Siang ini ejen Carl terlihat mondar-mandir di depan ketiga pria yang tertunduk takut kerena aura gelap yang terpancar dari ejen Carl.
"Korang tau kan yang arena dah nak mula 2 hari lagi?" tanya ejen Carl.
"Tau, ejen Carl." sahut Alan.
"Habis tu...KENAPA KORANG BUAT HAL, HAH. TENGOK SEKARANG NI, SATU PATAH TANGAN, SATU CEDERA SAMPAI WAJAH PUN TAK NAMPAK JELAS LAGI, DAN KAU PUN ALAN, NASIB BAIK CUMAN HIDUNG KAU TU YANG PATAH." ejen Carl menarik napas untuk menenangkan diri.
"Maaf, ejen Carl. Kita orang tak tau kalau budak tu akan buat sampai macam ni." ucap Alan.
"Aku tak kesah yang korang tu nak senang-senang ngan budak-budak perempuan tu, tapi kenapa korang sampai kalah lawan satu budak kecik je, hah?!. Buat malu je."
"Budak tu tak dapat hukuman ke?" tanya Ryan.
"Nak hukum macam mane, kamera keamanan nampak jelas apa yang korang dah buat, tak kan diorang hukum budak tu, sebab di sini korang lah yang salah." jelas ejen Carl.
"Dah lagi satu, aku tak nak tau pasal korang, sekarang ni yang boleh ikut arena ialah Hamid dan Alan je, korang berdua terpaksa duduk diam kat bilik." ucap ejen Carl seraya berjalan keluar ruang kesehatan.
"Ingat, jangan buat hal lagi, aku tak nak ketua teras panggil aku sebab apa yang korang buat." pesan ejen Carl.
Ke tiga pria itu terdiam setelah kepergian ejen Carl, tak ada yang bicara masing-masing sekarang sedang bergelut dengan pikirannya, tapi satu hal pasti, mereka bertiga tidak menyesali perbuatan yang sudah mereka lakukan kepada ejen perempuan dari pusat.
Setelah kejadian itu, Iman, Rizka dan Mika dibawa ke kamar untuk beristirahat, sekarang ini mental mereka sedang kacau, bahkan semua mentor perempuan sedang berusaha menenangkan mereka.
Sedangkan Chris berada di kamar bersama teman-teman nya menceritakan semua apa yang ia lihat kepada mereka.
"Ck, mana diorang tu sekarang?" tanya Rudy, nampak jelas kemarahan di wajahnya.
"Kat bilik kesehatan," jawab Khai kerena tadi dia yang membantu Ken berjalan kesana.
"Sam, nak pegi mana tu?" tegur Bulat.
"Aku nak tengok Rizka," jawab Sam.
"Jangan!" cegah Chris.
"Kenapa? aku khawatir ngan dia tu." ucap Sam.
"Baik sekarang kau jangan datangi dia dulu, sekarang ni diorang bertiga tu tak berani tuk bertemu lelaki." jelas Chris tertunduk sambil memandangi kepalan tangannya yang memiliki lecet sebab terlalu kuat memukuli Alan dan Ryan.
Sam terdiam dia berjalan masuk kembali dan berdiri di sebelah kasurnya.
"Arrrghh!!" teriak Sam diiringi suara keras sebab dia meninju dinding dengan sangat kuat hingga membuat tangannya berdarah.
"Sam, tangan kau." ucap Aleks panik.
"Aku tak kan maaf kan diorang tu," marah Sam.
"Arrgh, SIAL!!" emosi Rudy sambil meninju lemarinya.
Teman-temannya hanya bisa diam membiarkan Sam dan Rudy melampiaskan kekesalan mereka, tiba-tiba pintu kamar terbuka, ejen cabang terlihat masuk bersamaan kedalam kamar.
"Kau..." Rudy mengepalkan tinju berniat menghajar ejen cabang.
"Sabar Rudy," Khai dan Ali menahan pergerakan Rudy yang berniat mendatangi ketiga ejen KOMBAT dari cabang 2.
"Kenapa budak-budak ni?" bingung Rully.
"Ck, tak kan kau tak tau." sahut Alvis yang emosi mendengar pertanyaan Rully padahal dia sudah menceritakan semua permasalahan yang menimpa Alan dan dua lainnya.