Lunch

615 132 6
                                    

Aku yakin Nic tinggal sendiri. Keputusanku tepat untuk memasak untuknya. Senyumku nggak bisa ditahan ketika selesai memasukkan pakaian kotor milik Nic ke mesin cuci. Aku sugar baby atau calon istri?!

Akan tetapi, aku lebih cocok jadi asisten rumah tangga Nic. Sudahlah! Sebaiknya aku nggak mengkhayal terlalu tinggi. Anggap saja ini balas budiku karena Nic memberiku motor baru.

Tak terasa waktu berlalu. Aku sudah selesai memasak nasi, sayur bening, juga menyiapkan buah pepaya yang dipotong-potong. Semoga saja masakanku sudah selesai semua ketika Nic terbangun.

Namun, rupanya aku salah. Nic berdiri di dekat pintu dapur. Dia seperti juri yang sedang mengawasiku memasak.

"Hai, my little Princess," sapaku.

Nic tertawa. Cowok itu mendekatiku seraya mengulurkan kedua tangan. Aduh, Daddy, bangun tidur minta dipeluk dulu. Satu tanganku mendekap tubuh Nic.

"Lo mimpi sampe ke bulan, ya? Lama bener tidurnya," gurauku, masih memeluk Nic.

Dia tertawa lagi. Sepertinya Nic sudah sembuh. Aku merasakan pelukannya makin erat dan Nic menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku. Aku membiarkannya dalam posisi seperti itu karena masih memasak.

"Masih pusing, nggak, lo?"

Tak ada jawaban, tetapi Nic sepertinya menggeleng. Syukurlah!

"Syukur, deh. Gue khawatir, tau. Kalo lo masih sakit, abis makan, kita ke dokter mending."

Dia tak menjawab lagi, tetapi lama-lama aku risi. Masa memasak sambil pelukan? Aku nggak konsentrasi. Ketika aku mendorongnya, Nic malah menolak.

"Duduk dulu," pintaku. "Gue lagi masak."

"Laper, Lin," lirih Nic, tanpa mengubah posisinya yang mendekapku.

Inilah akibatnya ketika menyia-nyiakan sarapan bubur. Aku mengusap punggung Nic sambil tersenyum. "Bentar lagi gue beres masak."

Tangan kiriku mendorongnya lagi. "Awas dulu."

Nic tak mau menjauh.

"Gue susah masaknya kalo sambil peluk lo."

Didorong lebih kuat, tetapi pelukan Nic semakin erat.

"Nanti kena kompor, Nic Sayang."

Berbahaya ini! Lebih baik aku matikan kompor dulu. Kini kedua tanganku memeluk Nic. Tangan kananku mengusap belakang kepala Nic hingga pria itu menegakkan tubuhnya, meski kedua tangannya masih memelukku. Nic tersenyum jail.

"Nggak kelar-kelar masakan gue kalo lo gangguin," ungkapku dengan lembut, seraya menatap Nic.

"Biar. Orang pengin peluk."

"Gue bau, loh, keringetan karena masak."

"Biar," balas Nic.

Bandel anak sultan ini! "Ngarang lo. Mending bantuin gue aja, deh, biar cepet beres. Lo udah laper juga, 'kan?"

"Tapi gue nggak bisa masak."

"Bantuin gue tuang jus ke gelas aja. Tadi gue bikin jus, ditaruh di eskan, terus gue masukin kulkas. Tolong ambilin, ya, Princess."

Nic mengangguk setuju dan melepaskan pelukannya. Dia berjalan ke arah kulkas dan membukanya. Setelah mengambil dan meletakkan eskan di meja, pria itu mencari dua gelas di lemari.

Aku buru-buru melanjutkan aktivitasku. Setelah kami makan siang penuh drama dan membicarakan banyak hal, aku membereskan dapur. Nic justru menemaniku.

"Mending lo istirahat lagi, deh. Biar bener-bener sehat. Jadi, lo besok bisa ngantor."

Nic menahan tanganku. "Mau ke mana?"

"Gue mau ke ruang tengah. Ngecek HP. Kali aja ada yang mau pesen kue."

Nic mengangguk dan mengikutiku ke ruang tengah. Ketika aku duduk di ujung sofa, Nic justru merebahkan tubuhnya dan menjadikan pahaku sebagai bantal. Apa-apaan ini Daddy Berondong?!

"Apaan, sih, lo? Di kamar aja kalo mau tidur."

"Mau sama lo."

"Gue mau bales chat. Ada yang nanya harga bento cake."

"Lin."

"Hem?"

"Kenapa lo mau ngelakuin ini sama gue?"

"Ya, karena lo sakit, lo nelepon gue pagi-pagi, jadi gue inisiatif masakin buat lo."

"Bukan."

Aku menatap Nic karena nggak mengerti maksudnya. "Terus?"

"Kenapa lo mau jalan sama gue?"

"Kan, lo yang minta gue jadi sugar baby lo?"

"Kenapa lo mau?"

Aku menjauhkan ponselku dan berpikir sebentar. Satu tanganku mengusap rambut Nic.

"Kebutuhan gue banyak, Nic. Lo tau gue nganggur. Tapi gue nggak pernah mikir buat ngelakuin hal-hal aneh kayak ngejual diri. Amit-amit. Mungkin yang akhirnya bikin gue nerima tawaran lo, karena gue percaya sama lo."

Mata Nic terpejam ketika aku mengusap-usap rambutnya. Awas saja jika Nic tidur dengan posisi seperti ini! Bisa kram pahaku. Namun, Nic kini membuka mata.

***

REPOST: 22/5/24

4/9/23

LovestruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang