Satu minggu sudah berlalu masa cuti Helia serta Malvian. Mereka kembali disibukkan dengan pekerjaan yang mulai menumpuk. Menuju akhir tahun memang masanya sibuk di kantor. Laporan akhir tahun, laporan keuangan, laporan peningkatan saham dan masih banyak lagi yang harus diurus.
Selama itu juga, Helia dibuat pusing dengan tingkah Malvian. Setelah pembicaraan mereka tentang pernikahan serta Helia yang dengan terus terang mengungkapkan bahwa Jefian adalah laki-laki idamannya, sejak itu pula sifat Malvian berubah. Tidak banyak berubah sebenarnya, hanya saja sikap pria itu yang tidak lagi kasar-- tingkah serta perkataannya, membuat Helia merasa semakin tidak nyaman.
Helia tidak terbiasa dengan semua tingkah manis Malvian yang tiba-tiba itu. Tidak terbiasa dengan perlakuan lembut, seakan dirinya adalah seorang putri kerajaan yang harus dijaga dan tidak boleh terluka seujung kuku. Itu yang Malvian lakukan kepada Helia.
Helia menghela napas pelan, memperhatikan Malvian yang tengah membuka resleting jaket yang ia pakai. Hari ini sudah memasuki musim hujan, tadi pagi pun hujan turun dengan deras. Malvian yang-tumben sekali-- sudah menjemput Helia pagi buta. Cuaca yang dingin ditambah pakaian Helia yang hanya rok sebatas lutut serta kemeja tanpa blazer, membuat Malvian dengan cekatan menyelimuti tubuh Helia dengan jaket kesayangannya yang selalu ia bawa di dalam mobil.
Dalam perjalanan pun, Malvian selalu menggenggam tangannya, menghantarkan rasa hangat dari elusan tangan besarnya.
Setelah Malvian melipat jaket dan menaruhnya di jok belakang mobil, Helia hanya diam, menunggu pria itu membukakan pintu untuknya. Ini hal yang sudah dihapal di lura kepala, Malvian akan marah jika ia menolak untuk sekedar dibukakan pintu mobil.
"Banyak orang ih." Tolak Helia saat Malvian merengkuh pinggangnya di depan lift.
Malvian memang tidak lagi merengkuh pinggang Helia, tapi tangan pria itu beralih mengganggam tangan kirinya.
"Mau nyebrang ke mana sih, mba?"
Helia berdecak dengan bibir mengerucut saat Cerin berdiri di sampingnya, menunggu lift juga. "Diem deh."
Cerin menyapa Malvian yang hanya dibalas anggukan tipis. "Ini yang namanya cuma temen?" Bisik Cerin yang dibalas cubitan main-main oleh Helia.
Lift terbuka, kini terisi lima orang. Helia yang berdiri di samping pria, segera digeser oleh Malvian, berganti posisi dengan pria itu. Helia hanya bisa pasrah karena tidak ingin berurusan dengan Malvian yang bad mood.
Tidak lama lift terbuka di lantai divisi Helia. Helia dan Cerin keluar yang tentu saja diikuti Malvian. Pria itu hanya mengantar sampai depan pintu, entah apa keuntungan yang di dapat. Pria itu hanya akan memakan waktu, harus menaiki lift lagi dan pergi menuju lantai divisinya berada.
"Nanti istirahat sama gue." Ucap Malvian dengan tangan merapihkan rambut Helia. Ngomong-ngomong Cerin sudah masuk lebih dulu.
"Eum." Jawab Helia dengan dehaman malas. Sudah kegiatan rutin sebenarnya Helia selalu makan dengan Malvian, pria itu memaksa untuk Helia selalu bersamanya di luar jam kerja.
"Pagi Helia, pagi Malv."
Wajah Helia berubah cerah seketika saat Jefian baru saja datang bersama senyum ramahnya.
"Pagi pak Jefian, baru datang ya." Ucap Helia dengan senyum lebarnya. Namun senyum itu tidak bertahan lama saat pandangannya terhalang oleh punggung lebar Malvian yang kini berdiri di hadapannya.
"Pagi bang, gimana progressnya sama mba Dina."
Wajah Helia semakin merengut saat Malvian membicarakan hal yang membuat dirinya sadar diri. Pria itu sepertinya memang sengaja memancing.
Kedua pria dewasa itu tida lama berbincang, yang lebih dulu berpamit tentu saja atasan Helia yang sering kali menjadi gosip hangat para wanita single kantor.
"Jangan lama-lama pacarannya kalian, bentar lagi jam masuk kantor." Beritahu Jefian dengan kekehan meledek.
Senyum Helia kembali hilang saat Jefian menghilang di balik pintu. "Udah sana."
"Kenapa sih sensi banget dari tadi." Kata Malvian dengan cubitan gemas di hidung Helia.
"Cium dulu."
Malvian mendekat, menangkup pipi tembab Helia kemudian mencium pelipis sahabatnya.
Helia menipiskan bibirnya, walaupun kebiasaan ini sudah berlangsung satu minggu, tetap saja ia tidak terbiasa. Helia tidak suka perasaan tidak nyaman seperti ini. Ia tidak tau pasti, tapi perasaan membeludak sesak terasa sangat tidak nyaman.
"Jiakhh, liat yang lagi kasmaran."
"Hel, nanti juga ketemu lagi kali. Jangan sedih gitu Malvian pergi."
Masih banyak kalimat meledek yang diajukan untuk dirinya. Helia sudah lelah membalas satu-satu ledekan temannya. Biarkan saja, pasti nanti akan menyusut sendiri. Begitu menurut Helia.
💍💍💍
Hari sabtu adalah waktu untuk istirahat bagi para pekerja. Begitu pun Helia, sejak jumat malam ia sudah mematikan ponselnya, tidak ingin diganggu siapa pun.Maka dari itu, jam delapan pagi ia baru saja bangun. Ia bergegas mandi kemudian akan melaksanakan rutinitas berleha-leha dan memanjakan diri. Mulai dari berendam, skincare wajah serta badannya dan mempercantik kukunya yang kali ini semua ia lakukan di rumah.
Setelah puas memanjakan diri, tepat di jam dua belas. Helia keluar dari kamarnya ingin membuat mie ramen dua bungkus yang pedas dan akan ia bawa ke kamar sambil menonton drama kesayangannya.
"Anak gadis jam segini baru keluar kamar, abis ngeremin telur?" Sindir Dery pada adiknya.
Helia mengabaikan sang kakak yang tengah makan bersama istrinya di meja makan. "Mama Ayah kemana, bang?"
"Keluar, cari jajanan."
Helia beranjak menuju kamar dengan mangkuk besar berisi ramen, telor serta sosis. "Aku ke atas ya."
"Jangan keterusan sampe malem, Hel."
"Iya!" Teriak Helia yang sudah sampai ujung tangga.
Helia sangat menikmati acara bersantainya. Semangkok ramen yang tadi ia seduh pun sudah tandas, berganti dengan cemilan menemani drama episode ke tiganya.
Tepat di jam setengah lima pas, pintu kamar Helia diketuk dengan tidak sabar. Dery, si pelaku pengetukan membuka pintu dengan tidak sabar.
"Lo kenapa ngga bilang si Malvian mau ke rumah!" Ucap Dery dengan menggebu.
"Malah diem! Mandi buruan, Mama sama Ayah lagi siap-siap. Istri gue kasian sendiri di bawah ngejamu keluarganya Malvian. Buruan deh! Ganti baju aja."
Helia mengerjap memperhatikan abangnya yang tengah mengomel, mencoba mencerna semua perkataan Dery.
"Gue ngga ada janji apa-apa sama Malvian hari ini. Ngapain juga dia sama keluarganya?" Kata Helia dengan wajah penuh tanya dan kebingungan.
"Lah!" Dery menatap sang adik dengan tak percaya.
"Malvian mau ngelamar lo, bego!"
"HAH?!" Helia berdiri dengan penuh kejut, jantungnya tiba-tiba berdetak sangat kencang seakan habis berlari maraton.
"Adek! Kenapa masih diem aja?! Itu mak bapaknya Malvian baru sampe Indo, anjir. Lo jangan buang-buang waktu."
Lagi, Helia terkejut dengan semua informasi dari mulut sang kakak. Tubuhnya yang lemas seperti jelly kini terduduk di lantai. Menatap dengan pandangan kosong. Ada apa dengan hari ini.
―〃
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnatural
Fanfic●Markhyuck Banyak orang bilang kalau menikah dengan sahabat sendiri akan membuat pernikahan menjadi awet karena, sudah saling mengerti dan memahami satu sama lain. Akan jarang terjadi pertengkaran dalam rumah tangga nantinya. Dulu Helia juga berpiki...