0.7

204 18 1
                                    

Malam itu, sesuai dengan ucapan Pondy. Ia datang menjemput Gaven tepat waktu, bahkan beberapa menit sebelum pukul tujuh.

Ia sekarang berada di rumah Gaven, duduk di sofa sembari menunggu si tuan rumah bersiap. Dia sudah lumayan sering ke rumah gaven. Apa lagi? Karena Vanka lah.

Rumah Gaven sangat sepi, hanya ada asisten rumah tangga, tukang kebun, dan penjaga rumah.

Orang tua Gaven cukup sering tak pulang, karena pekerjaan yang mengharuskan. Orang tua Gaven jauh dari sang anak, untuk pergi ke luar kota, bahkan luar negeri.

Namun, jikalau Gaven sakit. Mereka akan pulang, dan berlibur beberapa hari untuk merawat Gaven.

Bahkan saat Gaven terjatuh dari pohon saat sekolah menengah pertama, dan tangan kirinya patah. Orang tuanya yang mendengar kabar itu, langsung pulang membatalkan semua pekerjaan.

Pemuda berkulit tan itu memiliki seorang kakak perempuan, yang berbeda empat tahun dengannya.

Kakaknya kini berada di luar negeri, melanjutkan studi pendidikannya.

Gaven yang kesepian berada di rumah, pun melipir ke rumah Pondy. Hanya sekedar mencari teman mengobrol, bahkan ia sering menginap.

Pondy tau keadaan Gaven, dan membiarkan dia berada di rumahnya senyaman mungkin.

Yah sekalian ngawasin dia sih.

"Ayok!" Ajak Gaven yang sudah siap, dan berada di depan Pondy. Ia mengenakan celana panjang putih, hoodie berwarna baby blue dengan gambar bebek, di pasangkan dengan sepatu sneakers putih. Hal ini cukup membuat rambut birunya mencolok.

Ia juga menyandang tas kecil, untuk tempat ponsel dan dompetnya. Penampilannya yang cerah, berbanding terbalik dengan penampilan Pondy yang bernuansa gelap.

Pria berkulit putih cukup tertegun melihat penampilan Gaven. Manis, apalagi bawa tas kecil gitu, lucu.

Ia menggelengkan kepalanya. "Tumben cerah banget?"

"Biar, males pilih baju." Boong dia geess. Padahal tadi si Gaven milih baju lama banget, sampe Pondy dateng.

Setelahnya mereka pun berangkat menggunakan mobil Pondy, mobil yang jarang di keluarkan hari ini pun digunakan.

Gaven menoleh ke arah Pondy yang menyetir, "gue beneran nanya, kita mau kemana?"

"Udah deh, lo nurut aja." Jawab Pondy tanpa mengalihkan pandanganya. Gaven pun tak bertanya lagi, dan menatap jalanan dari kaca mobil.

Beberapa menit kemudian, Pondy menghentikan laju mobilnya. "Ayo!" ajaknya,

lalu keluar dari mobil.

Gaven menurut, dan ikut keluar mobil. Ternyata mereka berada di sebuah restoran yang cukup ramai.

Tangannya di gandeng dan berjalan mengikuti Pondy, dan masuk ke dalam restoran.

Pondy memesan makanan, tapi raut wajah Gaven ingin bertanya, yang tak jadi karena Pondy masih berbicara dengan pelayan.

"Sekarang lo pesen dan makan dulu, lo belom makan kan?" Ucap Pondy yang melihat raut bertanya Gaven.

"Hum, yaa"

Tak ada kegiatan lain, mereka hanya menunggu dan makan saja. Setelah selesai, mereka pun melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.

"Beneran deh, ini sebenarnya kita mau kemana?" Tanya Gaven kesal.

Pondy menyunggingkan senyum, "jalan-jalan."

"Ya tau, tapi kemana?!" Gaven beneran sebal.

"Kemana-mana."

Hello Bastard! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang