0.3

366 24 4
                                    

"Kalena aunty antik!" Dila menusuk-nusuk pipi Vanka, lalu tersenyum senang.

(Karena aunty cantik)

"Yang bener aja?!" Pernyataan Dila membuat yang lain tertawa terbahak-bahak lagi.

"Kalo aunty cantik nggak?" Tanya Alin.

Dila mengangguk, "tapi, lebih antik aunty," menunjuk Vanka yang rautnya semakin masam.

"Dila ... Jangan panggil Vanka aunty. Panggil Vanka uncle, okey?" Ujar Gaven.

"Huh! Aunty baba!"

"Uncle Dila,"

"Huh! Ba—" ucapan Dila terpotong, karena Alin membisikkannya sesuatu yang membuat Dila tertawa geli.

"Okey! Uncle antik," ujarnya yang sekali lagi membuat semuanya tertawa.

"Terserah, yang penting bukan aunty!" Vanka pun beranjak dari sana menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

Mereka melanjutkan mengobrol sampai larut, dan Derzha, Naka, dan Alin pun berpamitan pulang. Dila juga sudah tidur berbantalan paha Gaven.

Setelahnya, Gaven berdiri hendak berpamitan pulang juga, "Gue juga pulang kalo gitu, biar gue yang bawa Dila," saat hendak berdiri, Gaven di cegah Pondy.

"Nginep aja, nggak kasihan sama Dila apa? Udah malem juga,"

Gaven terdiam mempertimbangkan, "Oke, demi Dila!" Ia menyetujui dengan terpaksa.

Lalu ...

"Tapi nggak gini juga kalikk!" Protes Gaven yang saat ini sudah berbaring di ranjang Pondy bersama sang pemilik dan Dila. Mereka berbagi ranjang dengan posisi Dilaya di tengah mereka. Sebagai pembatas.

Gaven tadi mengira ia dan Dila akan tidur di kamar yang biasa ia tempati saat ngungsi di rumah Pondy.

Tapi tadi Dila merengek meminta tidur bersama papa dan babanya. Bahkan hampir menangis.

"Mau gimana lagi, dia aja merengek mulu, mau nangis. Noh liat, tangan kita aja di pegangin dia tidur," ujar Pondy sambil menunjuk tangannya dan Gaven yang dipegang Dila erat. Seolah-olah mereka mau pergi. Tapi emang sih.

"Tau deh, mending gue tidur aja!" Gaven memejamkan mata, bodo amat sama yang terjadi, mending di tinggal tidur saja.

Pondy yang tak tau harus apa, juga ikut memejamkan mata.

¤¤¤¤¤

Pagi harinya, Pondy terbangun sebab kasurnya berguncang. Ia awalnya hanya mengabaikan, dan tetap lanjut tidur. Tapi lama-lama guncangan di kasurnya semakin keras, ia dengan kesal membuka mata dan melihat siapa oknum yang mengganggu tidurnya.

Kalau itu Vanka, ia akan memarahinya. Namun Pondy terkejut melihat seorang gadis cilik sedang melompat-lompat di kasurnya. Tapi yang membuat Pondy tambah terkejut adalah, sosok Gaven yang tertidur di sampingnya.

Ia lupa kalau semalam mereka tidur seranjang.

BRUK

Sangking terkejutnya, Pondy bahkan sampai menendang Gaven. Tenang Dila nggak kena tendang maut Pondy kok, Dila udah duduk manis sejak Pondy bangun terduduk.

"Ssh~ sialan! Siapa sih yang ganggu tidur gue, pake acara ditendang segala!" Gaven meracau sambil meringis kesakitan.

"Ngapain lo tidur di kamar gue?!" Tanya dengan sewot Pondy yang masih tak ingat.

Hello Bastard! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang