Bocah berpiyama kuning dengan karakter kartun itu membuka matanya lebar. Memandang langit kamar walau terlihat remang karena hanya disinari cahaya lampu tidur di nakas dekat ranjang. Ada suara tetesan hujan yang menemani hingga membuat hawa pagi itu terasa berkali lipat dinginnya.
Nehan semakin menenggelamkan diri pada selimut. Namun udara sepertinya tak mau berkompromi untuk menidurkan kembali anak itu. Dinginnya menembus selimut dan baju berlapis jaket tebal yang dikenakan Nehan. Membuat dirinya tak nyaman.
Merasa tak puas, Nehan bergeser hingga tangannya menyentuh sesuatu yang hangat. Matanya terbuka segaris. Itu sang Daddy yang tertidur tanpa baju. Terakhir kali yang ia lihat sebelum tidur sang Daddy menggunakan kimono setelah mandi malam itu. Dan kini yang ia lihat Daddy nya mengenakan celana hitam shirtless.
Srek
Hangat. Nehan menelusup pada ketiak Khaled dan memeluk tubuhnya. Bocah itu semakin menempel seolah mencari kenyamanan untuk membuatnya tidur kembali. Ia masih mengantuk.
Dan Khaled yang sensitif dengan adanya pergerakan sekecil apapun di sekitarnya membuat dirinya terjaga. Mendapati putra bungsunya sudah menempel dan mendekap lengannya tepat dibawah ketiak.
Khaled terdiam. Suara gemericik dan suasana gelap dibalik jendela kaca membuatnya sadar jika sekarang masih dini hari.
Tapi sekali bangun, Khaled tak pernah akan bisa tertidur lagi. Ia yang sedari muda hidup mengembara mencari kekuasaan di dunia bawah membuatnya terbiasa terjaga sepanjang malam atau bahkan beberapa hari. Musuh ada dimana-mana. Menjadi bayang-bayang kematian yang akan menusuk disaat terpejam.
Lelaki itu hendak menarik tangannya, namun lenguhan membuatnya membatu. Ia kira putranya terbangun. Tapi ternyata hanya terusik.
Menghela napas, ia akhirnya menyerah untuk menyingkir. Membiarkan Nehan memeluk lengannya sesuka hati. Memilih menyenderkan punggungnya pada headboard. Tapi gangguan yang lain malah datang.
Kringg
Prang
"HUAA.."
Khaled segera meraih Nehan untuk digendong. Berjalan menuju sofa dekat jendela kaca. Anak yang akan terlelap lagi itu terbangun dan menangis karena terkejut mendengar suara pecahan telepon rumah yang reflek Khaled tembak dari pistol yang ia simpan dibawah bantalnya. Lelaki itu bergerak secara impulsif pada apapun yang menganggu tidur putra bungsunya. Tapi malah berakhir begini.
"Sialan! Siapa yang menelepon dini hari begini." Ujarnya murka.
Lelaki itu mengelus punggung kecil putranya, sedangkan tangan yang lain menyangga erat agar tak jatuh. Masih teringat jelas saat dulu ia menjatuhkan Nehan saat berumur lima tahun karena tak berani terlalu kuat menopang. Takut putra bungsunya yang paling lemah akan remuk ditangannya.
Khaled berdecak. Lalu ia menutup mata Nehan dengan telapak tangannya.
"Tidurlah."
Suara segukan masih terdengar beberapa menit. Tidak ada pergerakan, Khaled kira Nehan sudah tertidur. Baru saja akan meletakkannya pada ranjang, tubuh itu tersentak. Tangannya melingkar pada leher Khaled.
"Hiks.. mau susu." Nehan mendongak. Memperlihatkan wajah yang basah akan air mata. Kali ini tangis sungguhan.
"Tidak ada susu. Jangan merengek dan tidurlah." Ujarnya dingin.
Mendapat penolakan, bibir itu melengkung ke bawah. Nehan hanya bisa menurut dengan air mata yang mengiringi. Meminta Meena membuatkan pun Nehan tidak berani keluar kamar disaat lampu seluruh mansion hampir semuanya padam. Selain cengeng dan tukang makan, Nehan adalah spesies yang percaya adanya hantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda's Reyes (END)
Teen FictionMenjadi putra Reyes bukanlah hal yang mudah bagi Nehan. Ia hanya seorang anak berusia 10 tahun yang terjebak dalam lingkaran masalah. "Daddy, Nehan ingin lihat koala." Reyes mengamati putra bungsunya yang duduk di tempat tidur tak jauh dari sofa yan...