Chapter 16

244 34 3
                                    

"Tau enggak?"

"Apa?" tanya Tiara.

"Aku yang minta perjodohan ini ada."

Tiara mengerutkan keningnya. Bingung dengan pengakuan Anrez. "Hm? Kok bisa?"

"Karena kamu selalu ada di pikiran aku, Ra."

"Ko—"

"Udah, sekarang tidur, ya? Kita cerita-cerita lagi nanti. Udah malem, sayang. Besok kita ke dokter kandungan, ya?" sela Anrez lembut.

"Ihhhh, aku kan pengen tauuu," rengek Tiara.

Anrez terkekeh melihat Tiara yang merengek. "Nanti lagi, sayang. Kamu harus banyak istirahat. Jangan sampe sakit lagi."

Tiara cemberut. "Iya deh."

Anrez membantu mengubah posisi bantal Tiara untuk sang istri tidur. Kemudian tangannya tergerak mengelus puncak kepala Tiara lalu ikut merebahkan tubuhnya melihat ke arah gadisnya.

"Ra," panggil Anrez. Tiara yang dipanggil namanya lantas mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap sang suami. "Hm?"

"Makasih, sayang. Aku seneng kamu hamil anakku," kata Anrez tulus dengan tangannya yang kini tengah mengelus perut Tiara.

"Mang eak?"

Anrez tertawa pelan. "Kenapa gitu sih, sayang? Jelek banget tau."

"Aku jelek?" tanya Tiara sambil cemberut.

"Enggak, cantik."

"Tadi kamu bilang jelek," balas Tiara.

"Enggak, sayang. Kamu salah denger kali," elak Anrez.

"Ih, jelas—"

"Udah, sekarang kita bobo, ya. Besok pagi kita ke dokter loh," sela Anrez. Ia menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Tiara lalu memeluk tubuh gadis itu erat.

"Mas, jangan kenceng-kenceng peluknya, sesek tauuu."

Anrez langsung melonggarkan pelukannya lalu menatap wajah cantik Tiara. "Maaf, sayang. Bobo, ya." Tiara mengangguk.

"Selamat bobo, cantiik."

•••

Tiara bangun dari tidurnya tepat pukul 7 pagi. Selepas sholat subuh tadi, Anrez menyuruhnya untuk kembali tidur. Katanya, semalam Tiara belum cukup tidur. Padahal kan cukup. Tapi karena Tiara istri yang baik, baiklah, ia menurut saja.

Wanita itu mencari keberadaan sang suami di sampingnya, namun tidak ada. Padahal tadi ia kembali tidur bersama dengan Anrez.

Tiara menyampirkan selimutnya lalu turun dari ranjang. Ia keluar dari kamar untuk mencari keberadaan suaminya. Mungkin Anrez ada di bawah.

"Mas," panggil Tiara. Ia menangkap sosok suaminya yang tengah menyiapkan sarapan dari tangga.

"Loh, sayang udah bangun," kata Anrez. Ia langsung berlari menghampiri Tiara yang tengah menuruni tangga.

"Pelan-pelan," peringat Anrez dengan tangannya yang memegangi Tiara, khawatir sang istri akan terjatuh.

Tiara terkekeh. "Mas, enggak perlu kayak gini juga."

"Perlu, sayang. Aku suami siaga tau."

Anrez beralih menggenggam tangan Tiara saat mereka sudah selesai menuruni anak tangga. Senyumnya menghiasi wajahnya di pagi hari yang hangat ini.

Marry You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang