Sejak kehamilan Helia, subuh Malvian selalu terganggu dengan suara muntahan di kamar mandi dan dibarengi dengan tangisan lelah Helia. Mau tidak mau, Malvian harus memaksa matanya yang masih berat untuk dibuka, serta tubuhnya yang lelah karena baru bisa tidur hampir pagi tiba.
"Udah?" Tanya Malvian setelah Helia tidak bisa memuntahkan apapun lagi dari perutnya.
"Udah."
Malvian langsung bergerak dengan cekatan saat pertanyaan nya dijawab oleh Helia. Membersihkan muntahan istrinya, mengelap mulutnya serta menggendong wanita itu kembali ke kasur. Tentu saja setelahnya ia harus kembali tidur karena, jam baru menunjukkan pukul empat dan tubuhnya benar-benar lelah.
"Ian."
"Tidur lagi, bebe." Malvian mengeratkan pelukannya pada tubuh Helia, tidak lupa mengusap punggung hingga pinggang wanitanya yang sudah menjadi kebiasaan setelah masa hamilnya.
"Ian~" Rengekan Helia diabaikan oleh Malvian.
"Hiks... hiks jahaat... Ian jahat~"
Malvian menghela napas lelah dalam pejamnya. Wajah Helia yang sudah dibasahi air mata menjadi hal yang pertama Malvian lihat saat membuka matanya dengan paksa. Tangannya mengusap wajah dengan kasar kemudian kembali memeluk sang istri agar lebih tenang.
"Iya, maaf ya. Maafin Ian udah cuekin Iia." Ucap Malvian dengan setia mengusap punggung wanitanya dan mata yang kembali terpejam.
Bukannya tenang mendengar maaf Malvian, tangis Helia justru semakin pecah. Tubuh Helia dalam pelukan Malvian mulai memberontak, pukulan yang tidak bisa dikatakan pelan itu membuat Malvian meringis. Kalau sudah seperti ini, Malvian benar-benar harus meladeni sang istri.
"Mau apa? Bayi mau apa? Maafin Papi udah cuekin bayi." Malvian menyanggah tubuhnya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya sibuk mengusap perut Helia yang berisi sang anak.
Malvian menghela napas lega saat tangis Helia mulai berhenti, jemarinya mengusap sisa air mata di wajah istrinya. Helia bangun dari tidurnya, bersandar dengan nyaman setelah Malvian menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya.
"Mau apa?" Malvian bertanya sekali lagi pada Helia.
"Mau bubur ayam."
"Iya."
"Bubur ayam China."
"Iya,"
"Mau sama satenya."
"Hm."
"Sate telur puyuh sama ampela."
"Hng."
"Tambah sate ati, deh."
"Iya."
"Dua-dua, boleh?"
"Boleh."
"Yudah, kok kamu belum jalan?"
"Nanti, ya."
"Sekarang!"
"Nanti, babe. Sebelum berangkat kerja kita makan bubur dulu."
"Nggak mau nanti! Sekarang! Aku lapernya sekarang."
Malvian memijat pangkal hidungnya dengan lelah. Rasanya ingin menangis, tapi setelah dipikir ini semua ulahnya yang sudah menghamili Helia. Jika tau masa mengidam akan sesulit ini, Malvian memilih untuk main dengan pengaman. Menyiapkan mental lebih dulu untuk menghadapi masa-masa kehamilan istrinya. Tapi, menyesal pun sudah terlambat.
Malvia membanting pelan ponselnya saat aplikasi pesan antar makanan belum ada yang membuka restorannya.
"Aku mandi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnatural
Fanfiction●Markhyuck Banyak orang bilang kalau menikah dengan sahabat sendiri akan membuat pernikahan menjadi awet karena, sudah saling mengerti dan memahami satu sama lain. Akan jarang terjadi pertengkaran dalam rumah tangga nantinya. Dulu Helia juga berpiki...