Your Mom is in the House

566 109 2
                                    

"Oh, apa?!"

Nic kebingungan. "Ehm itu, Bunda, aku lagi sama ...."

Aku menyadari bahaya akan datang. Tanpa suara, Nic mengatakan ibunya menelepon. Namun, ketika aku akan keluar, Nic menahanku. Pria itu segera meninggalkan ranjang dan keluar kamar.

Gawat! Kami bisa disangka macam-macam. Padahal kami nggak sejauh itu. Ini semua salah Nic. Andai saja dia nggak memintaku untuk menemaninya tidur siang.

Pelan-pelan, aku mengintip dari kamar Nic. Jantungku hampir jatuh ke perut ketika ibunya Nic akan masuk kamar. Untung saja Nic buru-buru memeluk sang ibu. Dasar anak mami!

"Oh, Bunda, I'm sorry. I'm sorry. I didn't mean to."

Nic segera memberi aba-aba agar aku keluar kamar. Setelah keluar kamar, aku hanya teringat dapur. Melihat pintu belakang, aku segera keluar. Aku nggak akan meninggalkan Nic. Setelah berlari menyusuri rumah hingga sampai halaman depan, aku mau mengatur napas. Nic harus berterima kasih.

Aku masuk rumah dan mendekati Nic juga ibunya. "Sayang, sorry ...."

Maaf, Tante Ravenna. Aku harus pura-pura.

"Loh, ada Tante. Maaf, Tante. Aku nggak tau itu mobil Tante. Maaf, nyelonong masuk," ujarku, sambil menunduk.

"Dari mana kamu?"

"Rumah, Tante," jawabku. Rumah anakmu, Tante!

"Terus kamu ke sini pake apa kalo motor kamu di depan?"

Ibunya Nic nggak bodoh, tentu saja. Aku yang menyepelekannya.

"Maksudnya, aku dari rumah pake motor ke sini begitu denger Nic sakit. Terus tadi Nic minta jeruk, aku nggak bawain. Jadi, aku ke minimarket nyari jeruk," dustaku.

Percayalah, Tante! Rasanya aku ingin pingsan jika ketahuan berbohong.

"Kok, nggak pake motornya?"

Astaga!

"Buru-buru, Tante. Lagian deket dari sini, kok, minimarket-nya."

Ravenna menggeleng. "Cuma karena mau beli jeruk aja, kamu sampe lari-lari gitu? Napas sampe ngos-ngosan. Mana rambut kamu berantakan."

Mau bagaimana lagi? Aku habis ditiduri Nic!

"Maaf, Tante."

"Bunda," panggil Nic.

Menoleh ke arah Nic, Ravenna bertanya, "Kenapa kamu bilang pacar kamu nggak di sini?"

Rasakan kamu, Nic. Memangnya enak berbohong seperti itu? Aku takut kualat.

"Soalnya," Nic melirik ke arahku, "itu, Bunda. Ehm, aku lagi mandi. Nggak tau Lintang dateng."

"Tadi katanya tidur. Makanya nggak denger Bunda ketok-ketok pintu. Yang bener, yang mana? Kamu tidur di kamar mandi gitu?"

Aku bahagia melihat Nic dicecar ibunya. Sekali-sekali, pria itu memang harus diberi pelajaran. Aku nggak mau membantunya. Dia yang mulai berbohong.

"Aku lagi tidur, Bunda. Lintang dateng. Terus aku ambil minum, dia nggak ada. Aku pikir udah pulang, ya, aku mandi, gitu," terang Nic, sambil tertawa dipaksakan.

Nic selamat. Seharusnya, aku juga menyelamatkan diri. "Kalo gitu, aku permisi pulang, Tante."

"Loh, kenapa buru-buru?"

"Kayaknya Nic udah baikan, tuh, Tante. Aku tadi ke sini cuma mau tau Nic pengen dibawain apa. Ternyata buah yang dia pengen malah abis. Ada Tante juga di sini," ujarku, dengan senyum semanis mungkin.

"Aku pulang dulu, ya, Sayang," pamitku pada Nic.

"Oke, Sayang. Makasih, ya, udah ke sini." Nic tersenyum lebar.

"Iya," balasku.

Aku melangkah maju dan mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Ravenna. Sekali lagi berpamitan, aku pun keluar dan meninggalkan rumah Nic. Lega sekali setelah mengendarai motorku untuk menuju jalan utama. Biar saja Nic yang menghadapi ibunya.

***

REPOST: 23/5/24

6/9/23

6/9/23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LovestruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang