F ( 18,998)

4.7K 587 78
                                    

Brakk!

Satu kelas yang awalnya anteng langsung tersentak ketika Barat memukul papan tulis dengan kencang tanpa sebab. Bahkan, Timur yang awalnya meletakkan kepala di atas meja ikut nyungsep, mencium lantai bekas jejak sepatu Barat.

Langit yang sedang asyik bermain game bahkan membuang ponsel tiba-tiba. Loncat sendiri, katanya.

"SANTAI DONG, WOI!" amuk Langit, melihat layar ponselnya retak seketika.

"Lo mau ngajak ribut apa gimana, deh?" tanya Samudera mulai emosi. Gara-gara Barat, kuah mie sop terakhir yang harusnya jadi bagian paling nikmat langsung terjun, masuk ke hidung.

"Si Barat, aya-aya wae uy." Atlas memegang meja sembari menetralkan degup jantung. Ingatan tadi malam, tentang Barat yang memukulnya menggunakan sandal bulu masih jelas membekas dalam ingatan. Jangankan ingatan, benjolan di kepalanya saja masih terasa sakit dan tak kunjung menghilang, yang ada malah makin membesar.

Utara menggerutu, "Barat anjing."

Makian itu diucapkan hampir satu kelas, tetapi Barat sama sekali tidak peduli. Dia malah tersenyum miring, berdiri di depan kelas sambil menumpu tubuhnya menggunakan sebelah tangan.

"Lo semua tahu, kan, kalau gue ketua kelas? Dan, gue juga belum pernah pakai jabatan gue buat apa pun yang bikin kalian repot. Jadi, hari ini rencananya gue bakal memanfaatkan itu, sih."

Mereka berbisik. Namun, seolah tahu apa yang dipikirkan anggotanya, Barat mulai mengetuk jari telunjuk dengan tempo lambat.

"Gue bakal minta kalian—ah bukan, perintah gue buat kalian semua di kelas ini adalah ... buat skor kalian di bawah 90,00. Gue gak terima penolakan."

Mereka langsung bangkit dari tempat duduk, memprotes Barat, tetapi diacuhkan. Yang benar saja! 90,00 tidak mudah. Itu antara hidup dan mati serta harga diri mereka pasti jadi taruhan.

Chelsea menuding Barat, menatapnya dengan nyalang. "Maksud lo apa?! Jangan mentang-mentang lo ketua kelas, terus lo bisa memerintah hal kayak gitu. Heh, lo pikir kami sekolah di sini main-main?! Lawak lo!"

Barat menatap tanpa ekspresi. "Perintah ketua kelas adalah mutlak."

"Lo bisa bilang gitu karena anak emas, lo gak mikirin kita yang statusnya biasa aja. Bahkan sembilan berandal lain juga tetap dipertahankan sama pihak sekolah karena nilai akademik kalian. Tapi buat kita enggak. Kita mati-matian buat pertahanin skor tetap 90,00 itu udah kaya napas diujung tanduk, terus seenaknya lo bilang gitu. Sadar gak sih lo? Matematika doang pinter, kalau gini gobloknya keluar."

Bumi sedikit mendekatkan diri ke arah Bintang. "Barat lagi stres kali, ya?"

Bintang menggeleng. "Dia punya tujuan kali. Lo kan, juga gitu kalau punya tujuan. Gilanya kumat."

Bumi berbinar mendengar jawaban Bintang. "Eh, lo pasti juga punya tujuan, kan? Kasih tahu dong kenapa lo pengin dikeluarin dari sekolah."

Bintang mendekatkan mulutnya ke telinga Bumi. "Gak usah. Gue takut lo bakal spot jantung kalau tahu tujuan gue."

"Chelsea Anastasia, peringkat 11 di angkatan IPA. Pegang janji gue. Ingat, gue bakal pastikan kalian semua aman kalau nurut sama perintah gue."

[✓] Genius Dangerous 2023 : Alpha High School [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang