabku.

Dia tersenyum dan mengulurkan bungkusan itu. "Ini ada titipan dari Mas Nic."

"Nic?"

"Ya, Mas Nic. Temennya Mbak Lintang. Aku disuruh nganterin ini. Makanan sama obat. Kata Mas Nic, Mbak Lintang sakit."

Perempuan ini siapa? Apa dia pacar Nic dan datang ke sini ingin melabrakku karena merebut Nic darinya? Tapi mengapa dia membawa makanan? Jangan bilang aku diracun. Ih, jelek sekali pikiranku.

"Maaf, kamu ...."

"Risa."

"Risa silakan masuk," ajakku.

"Oke."

Loh, aku basa-basi saja padahal. Aku masih pusing dan sekarang ada tamu. Masuk lebih dulu, Risa mengikutiku.

"Ini kenapa Nic repot-repot bawain makanan, sih?"

Risa terkekeh. "Dia nggak repot, kok. Aku yang beliin."

"Wah, makasih. Maaf, ya, Risa. Jadi, ngerepotin kamu."

"Nggak apa-apa. Mas Nic yang bayar ongkirnya," tutur perempuan itu, lalu terkekeh.

Aku ikut tertawa canggung.

"Ayo, dimakan, Mbak. Obatnya diminum juga. Kata Mas Nic gitu."

"I-iya," jawabku, membuka bungkusan yang berisi bubur ayam.

Buburnya nggak enak. Mungkin karena aku juga sedang sakit. Padahal dilihat dari bungkusnya, bubur ayam ini nggak mungkin dibeli di pedagang kaki lima.

"Sendirian aja, Mbak?"

"Ya, aku rantau dari Bandung."

Risa mengangguk lagi. Apa perlu aku tanya hubungannya dengan Nic? Tapi, itu bukan urusanku.

"Mbak Lintang sakit apa, sih?"

Aktivitas makanku terhenti. Aku meringis. "Masuk angin kayaknya, Ris. Semalem aku ngantuk banget. Jadi, nggak isi perut."

"Sekarang gimana, Mbak? Masih sakit?"

"Ya, pusing aja, sih, Ris. Sama agak panas aja badannya. Bekas jatuh ini juga agak ngilu."

Risa terlihat kaget. "Jatuh? Emang nggak sembuh cepet kalo ada memar. Tapi, sabar pake pereda nyeri aja, Mbak. Itu dibawain juga sama Mas Nic."

Aku mengecek bungkusan kecil. "Eh, ini banyak amat bawaannya. Kamu makan juga ini."

"Jangan. Buat Mbak Lintang semua. Biar cepet sembuh."

Aku terkekeh dan hanya mampu berterima kasih.

"Aku pamit dulu, deh, Mbak. Ada perlu juga."

"Eh, kamu belum minum apa-apa."

Risa tersenyum. "Gampang, lain kali aja. Mbak Lintang sembuh dulu yang penting."

Mengangguk, aku mengantar Risa keluar indekos. Sebenarnya, aku malah menghabiskan bubur. Akan tetapi, sayang jika dibuang. Terpaksa aku memakannya demi meminum obat setelah ini.

Hingga sore hari, tubuhku mulai membaik. Rasanya, aku mampu mengendarai motor. Besok aku ambil saja motorku di rumah Nic. Aku juga harus berbelanja untuk membuat pesanan kue.

Saat malam menjelang, aku merasa perlu memberi tahu Nic jika aku akan datang besok. Jika malam ini cowok itu sudah tidur, besok pasti pesanku dibaca.

Lintang
Sorry, Mas, ganggu malem-malem. Besok gue mau ambil motor.

Dia fast respons.

Nic
Oke. Gue kerja jam delapan.

Lintang
Jam tujuh gue ke sana.

Nic
Ya.

Jawabannya singkat, padat, bikin deg-degan. Padahal aku sudah pernah ke sana. Akan tetapi, teringat malapetaka jatuh dan aku berakhir menjadi pacar pura-puranya, membuatku sulit tidur memikirkan Nic. Maksudnya, memikirkan apalagi yang akan terjadi.

***

REPOST: 19/5/24

13/5/23

13/5/23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LovestruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang