18.

3.4K 236 2
                                        

Sebelum baca, tinggalkan jejak ya jangan jadi silent readers

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca, tinggalkan jejak ya jangan jadi silent readers. Dan wajib follow juga akun aku, terimakasih
.
.
.

Semua orang duduk dalam kekhawatiran, menunggu dokter selesai memeriksa kondisi Sephia dalam ruangan yang dipenuhi aroma khas rumah sakit itu. Sejak tadi Joly hanya bisa menangis terisak menyalahkan dirinya sendiri yang meninggalkan Sephia hanya karena tergoda oleh cilok, dan terlihat Musa juga Randi baru saja tiba lalu segera minta pengampunan dari Martin.

"Om, maafin saya. Saya gagal jaga Sephia." Musa bersimpuh dalam tekukan lutut Martin.

"Ini musibah, bukan salah kamu." Martin mengangkat tubuh Musa yang masih bergetar.

"Saya janji, Om. Akan menemukan pelakunya dan berlutut di kaki Sephia minta pengampunan."

"Iya, cari sampai dapat. Om tunggu," ucap Martin yang terlihat penuh dendam juga.

Kemudian bersamaan dengan itu, dokter pun keluar dan langsung dikerubungi semua orang Disana.

"Gimana anak saya dokter?"

"Dia mengalami keretakan tulang punggung, jadi untuk beberapa hari jangan dulu tidur terlentang. Dan tidak boleh beraktifitas berat seperti lari ataupun berenang. Untuk luka lainnya, aman, Pak."

"Retak punggung?" gigi Musa mengerat dan tangannya mengepal hebat.

"Iya, jadi perlu beberapa hari istirahat disini." Dokter kemudian pergi diiringi para perawat di sisi kanan dan kiri.

"Apa yang mereka lakukan sampe punggungnya retak?" Geram Musa dengan tatapan elang yang siap memburu.

"Cari orangnya, Nak. Lalu bawa kesini," ucap Martin yang juga emosi melihat keadaan Sephia yang belum sadarkan diri.

"Lo kenal orangnya?" tanya Musa pada Joly.

"Nggak, gue gak sempet video karena panik." Joly masih menangis dalam pelukan Randi.

"Tapi gue inget wajah mereka, ada tiga orang."

"Tiga orang? satu lawan tiga? Anjing!" bentak Musa meninju tembok disebelahnya.

"Iya, dan terakhir sebelum Mereka kabur. Salah satu nendang punggung Sephia, padahal dia udah pingsan di trotoar."

"Ikut gue!" ajak Musa yang kemarahannya sudah di ujung tanduk.

"Gue juga ikut!" Randi menyambar.

"Lo tunggu disini, gue takut akan ada apa-apa lagi sama Sephia." Musa menyusun strategi.

"Gue cuman minta bantuan Lo, Om Lo polisi kan? gue butuh didampingi dia supaya dibolehin cek cctv halte."

Randi yang langsung paham, segera menelpon Saudaranya agar segera menuju lokasi pengeroyokan Sephia.

Jika Saja Ku Tolak Cintanya BAGIAN ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang