•
•
•
Luka bekas sayatan pisau Samudera baru saja selesai dijahit. Tenggara dan Bumi juga sudah mulai kembali dan melakukan hal-hal normal seperti biasa. Mereka datang di ruang inap Barat dan Marvin yang kebetulan satu ruang. Beruntung, keduanya masih selamat.
"Bumi, lo gak balik?" tanya Tenggara tiba-tiba. Bumi yang masih membereskan beberapa obat untuk Barat menggeleng pelan.
"Kebetulan Papa masih perjalanan bisnis ke luar negeri. Haha beruntungnya gue," jawab Bumi sambil tertawa.
Tapi sayangnya Tenggara tahu, suara ketawa Bumi terlalu dipaksa. "Maaf, Bumi, tapi apa bokap lo masih sering mukulin lo lagi?"
"Lo tahu sendiri, bokap gue pengin gue dapat nilai tinggi di sekolah. Kapan lagi anak bodoh kayak gue bisa sekolah di sekolah bajingan kaya AHS, kan?"
Tenggara lalu mengangguk dan menyandarkan tubuhnya di sofa. "Bajingan banget emang sekolah kita itu."
Lalu keadaan menjadi hening. Tenggara menatap lurus kedepan dan mengetukkan kakinya di lantai. "Bum?"
Bumi menoleh saat Tenggara memanggil. Dilihatnya tatapan Tenggara yang kosong, seolah tak ada binar kehidupan di sana.
"Lo kenapa?" tanya Bumi. Ada perasaan aneh saat Tenggara bersikap seperti ini atau Tenggara memang aneh?
Tenggara menggeleng. "Lo pernah mikir gak kalau sebenernya lo itu udah mati, tapi milih melawan takdir dan hidup kembali?"
"Menurut gue itu kesempatan dari Tuhan. Mungkin aja Tuhan terlalu sayang sampai beri kita kehidupan kedua." Bumi mulai mengeluarkan opininya, menyandarkan punggung pada sofa sambil memikirkan kembali jawaban yang tepat.
"Bukan itu maksud gue, Bumi."
Dahi Bumi berkerut bingung. "Terus?"
"Maksud gue, kayak kehidupan secara paksa. Lo seharusnya udah mati, tapi lo dipaksa hidup kembali.
Belum sempat Bumi membalas perkataan Tenggara, Bumi malah panik karena tiba-tiba darah keluar dari hidung sosok di sampingnya. Tenggara mimisan.
Bumi mulai mengambil tisu di atas nakas dan mengarahkannya pada Tenggara, menyumpal dua lubang hidung itu secara paksa saking paniknya. "Lo kok bisa mimisan tiba-tiba gini?"
Tenggara tertawa. "Gak apa, gue udah biasa. Setidaknya gue berhasil melawan penyakit gue. Maaf, karena pernah benci sama lo."
•
Mobil Sedan warna hitam milik Atlas melenggang cepat di tengah jalanan sepi menuju rumah sakit melalui jalur alternatif. Lampu jalan remang-remang tidak terlalu mencolok, juga pembatas jalan tak berwarna. Keduanya sama sekali tak bicara, membiarkan pikiran mereka larut dalam kecamuk rindu. Sekarang tinggal mereka yang tersisa. Namun, jalanan yang semula lenggang terasa aneh begitu cahaya hazard menyilaukan datang dari arah depan, tepat menyorot pada mata mereka.
WOLF’S HELL.
Timur menggenggam erat stir mobil, ditatapnya Atlas yang hanya diam. Mungkin anak itu sedang ketakutan. Mereka tidak punya jalan lain, semua jalur sudah diblokade.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Genius Dangerous 2023 : Alpha High School [Terbit]
Mystery / ThrillerPanduan baca bisa cek akun ini! Alpha High School adalah sekolah bergengsi yang terletak di Jakarta pusat. Di sekolah ini bukan orang yang punya uang yang berkuasa, melainkan yang jenius lah yang berkuasa. Simpelnya lo jenius o berkuasa. Sekolah ini...