2³ + √16

4K 538 19
                                    

"Gue mohon, jangan bunuh gue."

Di lorong apartemen, seorang pemuda menyeret tubuh menjauh dari sosok pembunuh. Kakinya seperti sudah mati rasa ataupun lumpuh, dia tidak tahu. Yang jelas, dia harus bisa selamat dari orang yang ingin membunuhnya.

Pemuda yang mendekatinya kini berjalan semakin santai, mengikis jarak. Sebuah katana di tangannya bergesekan dengan lantai sehingga menimbulkan suara decitan memekakkan telinga. Dan dalam sekali ayunan, katana itu berhasil memotong kaki begitu rapi, membuat sang korban berteriak kesakitan.

"Akhh!!!"

Si korban memegangi pahanya, berharap mempunyai kekuatan lebih untuk menjauh. Namun, lagi-lagi si pelaku mengayunkan katana dan mengarahkan ke bagian lain.

"Jangan bunuh gue. Gue gak tahu mau lo apa," ucapnya memohon.

Air matanya mengalir, antara takut dan merasakan kesakitan. Kaki dan tangannya sudah terpotong, dia tak bisa banyak bergerak sekarang. Dia bahkan sempat merutuki kebodohan karena berani keluar saat malam. Terlebih, Barat—ketua kelasnya sudah memperingatkan mereka untuk selalu waspada.

Bukankah dia sudah berhasil mendapat jalur VIP, berjumpa dengan malaikat maut? Baru dua hari berselang semenjak kematian Chelsea dan satu anak kelas lainnya. Kini apakah dia yang jadi selanjutnya?

Si pelaku tertawa. "Ada kata-kata terakhir?"

Si korban semakin ketakutan, wajahnya sudah berlumur darah, belum lagi air matanya semakin mengalir deras. Dia terus menangis ketakutan.

"Mau lo apa?"

Pelaku itu berjongkok satu meter dari si korban. Katananya digunakan untuk menaikkan dagu milik agar berani menatap ke arahnya.

Mata si korban sontak membola sempurna. Sosok itu ... dia sangat mengenalnya. Dia juga bagian dari kelas XI-IPA 1. Si korban dengan sekuat tenaga mencoba kembali menyeret tubuhnya. Namun, pelaku bangkit dan menginjak perutnya.

"Ups! sakit, ya? Ututu kasian."

"K-kenapa lo lakuin ini?" tanyanya menuntut. Nadanya terdengar memilukan dengan ringisan tiada ujung.

"Entahlah. Tapi yang pasti, gue cuma mau apa yang lo miliki."

"Udah. Kayaknya lo gak punya kata-kata terakhir, deh. Jadi, biar lebih gampang, gimana kalau gue lumpuhin alat gerak lo?"

Setelah berucap demikian, si pelaku langsung menebas tangan dan kaki yang tersisa dari si korban. Darah mengalir deras dari luka terbuka. Genangan darah semakin banyak memenuhi lantai lorong. Tanpa belas kasian. Si pelaku mengambil pisau dari saku, kemudian merobek kemeja yang dipakai korban, menusuk bagian vital perlahan, tetapi berulang.

"Dasar lemah!"

***

"Apa yang lo lakuin di sini?"

Bintang bertanya saat dirinya tak sengaja bertemu dengan Samudera di lorong gedung apartemen sambil menenteng tas gendong berwarna hitam. Aneh rasanya. Sudah dua hari ini dirinya bertemu dengan Samudera—berkeliaran mengenakan pakaian serba hitam seperti hendak melayat.
Samudera melirik Bintang tanpa ekspresi. "Urusannya sama lo apa?"

[✓] Genius Dangerous 2023 : Alpha High School [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang