Belum Usai

2.1K 175 14
                                    

Asap rokok berterbangan di sekitar pemuda yang mengenakan mantel hitam. Pria itu duduk di rerumputan ditemani angin musim semi dan suara anak-anak. Ia sendirian disaat taman, tempat ia singgah diisi oleh keluarga yang menghabiskan akhir pekan.

Lelaki itu melirik kaleng bir yang disodorkan tepat di wajahnya. Tanpa kata, ia menerimanya. Seorang pemuda lain duduk di sampingnya.

"Huh! Minum bir di pagi hari. Kau ini memang aneh, ya." Ujar Vince pada sahabatnya.

Akio mengacuhkannya. Memandang ke depan tepat pada anak lelaki kecil yang tengah berlari mengejar anjingnya.

"Kau tak mau pulang?"

Vince menatap wajah Akio. Ia tau jika pemuda di sampingnya ini tidak pernah sekalipun pulang sejak hari itu.

"Tidak ada yang menungguku pulang lagi." Ujarnya datar.

Kalimat itu terdengar biasa jika orang lain yang mendengarnya. Akan tetapi, Vince seolah merasakan kepedihan di dalamnya.

"Aku tidak akan minta maaf." Kata Vince.

Akio kembali menegak birnya. Sorotnya masih memandang pada anak-anak yang bermain riang. Keduanya diam. Menikmati suasana kota terpencil yang beberapa hari ini mereka tempati.

"Kenapa kau tidak membiarkanku mati?" Tanya Vince pada akhirnya.

Malam sebelum esok di penggal, Akio menyusup ke penjara. Pemuda itu nekat meretas sensor keamanan dan mengalihkan perhatian penjagaan super ketat sendirian. Melepaskan pelaku yang telah membunuh dua adiknya.

"Kita impas."

Hanya itu jawaban yang Vince dapat dari sahabatnya sebelum Akio berdiri hendak pergi.

"Kau akan aman disini." Ujar Akio berbalik menuju sebuah mobil yang menunggunya.

"Sampai jumpa."

Vince tak menatap kepergian Akio sedikitpun. Bahkan saat kata perpisahan terdengar di rungu Vince, pemuda itu tetap menatap lurus.

Dalam mobil, Akio mengamati punggung lebar Vince. Sekarang, bukan hanya Vince yang akan dijadikan buronan. Akio tengah diburu dengan tuduhan berkhianat.

"Kau hutang banyak padaku."

Akio mendengus mendengar suara tengil lelaki di sampingnya. Kalau tidak dalam keadaan mendesak, ia juga mana mau meminta bantuan pada pemuda menjengkelkan sepertinya.

"Tutup mulutmu sebelum aku menutup usiamu, Noah."









Halo gess!

Disini aku mau bilang terima kasih buat yang udah baca dan vote Tuan Muda's Reyes.

Makasih juga yang senantiasa nunggu cerita ini dan kasih komentar yang buat aku tau kalau ceritaku itu layak.

Nah, kayaknya gak seru kalau endingnya kayak gini.

Aku ada beberapa opsi pilihan buat karyaku selanjutnya.

A. Sequel 'Tuan Muda's Reyes'

B. Ceritain Vince aja

C. Cerita salah satu Tuan Muda Reyes

D. Tentang kembar lain

Ditunggu komentar kalian yaa..

Tuan Muda's Reyes (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang