"Hello, my lil' bro. Come here, I have something for you."
Pemuda kecil itu melambai pada Nehan yang kini duduk dipangkuan Algis. Di sofa yang lain ada tiga teman Algis yang masih menatap tak percaya pemuda kecil itu.
"He was afraid of you. You should know that, Atlas." Balas Algis dingin.
Atlas menatap marah pada Algis. "Why should he be afraid of me! It's really not fair." Ujarnya menunjuk pada Nehan yang pandangannya sengaja dialihkan.
"You must be know."
Atlas Caldwell Reyes, pemuda kecil itu merasa ada yang meledak dalam dirinya. Ia merasa ini tidak adil baginya. Mengapa adik yang paling ia sayangi harus menatap begitu asing padanya dengan tatapan takut itu.
"Tunggu dulu."
Erven menyela obrolan keduanya. Ia penasaran siapa bocah satu ini.
"Who are you?" Erven menunjuk wajah Atlas, lalu berpindah pada Nehan yang wajahnya disembunyikan di dada Algis.
"Wajah kalian mirip sekali astaga."
Atlas memalingkan wajahnya enggan menjelaskan. Dengan situasi yang tak terduga ini, Algis mau tak mau harus menjelaskan pada para temannya.
"Dia kembaran Nehan."
Louis yang sudah menduga tidak terlalu terkejut, begitu pula Deska si hangat yang misterius. Sedangkan Erven terkejut setengah mati. Hari ini mereka mendapat dua kejutan sekaligus.
"Lo- jadi selama ini keluarga lo nyembunyiin mereka berdua."
"Hanya Nehan." Tekan Algis.
Itu kebenerannya. Keluarga Reyes hanya merahasiakan keberadaan Nehan. Tidak dengan Atlas. Tapi karena kondisi tertentu, Atlas diasingkan dari keluarganya hingga dikurung selama beberapa tahun di mansion Toronto.
Atlas berdiri. Lalu berjalan cepat mendekati Algis dan menarik lengan Nehan kuat. Matanya memancarkan amarah yang entah ditujukkan pada siapa.
"I'm your brother, why are you scared of me?!" Pekik Atlas tak terima.
Srek
Algis menepis tangan Atlas. Lalu sebelah tangannya kembali menyembunyikan wajah Nehan. Adiknya sudah bergetar saking takutnya.
"Karena ini kami menjauhkan kamu dari kembaranmu sendiri. Renungkan kesalahanmu!"
Atlas tersentak. Seolah sebagian dari dirinya tersadar jika pada hari itu segalanya berubah. Satu hari yang menyebabkan ia berpisah dari adik yang paling ia sayangi demi Nehan sendiri. Dan itu karena satu kesalahan fatal yang ia perbuat.
"But-"
"No, But. Pergi ke kamarmu dan kendalikan dirimu. Kau bisa mendekati adikmu perlahan jika dia sudah tenang."
Dengan berat hati Atlas pergi. Mungkin ia terlalu buru-buru karena sudah terlalu rindu. Tapi tak apa, selagi ia berada dekat dengan adiknya Atlas akan mencoba belajar bersabar.
"Hey, sudah jangan menangis." Ujar Algis lembut.
Remaja itu tau jika Nehan menangis tanpa suara karena takut dengan suasana yang kian menegang dan dalam kebingungan.
"Dia seram, Han takut." Cicit Nehan mengeratkan pelukan.
"Lupakan. Lihat apa yang Meena bawa." Kata Algis mencoba mengalihkan obrolan.
Nehan menoleh. Lalu mendapati pengasuhnya membawa kotak berisi anak kucing yang ia selamatkan waktu itu. Mengingat kucing, koala yang tadi bersamanya entah kemana setelah orang asing itu melemparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda's Reyes (END)
Teen FictionMenjadi putra Reyes bukanlah hal yang mudah bagi Nehan. Ia hanya seorang anak berusia 10 tahun yang terjebak dalam lingkaran masalah. "Daddy, Nehan ingin lihat koala." Reyes mengamati putra bungsunya yang duduk di tempat tidur tak jauh dari sofa yan...