Tengah malam Nehan terbangun karena merasa lapar. Ia menolak makan malam dengan alasan kenyang minum susu. Akio yang tak mau memperpanjang akhirnya menyerah membujuk.
Mata kecil itu mengerjap menyesuaikan cahaya lampu tidur di sebelahnya. Lalu ia segera turun dari ranjang saat tak mendapati siapapun di kamarnya. Biasanya ada Meena atau Akio disampingnya. Kalau memang ditinggal, Meena selalu menyediakan susu di nakas. Tapi hari ini tidak ada. Jadi, Nehan inisiatif ke dapur sendiri.
Baru membuka pintu, Nehan mendengar suara ramai dari pintu kamar sebelahnya. Apa Atlas sudah pulang? Pikirnya. Mengintip sedikit, Nehan mendapati sang Daddy dan orang asing didalamnya.
"Ini cukup parah, Tuan. Saya menyarankan jika Tuan Muda istirahat total beberapa hari."
"Ya, lakukan." Khaled menghisap vape dan menghembuskannya pelan.
Nehan bergeser sedikit saat melihat ayahnya itu berjalan mendekati ranjang. Ada seseorang dibalik selimut yang ia yakini itu Atlas.
"Kerja bagus. Aku akan mengurus sisanya." Ujarnya menepuk bangga pundak Atlas.
Khaled berbalik. "Kau tinggal dan rawat dia sampai sembuh. Ingat, jangan sampai putra bungsuku tau keadaannya."
"Dad–"
Kruyuuukk
Nehan memegang perutnya. Lebih baik ia mencari makan lalu kembali ke sana untuk menemui Atlas. Susah payah ia menuruni tangga dikegelapan karena takut tergelincir. Ia tak bisa menyalakan lampu karena saklarnya terlalu tinggi.
Nehan akhirnya sampai di meja pantry. Tapi ia tidak bisa melihat apapun di atas. Ia menarik kursi dan menaikinya.
Matanya berbinar saat melihat bolu kukus yang Meena buat sore tadi untuk camilan tea time Akio. Ia beralih duduk di meja pantry dan menarik piringnya."Enwak."
Wajah Nehan penuh dengan coklat dan remahan bolu. Tangannya yang kotor sesekali ia bersihkan dengan piyama karakter beruang yang dipakainya. Memang paling benar Nehan itu kalau makan harus disuapi.
Hic
Acara makan bolu terhenti. Tenggorokan Nehan tersendat hingga menyebabkan cegukan. Melihat sekitar, tidak ada air minum di meja. Jadi, Nehan turun dari meja dengan bolu masih ada di genggamannya.
Sebelah tangannya yang kosong berusaha membuka lemari pendingin.
"Hiiiihh, kenapa susah sih." Kesalnya.
Merasa tak berhasil dengan satu tangan, Nehan meletakkan bolunya di lantai. Lalu dengan sekuat tenaga membuka lemari pendingin hingga usahanya tidak sia-sia. Segera ia mengambil botol besar berisi air mineral dan menaruhnya ke tempat semula.
Bekas coklat ada dimana-mana. Gagang pintu kulkas, botol minum, kursi, meja, bahkan lantai. Tak peduli dengan itu, Nehan jongkok, mengambil kembali bolu yang ia letakkan di lantai. Mulutnya siap memakan kembali bolu yang masih sisa banyak itu.
Klik
Hingga lampu dekat dapur menyala dan seseorang mencekal lengan Nehan.
"Kenapa ada di dapur jam segini anak nakal?!" Ujar Khaled.
Pria itu mengambil bolu di tangan putranya dan membuangnya ke westafel. Untung saja ia datang atau anak bungsunya itu akan makan makanan kotor.
"Daddy, Han masih lapar. Kenapa bolu Han dibuang?" Kata Nehan sedih.
Khaled mengambil tisu untuk membersihkan wajah Nehan.
"Dimana pengasuhmu?! Bagaimana jika kau terjatuh saat berjalan kesini." Khaled mengecek tubuh putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda's Reyes (END)
Teen FictionMenjadi putra Reyes bukanlah hal yang mudah bagi Nehan. Ia hanya seorang anak berusia 10 tahun yang terjebak dalam lingkaran masalah. "Daddy, Nehan ingin lihat koala." Reyes mengamati putra bungsunya yang duduk di tempat tidur tak jauh dari sofa yan...