"Ra ..." panggil Anrez. Ia sangat berat sekali untuk mengatakan ini. Tapi tetap saja dirinya harus mengatakan itu. Tiara harus tau.
"She is my ex girlfriend and also my first love, Ra."
Bak disambar petir, rasa sakit menghantam hatinya. Menyadari kalau sekarang suaminya tengah bekerja dengan mantannya dan bahkan cinta pertamanya.
Anrez bahkan berbohong kepadanya mengenai hubungannya dengan Rania. Pikirnya, kenapa harus berbohong? Apa ada sesuatu yang membuat hubungan mereka belum selesai?
"Say—"
"Kenapa harus bohong sih, Kak?" potong Tiara membuat Anrez menutup mulutnya.
"Kenapa waktu itu kamu bilang dia temen kamu padahal dia mantan kamu? Kenapa harus bohong? Masa lalu kalian belum selesaikah?"
"Kak, kenapa juga fotonya masih kamu simpen? Fotonya kamu simpen di tempat yang mungkin aja enggak akan aku temuin. Kamu simpen fotonya di dalem berkas kerja kamu. Kenapa kamu seolah sembunyiin foto itu?"
"Aku tau kita nikah karena dijodohin. Aku juga tau kalau banyak hal yang belum kita ceritain satu sama lain. Tapi enggak harus bohong, Kak. Rasanya sakit banget pas aku nemuin ini sendiri dan ternyata kamu bohong sama aku."
Anrez menundukkan kepalanya. Ia tidak bisa melihat Tiara menangis. Apalagi alasan dibalik Tiara menangis adalah dirinya sendiri.
"Maaf ..."
"Aku butuh penjelasan, Kak," tegas Tiara.
"Ra, aku—"
Tiara menutup mulutnya saat rasa mual tiba-tiba datang. Tangannya yang lain memegang tangan Anrez mengisyaratkan kalau ia ingin mengeluarkan sesuatu yang mendesaknya.
Tanpa pikir panjang, Anrez berdiri dari duduknya lalu membantu Tiara pergi ke kamar mandi. Memapah sang istri dan memegangi infus Tiara.
Huek
Ah, kondisi Tiara benar-benar tidak baik sekarang. Tanda-tanda kehamilannya pun mulai terlihat.
Anrez mengelus punggung Tiara dengan lembut. Berharap semoga hal kecil itu membantu Tiara merasa lebih baik.
"Kalau enggak bisa keluar, jangan dipaksa, sayang."
Tiara menopang tubuhnya dengan kedua tangan yang berada di ujung wastafel. Ia sangat lemas sekali sekarang. Rasa sakit di kepala pun sangat terasa.
"Kak, pusing."
"Iya, kita balik ke kasur, ya." Tiara mengangguk.
"Kamu bisa pegang infus kamu? Aku mau gendong kamu," seru Anrez. Tiara menerima cairan infusnya lalu dengan segera Anrez menggendong sang istri ala bridal style.
Anrez menurunkan Tiara ke ranjang dengan perlahan. Pria itu mengambil cairan infus Tiara lalu menggantungnya kembali ke tempat semula.
"Kamu kalau mau muntah lagi, bilang. Aku ke bawah dulu, enggak apa-apa, ya? Mau ambil kresek buat kamu sama air putih."
"Perlu aku panggil Dokter Dini lagi buat periksa kamu?"
"Enggak perlu, Kak. Aku mau tidur aja," jawab Tiara lalu diberi anggukan oleh Anrez. Tangan Anrez terulur mengelus puncak kepala Tiara.
"Sebentar, ya, cantiik."
•••
Anrez turun dari tangga dan melihat Papa Ali dan Dokter Dini sedang mengobrol di ruang tengah sambil menonton televisi.
Papa Ali menatap Anrez yang berjalan hendak menuju dapur. "Yaya gimana, Rez?"
"Tadi Yaya mual, Pa. Terus pusing katanya. Sekarang lagi tidur anaknya. Aku mau ambil kresek dulu takut dia mau muntah. Kasian kalau harus ke toilet soalnya Yaya pusing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry You ✓
Teen FictionSeorang gadis yang berprofesi sebagai penyanyi, model, sekaligus pemain film itu baru saja pulang dari Paris. Tiba-tiba saja sang papa memberi tahunya tentang keputusan sepihaknya. Tiara akan dijodohkan oleh laki-laki pilihan sang papa. Bagaimana na...