Chapter 28

167 23 6
                                    

"Kak, maaf motong. You said she is your ex and also your first love karena dia pacar pertama kamu. Waktu ketemu dia lagi setelah sekian lama, kamu sempet ke-trigger kah sama kehadirannya?" tanya Tiara memotong ucapan Anrez yang membuat pria itu menutup mulutnya.

Anrez sama sekali tidak memberikan tanda akan menjawab pertanyaan dari Tiara. Lantas gadis itu menganggukkan kepalanya paham atas keterdiaman sang suami.

"Okay, I got it."

"Ra ..."

"Why? Kamu bisa lanjut cerita kamu," balas Tiara.

"Maaf ..."

"Aku suruh kamu lanjut cerita kamu, bukan minta maaf," ucap Tiara. Anrez hanya bisa mengangguk.

"Rez, ngobrol sebentar, yuk?" ajak Rania kepada Anrez yang tengah sibuk pada ponselnya.

Anrez mengalihkan pandangannya pada Rania. "Ngobrol di sini aja. Gue lagi nungguin Tiara."

"Sebentar aja, kita keluar. Nanti minta tolong Rangga buat nungguin istri lo."

"Di sini aja kenapa sih, Ran?"

"Please? Penting," mohon Rania sambil menyatukan kedua tangannya.

Anrez menghela napasnya kemudian mengangguk pasrah. "Ayo. Buruan, ya."

Keduanya pun berjalan beriringan menuju area outdoor. Katanya sih Rania ingin membicarakan hal penting padanya.

"By the way, thank you ya udah mau kerjasama bareng gue. Puji Tuhan, akhirnya projek kita selesai dan lancar sampai launching hari ini."

Anrez mengangguk. "Makasih juga, ya, Ran."

Rania diam. Tidak menjawab sepatah katapun ucapan Anrez dan malah diam menatap lurus ke depan. Menatap langit malam yang sepi, tidak ada bintang sedikitpun di sana.

"Rez," panggil Rania setelah menutup mulutnya sepersekian detik.

"Apa?"

"Gue minta maaf, ya. Maaf kalau kehadiran gue bikin rumah tangga lo sana Tiara agak terguncang."

Anrez terkekeh. "It's okay. Gue ikut andil dalam terguncangnya rumah tangga gue."

Rania mengalihkan pandangannya pada Anrez yang berdiri tepat di sampingnya. Sadar kalau Rania tengah menatapnya, Anrez membalas tatapan itu.

"Gue mau pindah ke luar negeri lagi. Gue mau nikah di sana, Rez. Di New York."

Anrez diam lalu menganggukkan kepalanya. Ikut senang mendengar berita bahwa Rania akan menikah.

"Glad to hear that. Dari dulu lo pengen banget tinggal di New York, kan?" Rania menganggukkan kepalanya pelan. Sedikit terkejut Anrez masih mengingatnya.

"Lo bisa dateng?"

"Hmm kayaknya sih enggak. Istri gue lagi hamil kalau lo lupa," jawab Anrez membuat Rania terkekeh. "Iya, gue lupa," balasnya.

Anrez tersenyum menatap Rania yang kini sudah menatap langit kembali. "Ran," panggilnya membuat Rania menengok ke arahnya.

"Apa?"

"Happy wedding, ya. Gue enggak bisa dateng nanti, jadi gue ucapin sekarang aja. Semoga lo bahagia sama kehidupan lo yang baru nanti di New York bareng sama suami lo," kata Anrez yang langsung menciptakan bulan sabit pada bibir Rania.

"Thanks, Rez. Makasih udah baik sama gue, ya. Maaf sekali lagi." Anrez mengangguk.

"Gue boleh peluk enggak? Terakhir, tanda perpisahan."

Marry You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang