Noted : sebagian cerita merupakan kisah nyata.
Rate age : 18+ terdapat adegan kekerasan yang tidak patut ditiru
"Sephia milik ku, sekali pun harus ku bunuh lalu ku awetkan."
Obsesi dan posesive jika digabungkan akan semengerikan apa ya?
Kesalahan t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebelum baca, komen dong guys kalian Nemu cerita ini darimana? tiktok?rekomendasi temen? atau beranda Wattpad? . .
"Kamu udah gak marah sama aku? karena ucapan aku kemarin?" Sephia menenteng tas gendongnya setelah turun dari motor Musa saat mengantarnya pulang.
"Soal kamu belum cinta sama aku?"
"Iya."
"Awalnya sih aku sedikit tersinggung, kepikiran kenapa kamu mau pacaran sama aku kalo kamu gak cinta sama aku."
"Tapi setelah denger jawaban kamu buat Sabai, aku jadi ngerti. Kamu cuma perlu waktu buat cinta sama aku," tambah Musa.
"Kamu seharian ini hilang kemana?" tanya Sephia lagi.
"Gak kemana-mana, sayang. Aku disini, karena aku tahu kamu mikirin aku kan," goda Musa mengedipkan sebelah matanya.
Sephia memukulnya pelan, "kalo emang kayak gitu, harusnya sepanjang hari kamu ada disini sama aku."
"Jadi maksudnya kamu mikirin aku sepanjang hari?"
"Musaa!!!" kesal Sephia menghentakkan sepatunya.
"Apaa!!"
"Ih nyebelin!"
"Hahahha." Musa mengelus rambut halus Sephia dengan kedua tangannya.
******
"Selamat malam, my boy!" Dona membuka kamar Musa tiba-tiba.
"Mama kaget!"
"Oww..anak Mama lagi ngapain senyum-senyum sendiri gitu liat handphone?" Dona mencoba mengintip layar ponsel Musa, namun segera ia matikan dan dimasukannya ke dalam saku.
"Nggak, Ma."
"Jangan bohong sama Mama."
"Lagian tumben Mama udah pulang?"
"Mama kangen sama anak Mama," jawab Dona mengecup kening Musa, memperlakukan anak laki-lakinya seperti bayi.
"Ma! Musa udah gede!"
"Iya iya deh, anak Mama udah gede. Jadi apa yang terjadi di sekolah? kayaknya seru." Dona duduk di samping Musa, meletakan tas mahalnya untuk sedikit melepaskan kepenatan kerja nya dengan mengobrol bersama Musa.
"Musa lagi jatuh cinta, Ma."
"Harus dirayakan itu! Mama pikir hidup kamu cuma matematika aja, baguslah kamu sekarang sudah mendapatkan kebahagiaan lain. kerja bagus, Musa," jawab Dona sangat antusias karena sempat merasa gundah melihat anak laki-laki yang begitu pendiam hanya ditemani buku buku berangka rumit.