telat 𝟙

2.6K 352 6
                                    

Senin pagi biasanya banyak orang mengawali dengan gerutuan kesal, sebab senin adalah hari yang banyak dibenci orang-orang, pelajar maupun pekerja. Sama halnya dengan Helia, dia membenci senin pagi karena pastinya Malvian akan telat bangun dan telat menjemputnya.

"Masih pagi jangan cemberut aja itu, mukanya sepet banget."

"Abang! Jangan ganggu." Helia memekik kesal saat sang kakak mengapit bibirnya.

"Nggak enak diliat itu mukanya."

"Yaudah nggak usah diliat! Ribet banget heran."

"Gue punya mata."

"Astaga, kalian ini udah dewasa masih aja suka berantem." Lerai lelaki berumur pada kedua anaknya.

"Abang duluan Yah." Kesal Helia dengan mata menatap tajam sang kaka. Senin paginya yang tidak baik semakin dibuat memburuk oleh tingkah kakanya.

"Maafin Dery ya Hel." Ucap sesal wanita berbadan dua di samping Helia.

"Gapapa ka, abang yang salah bukan ka Juin." Ucap Helia pada kaka iparnya.

Helia tak ingin memperpanjang masalah dengan sang kaka memilih kembali berkutat dengan ponselnya untuk menghubungi Malvian.

"Lo mau bareng gak Hel? Gue mau berangkat nih." Tawar Dery pada sang adik.

"Kan nggak searah bang."

"Gapapa, mumpung gue lagi baik nih."

Helia berdecak, mengimbang kembali ajakan sang kaka. Panggilan ke sepuluhnya tidak diangkat Malvian, sedangkan jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan, 30 menit lagi jam masuk kantor. Kalau dia menunggu Mavian mungkin akan telat sampai kantor, belum lagi jalanan akan macet.

"Bareng deh, lo bawa motor kan?"

"Iya, lo tunggu depan sana." Ucap Dery yang kini sibuk berbicara dengan sang istri dan calon anaknya.

Helia yang melihat itu memberi ruang pada mereka, memilih berpamitan pada kedua orangtuanya dan menunggu sang kaka di depan teras.

Jarak kantor Helia dengan rumah memang tidak begitu jauh namun, dari tempat kerja sang Kaka berbeda arah. Kalau kantor Helia belok kanan setelah keluar gang rumah, sedangkan Bank cabang tempat abangnya bekerja belok kiri setelah keluar gang. Maka, sangat jarang atau hampir tidak pernah Helia menumpang pada sang kaka dalam sebulan. Ia berangkat selalu dengan Malvian, namun Helia sangat membenci pria itu jika hari senin.

"Iia." Yang dibicarakan akhirnya datang dengan tampilan berantakan keluar dari mobil.

"Lo tuh kebiasaan tau!"

"Sorry sorry." Ucap Malvian dengan wajah sesalnya.

"Sorry mulu, bosen dengernya nanti juga diulang lagi." Omel Helia.

"Aduh, ngga usah ngomel dulu, kita udah telat absen." Kesal Malvian yang baru datang sudah kena omelan sahabatnya.

"Loh Mal, udah dateng." Ucap Dery saat keluar melihat teman adiknya itu.

"Iya bang, mau sekalian langsung pamit. Udah telat." Ucap Malvian menyalami Dery.

"Gue berangkat bang, ngga jadi numpang."


💍💍💍


Dalam mobil Malvian dipenuhi dengan suara Helia yang terus saja mengomel tanpa henti. Sudah biasa bagi Malvian, namun kini karena kepalanya begitu sakit sebab kurangnya tidur, ocehan Helia membuatnya kesal.

"Bisa ngga, marah-marahnya udahan." Potong Malvian dengan suara beratnya.

"Nggak bisa! Lo tuh kebiasaan setiap senin, selalu kayak gini. Pake bawa mobil, udah tau kalau senin macet banget, belum lagi lo telat jemput gue." Omelan Helia tanpa menoleh sedikit pun pada Malvian.

"Besok-besok gue berangkat sendiri aja, lo nggak usah jemput gue lagi."

"Ya jangan dong Hel, lo tetep harus berangkat sama gue, nggak ada berangkat sendiri." Saut Malvian dengan nada tak suka.

Helia tidak menyauti kembali ucapan Malvian, kini fokusnya beralih pada ponsel yang terus saja berbunyi menanyakan keberadaan dirinya. Mata Helia bergulir kesal dengan decakan kencang saat Malvian membelokkan mobil ke drive thru kopi berlogo putri duyung. Bisa-bisanya Malvian singgah disaat masuk jam kantor tersisa lima menit lagi.

"Mal." Panggil Helia dengan nada suara tahan.

Malvian tak menghiraukan Helia, dia terus mengucapkan beberapa menu kopk dan roti, setelahnya melajukan mobil saat pesanannya telah dikonfirmasi. Padahal dia yang memburui Helia karena jam absen mereka akan telat.

"Babi."

"Hel!"

Helia mengabaikan tatapan tajam Malvian, mood paginya benar-benar hancur karena Malvian. Tidak pagi ini saja, kadang karena Malvian juga moodnya setiap pagi akan selalu kacau. Tingkah pria satu itu selalu ada saja yang membuat Helia kesal, beberapa kali pun Helia marah, memukuli lengan dan menjambak, Malvian akan selalu mengulang kesalahan yang sama. Tidak ada jeranya.

Padahal Malvian tau setiap senin selalu ada briefing pagi di divisi Helia. Maka, saat mobil Malvian belum benar-benar berhenti di basement parkiran, Helia segara melepas seatbelt dan keluar dari mobil dengan cepat. Tindakan Helia mendapat teriakan marah dari Malvian, diikuti pria itu segera menghampiri Helia --dengan paper bag kopi-- yang sudah berada di depan lift, mengabaikan mobilnya yang belum benar-benar terparkir sempurna.

"Lo gila ya! Anjing, gue belum selesai parkir lo udah langsung turun, nyari mati lo!"

Helia kembali abai, tidak mau membalas Malvian, karena pasti pria itu tidak akan mau mengalah. Jadi saat pintu lift terbuka Helia segera masuk dan menekan angka lima dan delapan, diikuti Malvian berdiri di sampingnya.

Malvian mengurut dahinya, memang ia yang salah, tapi... Ah senin pagi telat tidak akan masalah, atasan pasti akan memaklumi. Atasan Malvian memang selalu memaklumi dirinya saat telat, tapi bagaimana dengan atasan Helia? Mereka berbeda divisi dan tentunya berbeda juga aturannya.

"Sarapannya, jangan diskip." Ucap Malvian saat angka lift akan mencapai angka lima, ia menyerahkan paper bag berisi sandwich dan cinnamon roll.

Helia menerima dengan malas dan menjawab hanya dengan dehaman.

"Mba Hel, chop chop, Pak Darwin udah nunggu. Aduh untung aku ada barengan telatnya."

Helia segera berjalan mengikuti satu temannya yang sama-sama telat, saat dirinya sempat terdiam beberapa detik di pintu lift.

Malvian terkekeh mendengar samar suara Helia dan temannya yang panik. Ah, Malvian jadi membayangkan jika mereka menikah dan akan melewati setiap pagi bersama, ia pasti tidak akan terus telat karena si bawel Helia akan membangunkan dirinya dengan cara ekstrem sakalipun.

―〃




Hai haiii, nih chap satunya semoga ga ngecewain 😔

Jangan lupa votenya teman-temankuuh

UnnaturalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang