Anrez dan Tiara baru saja tiba di apartemen. Saat sampai, Tiara langsung membuka pintu kamarnya dan menyimpan tasnya di atas kasur kemudian kembali ke luar. Ia mengambil beberapa belanjaannya dan berjalan menuju dapur untuk membereskan barang-barangnya.
Anrez yang memperhatikan setiap kegiatan Tiara pun akhirnya berdiri dan menghampiri istrinya. Ia memeluk tubuh Tiara dari belakang dan menghirup aroma sang istri yang khas dari cekuk lehernya.
"Sayang, masih kepikiran yang tadi, ya?"
"Enggak, Kak," jawab Tiara.
"Kamu enggak bisa bohong sama aku tau, Ra."
"Beneran enggak, Kak," jawab Tiara lagi.
Anrez melepaskan pelukannya lalu membalikkan tubuh Tiara agar menghadap ke arahnya. Kedua tangannya terangkat menangkup pipi sang istri dan mengelusnya lembut dengan kedua ibu jarinya.
"It's okay, sayang. Apa yang kamu khawatirin?" tanya Anrez. Ia yakin sekali kalau masih banyak hal yang mengganggu pikiran Tiara.
Tiara menunduk. "Maaf, Kak. Pasti banyak orang yang bilang aneh-aneh soal rumah tangga kita. Maaf, ya, aku enggak bisa jaga kandungan aku."
"Ssttt sayaangg. Enggak boleh ngomong kayak gitu, ya? Semuanya bukan salah kamu, sayang. Kamu juga enggak mau itu terjadi, kan? Kita udah sepakat loh buat enggak bahas soal ini lagi," balas Anrez lembut.
"Tapi mereka pasti bakal terus bahas, Kak. Mereka pasti udah ngomong yang enggak-enggak soal kamu sama aku. Maaf, ya, kalau aku udah bikin mereka mandang buruk soal kamu dan rumah tangga kita. Maaf ak—"
"Tiara," panggil Anrez memotong ucapan Tiara. Istrinya itu langsung menutup mulutnya saat Anrez memanggil namanya.
"Stop bilang maaf karena kamu enggak salah, Tiara. Aku enggak suka ah kamu kayak gini ngomongnya. Jangan kayak gini, Ra."
"Tapi—"
"Ssttt udah, ya? Aku beneran enggak suka kamu kayak gini, Ra. Berhenti salahin diri kamu dan stop bahas ini. Ya, sayang?"
Tiara diam. Ia malah kembali menundukkan kepalanya. Tangan Anrez langsung mengangkat dagu Tiara agar istrinya menatap dirinya.
"Enggak boleh nunduk. Kita lagi bicara, aturan kamu tatap aku kalau kita lagi bicara." Tiara mengangguk namun matanya tidak berani menatap manik mata milik Anrez. Yang kali ini terasa lebih tegas dari biasanya. Tiara takut.
"Tatap aku, Tiara," seru Anrez tegas.
"Takut, Kak."
Anrez membawa tubuh Tiara ke dalam dekapannya saat sadar kalau ia terlalu tegas dan malah membuat istrinya takut. Ia mengusap punggung Tiara guna menenangkan sang istri.
"Udah, ya? Jangan salahin diri sendiri dan kita sepakat buat enggak bahas lagi. Okay?"
Merasa tidak kunjung ada jawaban dari Tiara, Anrez melepaskan pelukannya kemudian ia menatap manik mata milik sang istri. Terdapat banyak kekhawatiran dan ketakutan serta rasa bersalah di sana.
"Iya enggak, Tiara?"
"Iya, Kak." Tiara akhirnya membalas.
Anrez tersenyum manis kemudian mengelus puncak kepala Tiara. "Maaf, ya, bikin kamu takut. Aku terlalu keras, ya, tadi?"
Tiara menggeleng. "Enggak keras, tapi tegas. Aku baru liat kamu setegas itu, makanya aku takut."
"Sorry, love. Kamu mau lanjut beresin atau istirahat aja? Istirahat aja, ya? Aku tau tadi kamu beres-beres cuman buat ngalihin pikiran kamu aja, kan? Sebenernya kamu capek, kan? Istirahat aja, yuk. Seharian kita udah pergi loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry You ✓
Teen FictionSeorang gadis yang berprofesi sebagai penyanyi, model, sekaligus pemain film itu baru saja pulang dari Paris. Tiba-tiba saja sang papa memberi tahunya tentang keputusan sepihaknya. Tiara akan dijodohkan oleh laki-laki pilihan sang papa. Bagaimana na...