Close to You

631 118 7
                                    

Tangan kiri Nic menyentuh tangan kiriku sehingga aku berhenti mengusap rambut pria itu. Wajah Nic mendongak ke arahku.

"Lin, nonton, yuk?"

Nyari penyakit! Aku menjambak rambut Nic. Meski pelan, Nic malah berteriak. Berlebihan!

"Kok, gue dijambak, sih?"

"Baru mendingan malah ngajak pergi," omelku.

Nic duduk. "Streaming aja maksud gue. Di kamar. Yuk," ajaknya lagi.

"Oh," aku kembali fokus ke ponsel, "lo aja sana. Abis ini gue mau ke minimarket. Lo bilang mau mi goreng. Gue mau beli bahan-bahannya dulu."

"Gue nggak mau. Nggak usah pergi."

"Lah, gimana, sih? Labil amat."

Berdiri, Nic menarik tangan kiriku. "Buruan temenin."

"Lo, kok, jadi clingy gini, sih?" protesku.

Nic meringis. "Cuma sama lo doang," akunya.

Mau tak mau, aku menuruti keinginannya. Nic terkekeh. Mana makin ganteng!

"Halah, kalo sama Bunda, lo juga paling gini," tuduhku.

Nic memelukku dari belakang—menumpukan tubuh kokohnya padaku. Aku sedikit mengaduh ketika terhuyung karena beban tubuh Nic. Sementara Nic hanya terkekeh ketika cara jalan kami sudah tak stabil karena posisinya yang memelukku.

"Sama Kak Nav aja nggak pernah."

Siapa dia? Mungkin mantan pacar Nic. "Siapa itu Kak Nav?"

"Sepupu gue."

"Oh." Aku mengangguk paham.

Dasar Nic! Tak cukup ditemani menonton, dia malah mengajakku tidur siang. Aku lelah karena memasak, tak menolak karena setelah membasuh wajahku, aku merasa nyaman di sisi Nic.

***

Dering ponsel membuatku tersentak. Mataku terbuka, aku menguap. Aku menoleh ke arah sumber suara sebelum kembali menatap Nic yang rupanya sudah terbangun lebih dulu.

"HP lo bunyi, Nic."

"Tolong ambilin, Babe," pinta Nic.

Menurutinya, aku bangun untuk mengambil ponsel dan menyerahkannya pada Nic. Begitu Nic menerima ponsel, deringnya berhenti.

"Misscalled, ya?" tanyaku.

Setelah menerima ponsel, Nic duduk. Dia meletakkan ponsel itu tanpa melihat siapa yang baru saja meneleponnya. Kedua tangan Nic menangkup pipi kanan dan kiriku sehingga aku mengerutkan dahi.

"Lin."

"Hem?"

"Lo mau tinggal sama gue?"

Apa katanya? "Maksud lo?"

"Lo tetep di sini. Nggak usah pulang ke kosan."

Aku tersenyum dan berusaha menurunkan kedua tangan Nic. "Nggak bisa. Gue nggak mau digerebek satpam. Lo nggak tau aja tiap gue ke sini repotnya kayak apa pas minta izin."

"Gue serius," tekan Nic, memajukan wajahnya.

Belum sempat aku bicara, Nic meneruskan, "Nggak hanya hari ini. Gue maunya sama lo besok dan mungkin seterusnya. Lo bikin gue nyaman. Rasanya nggak bisa jauh dari lo," ungkap Nic.

Aku masih mencerna ucapannya hingga tak sadar Nic sedang berusaha mengecup bibir Lintang. Namun, lagi-lagi kami diinterupsi oleh dering telepon. Aku menunduk dan berusaha keras mendorong tubuh pria itu. Nic terlihat kesal saat meraih ponselnya.

"Halo?" sapa Nic pada si penelepon dengan raut kesal.

***

REPOST: 23/5/24

5/9/23

LovestruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang