BAB 12 - Istana Berjeruji

2.8K 271 3
                                    

Dua bersaudara itu mengamati jendela besar sebuah toko. Lampu di dalam nampak menyala, tapi yang mencuri perhatian adalah papan dengan tulisan TUTUP!

Dapat diakui jika Akio adalah penipu handal dalam berjudi dan menyamar. Tapi, pemuda licik ini ternyata tidak tau jika toko hewan hanya buka sampai pukul 4 sore.

"Apa yang kalian lakukan disini?!"

Sebuah suara menyadarkan mereka. Seorang lelaki paruh baya tengah menghampiri mereka dengan raut wajah kesal.

Bagaimana Akio bisa membawa Nehan keluar dari wilayah Reyes disaat keluarganya mati-matian menekan penyebaran berita tentang si bungsu di dunia bawah. Apalagi Akio adalah keturunan Reyes yang paling dikenal baik dari orang awam ataupun musuh.

"Paman Ace." Panggil Nehan senang.

Ingat lelaki yang dihubungi Nehan untuk menagih janji ke kebun binatang. Lelaki yang dipanggil Ace itu tersenyum hangat lalu mengambil alih Nehan. Ia sungguh rindu dengan ponakannya ini.

"Hai, ponakan paman yang paling lucu. Sedang apa kau disini, hem? Angin malam tak bagus untukmu." Ujarnya menyindir.

Awas saja kau anak nakal. Mungkin seperti itu Akio menerjemahkan raut wajah pamannya itu.

Dibanding dengan Khaled, banyak orang bilang jika Akio ini sifatnya lebih mirip dengan Harace. Dia adalah anak tunggal dari adik Reyes Zayd -ayah Khaled- dan masih lajang. Oleh karena itu, Ace sangat menyayangi Nehan seperti putranya sendiri.

"Han mau beli ikan paus, tapi tokonya sudah tutup."

Uhuk

Ace tersedak. Ia melotot pada Akio yang memalingkan wajahnya. Siapa lagi yang bisa mengajarkan hal aneh pada Nehan selain si sinting ini. Siapa yang akan membeli ikan paus di toko hewan peliharaan?

"Han sayang, ikan paus tidak dijual. Kalau mau melihatnya, kamu harus ke kebun binatang." Jelasnya pelan-pelan.

Ace tidak tega melihat raut kecewa Nehan. Bahkan Nehan menelusupkan wajahnya ke dada Ace tidak ingin dilihat. Bahkan pria itu bingung, sejak kapan ponakannya ini suka sekali pada hewan. Padahal dulu Nehan hanya suka makan dan tidur.

"Jangan sedih, kakakmu memang payah. Biar paman mengajakmu ke kebun binatang besok. Sekarang kau harus pulang dulu." Bujuknya.

"Apa kau bilang, payah?!!"

Ace menatap tajam pada Akio hingga pemuda itu hanya bisa berdecih sinis. Ia bahkan terlihat lebih takut pada Ace dibandingnya dengan sang Kakek, Ayah, ataupun Kakaknya.

Si bocah mendongak. Percikan binar semangat terlihat lagi. Tapi masih ada sedikit kilatan kecewa didalamnya.

"Janji? Terakhir kali Paman berbohong pada Han." Kepala Nehan bergoyang riang.

"Tentu saja. Pinky Promise?"

"Apa itu?" Tanya Nehan bingung ketika Ace menyodorkan jari kelingkingnya.

Akio membuang wajah. Lalu Ace tersenyum tipis mendengar Nehan bingung dengan hal yang sesederhana ini. Bahkan anak umur tiga tahun tau apa itu pinky promise.

"Pinky promise artinya Paman janji dan tidak berbohong untuk bawa Han ke kebun binatang besok."

"Lalu ini untuk apa?" Tunjuknya pada jari kelingking pamannya.

"Ini perjanjian kecil. Mana jari kelingking Han."

Nehan mengikuti arahan Ace. Lalu Pamannya itu mengaitkan jari keduanya dan menekan ibu jari diakhirnya. Bocah sepuluh tahun itu tersenyum kecil. Ia tau hal baru dan itu menyenangkan.

Tuan Muda's Reyes (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang