BAB 8 - Let's Hurry Up!

3.1K 280 3
                                    

"Challen Tolucan Reyes."

Seorang lelaki dengan kemeja dan celana kerja berwarna hitam memutari kursi dengan pemuda sebagai tahanan. Senang sekali rasanya, setelah sekian lama ia berhasil membawa salah satu keturunan Reyes.

Tuk

Challen melirik pipinya yang terasa dingin oleh ujung senapan. Lalu kembali menatap malas orang yang ada di depannya. Sebenarnya ia ingin bekerja cepat, namun tindakan gegabah tak akan menyelesaikan apapun.

"Hem.. apa kau bisu? Kukira pewaris Reyes itu sempurna. Ternyata hanya pemuda cacat yang lemah." Ujar lelaki itu.

Lelaki paruh baya itu duduk pada sofa single berhadapan dengan Challen. Menyesap vape dengan sebelah tangan yang lain memainkan pistolnya.

"Kau persis seperti ayahmu."

Lelaki itu tersenyum penuh arti. Ia mencondongkan badan dengan smirk yang terlihat angkuh dan licik.

"Pantas saja ibumu memilih pergi dari keluarga iblis seperti kalian."

"TUTUP MULUTMU!" Ujar Challen marah.

"Hahaha.. anak yang malang."

Challen bukan tipe tempramen seperti Algis. Akan tetapi mendengar statment orang lain mengenai keluarganya ia bisa seperti bensin yang disulut api. Dengan arah pembicaraan ini, Challen tau kemana obrolan akan berakhir.

"Adikmu pasti sangat merindukan ibunya. Oh, aku lupa. Bagaimana bayi yang baru lahir bisa mengingat ibunya yang mati tepat dihari kelahirannya."

Tepat sasaran. Beberapa hari lalu ia mendapati data tentang adiknya telah bocor di dunia bawah. Lalu dengan kemunculan berita ini, dunia bawah mulai bergerak untuk menumbangkan keluarga Reyes yang terkenal akan kekuasaan yang tak pernah goyah oleh siapapun.

Beberapa jam setelahnya, tiga pusat markas diserang secara bersamaan. Seolah menggiring Reyes untuk pergi dari kediaman utama. Challen tertawa dalam hati. Sungguh scenario yang baik.

"Ha! Mengesankan." Gumam Challen merasa lucu pada situasi sekarang ini.

"Apa kau bilang?"

Lelaki itu tentu merasa terkejut. Bukan ini reaksi yang ingin ia dapatkan. Bagaimana wajah itu terlihat penuh senyuman keji disaat adik kesayangan dan ibunya tengah dikasihani. Apa berita itu salah?

Challen yang awalnya menunduk sedikit menaikkan pandangan walau tertutupi rambut bagian depannya yang mulai memanjang. Senyum itu menghilang, tergantikan dengan wajah dingin.

"Aku bilang mengesankan, dasar tuli!"

"KAU!"

"Dengar, Albern. You are so annoying. So, get out of my face!"

PRANG

Albern, lelaki itu melepaskan peluru ke tiang sel pada pojok ruangan. Menutupi wajahnya dan tertawa keras. Ia kembali duduk pada sofa. Memang bocah di depannya ini tak punya rasa takut sama sekali. Lihat tampang datarnya setelah lima jam di sekap. Tapi ini memang sedikit aneh. Orang seperti Challen ini sebenarnya bisa membantai seorang diri.

"Apa yang kau rencanakan? Mau menunggu semua musuh keluargamu melenyapkan adik kesayanganmu?"

Pemuda yang masih mengenakan kemaja putih dan celana hitam khas kantoran itu berdecih.

"Itu kalau anak buahmu mampu melewati bocah SMA di kediaman kami."

"Kau terlalu meremehkan musuhmu Challen. Bahkan ayah dan kakekmu tak mampu melindungi ibumu saat itu."

Tuan Muda's Reyes (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang