bali 7

1.3K 234 23
                                    

Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi saat Malvian dan Helia keluar dari bandara. Sempat berkendala saat akan mengambil koper membuat membuat kedua wajah sahabat itu sangat lesuh. Belum lagi saat mendapat kabar jika mobil yang akan mereka sewa selama di Bali telat datang.

"Tunggu sini, gue beli kopi dulu."

Malvian beranjak setelah memastikan Helia duduk dengan koper dan tas di hadapan wanita itu.

Tidak menunggu lama, Malvian datang dengan segelas kopi dan smoothies.

"Jangan resek deh, gue masih jet lag." Omel Helia saat pipinya ditempel dengan minuman dingin.

Malvian hanya terkekeh saat Helia merebut minum darinya dengan wajah tersungut.

"Lo ngga laper?"

Helia melepas sedotan dari gigitannya dengan mata bergulir sebal. "Laper, tapi mending kita ke hotel dulu naro semua barang-barang, istirahat sebentar."

"Makannya kapan?"

Helia menghela napas berat, sejak mereka mendarat di Bali, Malvian jadi semakin cerewet. Selalu menanyakan ini itu yang bahkan bukan tipenya Malvian selama mereka bersahabat.

"Lo emangnya udah laper banget?" Helia tidak membiarkan Malvian berbicara saat pria itu akan membuka mulutnya. "Kalau emang udah laper banget, mampir dulu aja ke restoran. Jangan ke pedagang kaki lima karena ini terik banget, gue belum pake sunblock."

Malvian menipiskan bibir, mengumpat dalam hati karena Helia dalam mode tidak bisa diajak bekerjasama.

"Atau mau makan di bandara aja? Mobilnya masih lama kan datengnya?" Helia dengan wajah kesal di pertanyaan akhir.

"Sebentar lagi." Jawab Malvian dengan ketus.

Setelahnya tidak ada percakapan antara keduanya. Helia sibuk dengan minum dan sedotan yang terus ia gigit, dan Malvian sibuk dengan ponselnya.
Hingga dering telpon milik Malvian berbunyi dan pria itu menjauh untuk mengangkatnya dengan raut wajah serius.

"Ngapain?" Tanya Helia saat Malvian hanya berdiri di hadapannya.

"Pak Malv, Maaf telat datengnya pak."

Helia berdiri dari duduknya saat mendengar tutur sopan dari seorang bapak berkaus biru muda. Memperhatikan setiap gerak dan bicara kedua pria berbeda usia itu.

"Mari bu."

Helia mengangguk sopan saat bapak tadi pamit.

"Gue kira kita bakal pake tour guide." Kata Helia dengan langkah pelan di samping Malvian.

"Liburan pake tour guide ngga seru, terbatas mau ngapa-ngapainnya."

"Wuihh, ini lo nyewa berapa duit?" Tanya Helia saat Malvian membuka bagasi mobil Honda hrv.

"Kenapa? Lo mau kita patungan bayarnya?" Tanya Malvian dengan sewot setelah berhasil menaruh semua barang, termasuk koper milik Helia.

"Ngga lah." Jawab Helia dengan cepat lalu masuk ke mobil mengabaikan Malvian yang mengeluh lelah.

Perjalanan dari bandara menuju hotel membutuhkan waktu selama satu jam lebih. Keduanya lelah, terutama Malvian yang harus membawa koper serta ransel milik sahabatnya. Memang bukan Helia yang menyuruh, hanya kemauannya sendiri, namun membuat Helia geram karena Malvian terus mengeluh.

"Anj... Sini gue aja yang bawa!"

"Ngga usah."

"Bli." Panggil Helia pada seorang Belboy.

"Good morning ma'am, would you like some help to bring the goods?" Tanya Belboy itu pada Helia. Pasalnya setelah mengambil kunci kamar hotel, Malvian menolak untuk dibawakan barangnya ke kamar hotel.

UnnaturalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang