"Hipotermia."
Ran menahan napas mendengar vonis dokter pribadi Reyes yang sudah ia duga sedari menemukan Nehan di saluran air setelah satu jam kehilangan. Ia rasa jantungnya pindah ke ginjal.
"Nehan terlalu lama berada di air. Huh, aku tidak yakin kau akan baik-baik saja." Ujar Deris menatap kasihan pada Ran.
Ran mendelik. "Hey, diamlah. Bukan salahku jika dia main tapi tidak pamit dengan pengasuhnya." Sangkalnya.
"Tetap saja. Lihat, dia bahkan sampai harus di infus dan pakai masker oksigen." Deris tersenyum jahil melihat wajah Ran kian pucat.
"Segitu parahnya?"
Deris menghela napas. "Untungnya tidak sampai henti jantung."
"Kalau tidak kau akan." Deris menggerakkan tangannya melintang di leher. "Yah, kau selamat haha." Katanya tertawa iblis.
Pria yang masih basah kuyup itu menerjang Deris. Mencekik brutal karena kesal diejek terus menerus. Tidak lucu menertawakan nyawa yang sudah diujung tanduk.
"Sebelum aku mati kukirim kau ke neraka terlebih dahulu. Dasar dokter tidak waras!" Ujarnya penuh emosi.
Dokter muda itu masih tertawa. Tangannya menahan pergerakan Ran yang sarat akan kilat balas dendam. Iya, Deris sering menjahili sekretaris Khaled satu ini yang memang tak bisa diajak bercanda disaat berjumpa seperti sekarang ini. Sangat mengasyikkan!
"Uhuk, lepaskan." Deris menepuk lengan Ran yang mencekiknya. "Kau akan jadi pasien kedua ku hari ini jika tidak ganti pakaian."
Dengan susah payah akhirnya Ran melepaskan tangannya. Meremas rambutnya merasa frustasi. Baru saja ia tiba di kediaman Reyes, sudah ada satu masalah. Ia yakin akan ada masalah lain yang akan datang padanya seolah berada di sekitar anak-anak Khaled adalah petaka untuknya.
Tak berkata apapun, Ran keluar. Ia akan berganti pakaian dan menemani Nehan sambil mengerjakan tugas setelahnya.
"Tuan Muda Algis!"
Oh shit!
Ran berhenti dan bertatapan dengan Algis yang sudah berdiri di ujung tangga. Masalah kedua kini datang. Hal pertama yang akan terjadi...
"Mengapa pria tua ini ada disini?"
...Algis menanyakan orang asing yang masuk ke rumahnya. Walau bukan benar-benar orang tak dikenal sekalipun.
Untuk kesekian kalinya Ran merasa kesal dengan alasan yang berbeda. Apa tadi? Pria tua.
"By the way, aku hanya lebih tua enam tahun dari kakak sulungmu." Koreksinya.
Remaja itu melengos. Tak memperdulikan protesan dari sekretaris ayahnya itu. Melewati begitu saja Ran yang mendengus kasar.
Begitu juga Ran yang melanjutkan langkahnya menuju lantai satu untuk mengambil berkasnya yang masih berserakan di ruang tamu. Ah, pasti kopinya sudah mendingin.
"Loh, kamu bolos lagi? Kenapa murid sepertimu tidak dikeluarkan saja sih." Ujar Deris yang baru saja keluar dari balik pintu kamar Nehan.
Algis mengernyit bingung. Rautnya seolah bertanya kenapa dokter tidak waras ini keluar dari kamar adiknya. Lalu berbagai pemikiran buruk muncul satu persatu. Menoleh ke belakang ia sudah tidak mendapati presensi Ran.
"Minggir!" Ia sedikit mendorong bahu Deris agar menyingkir dari pintu.
Brak
Deris melihat sekitarnya. Hanya ada lorong yang sepi. Wajahnya terperangah tidak percaya. "Wah! Memang ya pepatah tamu adalah raja itu sungguh omong kosong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda's Reyes (END)
Ficção AdolescenteMenjadi putra Reyes bukanlah hal yang mudah bagi Nehan. Ia hanya seorang anak berusia 10 tahun yang terjebak dalam lingkaran masalah. "Daddy, Nehan ingin lihat koala." Reyes mengamati putra bungsunya yang duduk di tempat tidur tak jauh dari sofa yan...