Jam sudah menunjukkan pukul 08:15 pagi, semua ejen cabang sudah bersiap diruang yang menjadi tempat ujian arena berlangsung, ejen pusat sendiri ikut bergabung dengan mentor untuk menonton mereka.
"Aku sebetulnya tak nak buang masa ngan nonton diorang ni," ucap Rudy.
"Nak macam mana lagi, sebab semalam tu kita tak boleh balik rumah karena Black Code masih belum tertangkap." ucap Ali.
"kita pun tak boleh jalankan misi sebab kekurangan orang," ucap Moon.
"Ejen senior pun tak de, sebab ada misi penting, terpaksa kita kena duduk diam lagi kat akademi, nasib baik ada tambahan orang jadi tak la sepi sangat." ucap Bulat.
"Iye, memang tak sepi, tapi lagi bagus kalau diorang tu nak bekawan." ucap Mika.
"Hehe, betul juga." ucap Bulat.
"Mana Alena?" tanya Alicia.
"Masih tidur," jawab Rizka.
"Eiih, dia tak nak tengok kawan-kawan dia belawan ke?" heran Jet.
"Kawan? kawan tak kan buat dia kena singkirkan dari arena." omel Roza.
"Kasihan Alena, mesti dia tengah menangis kat bilik sekarang ni." ucap Moon sedih.
"Biarin lah dia sendiri, kita pun gak mungkin bisa menghibur dia." ucap Rizka.
"Arena dah nak mule," ucap Sam.
Terdengar suara hitungan mundur, tepat saat hitungan berakhir keadaan sekitar seketika menjadi gelap dan semua ejen tidak sadarkan diri.
"Aduh, sakitnye." keluh Khai.
"Eeh, ape dah jadi ni?!" kaget Chris karena saat sadar tangannya telah terikat kebelakang.
"Sapa diorang ni?" ucap Rudy menatap tajam sekumpulan orang bertopeng didepan mereka.
"Korang semua oke?" tanya ejen Geetha memastikan.
"Ejen Geetha, apa dah jadi ni, siapa diorang semua?" Moon balas bertanya.
"Arrrghh!" suara teriakan mengejutkan mereka sesaat sebelum ejen Geetha membuka mulutnya.
Semua ejen pusat segera menghadap kedepan untuk melihat apa yang baru saja terjadi.
"Hamidd!, jangan sakiti dia." mohon Nina yang sudah banjir air mata.
"Kenapa tak boleh, budak ni tak becus jaga Adek aku tau." marah si pria.
"Adek? kau Abang nye Vina!" kaget Hamid.
"Vina? Aaah, budak perempuan yang dah jadi arwah tuu, dia memang ade kat daftar aku, sebab selalu bully adik aku." jelas si pria.
"Vina bukan Adek kau, habis tu siapa? yang dekat sangat ngan Hamid, dia je." ucap Rina.
"Ck ck, korang ni memang bukan kawan baik die, nama dia pun korang tak ingat."
Si pria yang marah itu langsung menendang wajah Rina sampai membuat bibir Rina sobek dan mengeluarkan darah.
"Rina!, siapa awak ni sebenarnya?" marah Arif.
"Korang tak perlu tau pasal aku, aku cuma nak buat korang menderita, oi."
Si pria menggerakkan jarinya, bawahan yang mengerti maksud si bos segera maju dan menghajar ejen lelaki dari cabang 2, bahkan Ryan dan Ken yang sedang cedera pun mereka hajar habis-habisan.
"BERHENTI!!" teriak Ali.
Semua mata kini tertuju padanya, pergerakan para penjahat pun juga terhenti.
"Kau, budak kecik, jangan masuk campur, duduk je diam." ucap pria itu sambil menunjuk Ali.
"Siapa kau sebenarnya, apa yang kau nak?" tanya Ali.