Lembaran buku sedikit usang itu dibolak-balik perlahan, seolah dia tengah mencari sesuatu di sana. Bukan hanya satu kali, Barat bahkan sudah lebih dari lima kali mendengus tanpa sebab dan bergeser tempat tak nyaman. Entahlah, kacamatanya juga terus melorot, mungkin kebesaran atau batang hidungnya memang berkeringat. Sudah sejak beberapa jam yang lalu, tepat setelah memutuskan keluar kelas Barat langsung menuju perpustakaan. Sendirian, ditemani semilir angin dingin menyejukkan badan, tetapi malah membuatnya merasa tidak nyaman. Diliriknya jam dinding yang ada di tengah ruang, menunjukkan pukul enam.
Rambutnya beberapa kali terbang tertiup angin, juga kedua telinganya yang terasa geli. Awalnya, Barat memang tidak peduli, tapi rasanya semakin diabaikan angin itu malah seperti mengajaknya untuk berkomunikasi.
"Pergi!" Kata penuh penekanan yang diucapkan Barat dengan pelan berhasil membuat semilir angin tersebut menghilang. Namun setelah beberapa menit berlalu, semilir angin kembali menyapa telinga hingga ke tengkuk lehernya.
Barat berdecak kesal, menutup kasar buku yang dibaca lalu membantingnya ke atas meja. Dia bangkit, berbalik menatap sosok siswi yang mengenakan seragam sekolah lusuh. Gadis itu tersenyum semanis mungkin, menampilkan bekas jahitan yang masih basah di sekujur tubuhnya. Lebam dan luka ada di mana-mana, bahkan sampai kedua matanya mengeluarkan darah, tapi dia sama sekali tak tampak kesakitan.
"Pergi! ngapain kamu di sini?" Barat menatap gadis itu tanpa ekspresi. Dia bukan indigo, lebih baik jika dikatakan kalau ini hanya suatu keberuntungan.
Bukannya menurut, gadis itu malah makin melebarkan senyum sampai giginya yang sebagian patah dan hilang juga mengalirkan darah membasahi pakaian. Sepersekian detik, mereka sudah berhadapan. Bohong kalau Barat tidak terkejut. Jantungnya bahkan berpacu lima kali lebih cepat dari sebelumnya akibat kejadian yang terlalu tiba-tiba.Mata mereka saling beradu pandang dalam kehampaan. Aroma tak sedap mulai terendus sampai rasanya hampir mual. Barat mengepalkan kedua tangan saat wajah tertutup rambut basah itu semakin dekat.
"Pergi dari sini, Bangsat!"
"Aku datang baik-baik, tapi kamu malah mengusirku begitu, huh." Suara itu jelas terdengar meski tidak ada siapa pun orang yang berbicara. Samar, nyaris hanya seperti bisikan. Tapi Barat yakin, itu pasti suara gadis ini, pikirnya.
Barat memalingkan muka, mengembuskan napas berat lalu menggeser tubuh untuk berbagi tempat duduk. Gadis itu langsung beranjak, berbalik membelakangi Barat. Rambut panjangnya dikibaskan pelan, membuat tetesan air mulai merembes jatuh di kaki-kaki kursi.
"Nah, selesai." Barat mulai mengikat rambut basah itu menjadi satu bagian. Meski tampak kusut, tetapi setidaknya lebih enak dipandang. Dia memandang sambil memiringkan kepala, ekor matanya tak pernah bisa lepas. Baru kali ini rasanya mengagumi satu wanita berkulit putih pucat tanpa nyawa sampai tanpa sadar membuat dirinya mabuk kepayang. Darah dan semua hal menyeramkan yang melekat di tubuhnya seolah sirna, tergantikan rupa ayu dan sorot mata teduh cantik. Dia, gadis mati yang bukan satu kali ini pernah ditemuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Genius Dangerous 2023 : Alpha High School [Terbit]
Mystery / ThrillerPanduan baca bisa cek akun ini! Alpha High School adalah sekolah bergengsi yang terletak di Jakarta pusat. Di sekolah ini bukan orang yang punya uang yang berkuasa, melainkan yang jenius lah yang berkuasa. Simpelnya lo jenius o berkuasa. Sekolah ini...