mantan ϩ

1.9K 281 8
                                    

Kantor tempat Helia dan Malvian bekerja membunyikan suara bel yang menandakan jam kerja telah usai, beberapa karyawan bergegas pulang setelah membereskan meja mereka dan beberapa karyawan memilih diam sejenak untuk merenggangkan otot termasuk Helia.

Berbeda dengan dua opsi karyawan, Malvian sudah berada di lantai divisi Helia llima menit sebelum jam kerja usai. Bukan hal yang aneh, karena memang sudah biasa terjadi namun, akan tetap canggung untuk beberapa karyawan atas keberadaan Malvian sebab pria itu termasuk dalam karyawan dengan jabatan tinggi, segan jika tidak menyapa.

Apalagi Malvian akan menunggu cukup lama dikarenakan Helia yang tidak langsung bergegas menghampiri Malvian, gadis itu akan tetap di bangku kerja sambil bergosip dengan temannya.

"Udah lanjut besok aja gosipnya, itu kamu udah ditunggu Mas Malvian, Hel." Ucap wanita berambut ombre.

"Helia sama Cerin kalau ngga dipisahin paksa, sampe besok juga masih tahan ngegosip." Ucap salah satu lagi wanita berambut pendek.

"Ih apasih mba, lebay." Cebik Helia sambil membereskan barangnya.

"Inget loh Hel, walaupun mas Malvian sahabat kamu, harus sopan kalau masih di kantor. Gitu-gitu dia atasan kita, mines bisa-bisa nilai kelakuan kamu di mata divisi pemasaran." Bisik wanita berambut ombre.

"Halah Mba Dina, mau kelakuan mba Helia di kantor kayak barongsai juga Mas Malvian nggak akan peduliin nilai akhlak mba Heli. Mana bisa bucin gitu tega sama Mba Heli." Sanggah Cerin dengan semangat.

"Tetap aja Cerin cantik, kasian tuh anak-anak, segen mau pulang." Ucap wanita berambut pendek menunjuk beberapa kelompok yang resah ingin pulang. "Mas Malviannya mejeng depan pintu gitu."

"Duh mending kamu cepetan pulang." Suruh Dina dengan tak sabar menarik tangan Helia agar bangun dari duduk.

"Ih mba~ sabar, eh coklat aku Rin." Pekik Helia sambil menahan dorongan dari Dina.

"Ck, inget aja sih mba. Buat aku satu dong."

"No, punya ku." Tolak Helia dengan cepat menyambar dua coklat dari tangan Cerin.

"Bye semua, pulang duluan ya!" Teriak Helia sambil berjalan menghampiri Malvian yang kini sudah berdiri tegap menunggu Helia mendekat.

"Mana ada sahabatan doang kayak gitu ya mba." Ucap Cerin saat masih memperhatikan Malvian yang kini tengah mengacak rambut Helia dengan tawanya.

"Betul, mba yakin jodoh itu mereka. Coba aja tuh, mas Malvian mana ada senyum-senyumnya kalau di kantor, sama Helia senyum nggak ada pelit-pelitnya." Sambar Dina dengan menggebu siap untuk menggosipi rekan kerjanya itu.

"Sama aja ternyata." Bisik wanita berambut pendek degan gelengan pasrah.


💍💍💍


"Besok-besok nggak usah nungguin di depan pintu divisi umum lagi, cape gue bilangin lo terus." Omel Helia sambil sibuk membuka coklat dengan merek terkenal.

Malvian yang tengah menyetir melirik sebentar pada Helia.

"Coklat dari siapa tuh?" Bukannya meng-iyakan celotehan Helia, Malvian justru menanyakan hal lain. Tipikal Malvian yang sering sekali mengubah topik pembicaraan.

"Orang." Jawab Helia dengan malas.

Malvian berdecak dengan jawaban Helia, tangan kanannya dengan lihai memutar stir dan tangan kirinya mengambil coklat yang sisa setengah dari tangan Helia. "Bagi elah, pelit."

"Beli bego, bagi terus." Ucap Helia dengan sebal, sudah tidak ingin melanjutkan makan coklat saat Malvian memberikan sisanya.

"Pelit? Si babi satu ini memang gak tau diri." Malvian melahap sisa coklat kemudian memberikan tangannya pada Helia. "Lo makan pecel lele bayar sendiri kalo gitu."

Helia berhenti membersihkan tangan Malvian dnegan tisu basah. "Eh, gue bercanda ya nyet."

"Gue sih ngga bercanda." Malvian mengangkat bahu acuh.

"Ian mau apa? Mau coklat lagi, eum? Ini coklatnya Iia buat Ian aja. Gantinya Ian jajanin Iia pecel lele." Dengan setengah hati Helia memelas, apapun akan dilakukan demi makan pecel lele gratis.

Pasalnya tempat makan yang akan mereka singgahi memiliki harga yang cukup menguras dompet Helia jika ia beli dengan menggunakan uangnya sendiri. Apalagi porsi makan mereka yang tidak bisa dibilang sedikit.

"Ian~" Rengek Helia saat tak mendapat jawaban dari Malvian saat mobil telah selesai terparkir.

Malvian menahan tawa sebisa mungkin. Mendengar suara Helia yang sedari tadi memelas membuat Malvian tidak bisa untuk tidak tertawa, apalagi wajah anak itu terlihat sangat lucu.

"Cipok gue dulu."

Wajah Helia berubah datar saat Malvian menunjuk bibirnya. "Emang anak tolol." Dengan enteng telunjuk Helia mendorong kencang jidat Malvian

"Yaelah Hel, cipok doang."

"Buat suami gue ini bibir." Helia segera keluar dari mobil, tidak ingin meladeni Malvian lebih lanjut.

"Makanya nikah sama gue, biar gue yang ngerasain bibir--" Ucapan serta langkah Malvian terhenti.

"Bentar Hel."

"Eh, lo mau kemana anjir." Helia mengikuti langkah cepat Malvian

"Silvi!" Malvian menarik lengan gadis mungil yang membelakanginya.

Helia berehenti saat tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia membuang napas kasar saat Malvian sudah bermain kasar pada gadis mungil nan cantik.

"Aw, kamu apa-apaan sih Malv!" Ucap tak suka Silvia saat Malvian menggengam lengannya cukup kencang.

"Kamu yang apaa-apaan! Kemarin masih aku biarin kamu ketauan selingkuh, sekarang makin neglunjak ya!" Marah Malvian hingga wajahnya memerah.

"Lo ini siapa ya? Dateng-dateng langsung marah nggak jelas. Lepasin tangannya Silvia, brengsek!" Ucap pria yang bersama Silvia sejak tadi.

"Apaan sih bangsat, dia cewek gue! Lo diem aja, nggak usah ikut campur." Malvian tetap mempertahankan pegangannya yang sudah berpindah di pergelangan tangan.

"Pacar?" Silvia terkekeh pongah. "Denger ya Malv, gue bukan pacar lo lagi dari malam lo nyiduk gue di hotel."

Malvian terkekeh sumbang. "Kamu jahat banget ya Vi ternyata. Aku mau hubungan kita serius, aku udah nyiapin semua rencana buat ngelamar kamu, bahkan waktu tau kamu selingkuh aku coba buat maafin kamu..."

Helia mendumal panik saat kini sudah banyak orang-orang yang melihat drama pertengkaran murahan.

"...aku diemin kamu seminggu ini buat kasih kamu ruang mikirin hubungan kita yang udah jalan setahun. Kamu dikasih sama Tuhan laki-laki mapan kayak aku malah milih laki-laki pengangguran kayak dia, ngidupin dia yang ada kamu."

"Cukup! Brengsek!"

Plak

Plak

Dari kejauhan Helia meringis saat pipi Malvian ditampar dengan kuat. Gadis itu berdecak saat orang-orang kini mengeluarkan ponsel untuk merekam, tidak ada yang berniat untuk memisahkan.

"Lo itu playing victim banget ya. Nggak nyesel sih gue selingkuh dari lo." Ucap Silvia setelahnya pergi bersama pria yang diketahui sebagai selingkuhannya.

Helia mendekat pada Malvian setelah orang-orang bubar. Ia menatap nanar sahabatnya yang terdiam menunduk dengan wajah kacaunya.

Tanpa kata menenangkan, Helia hanya mengusap punggung tegap Malvian.

〃―


Soon kayaknya ini cerita bakalan banyak delapan belas coret:(( demi kepentingan cerita

UnnaturalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang