0.8

171 11 0
                                    

Nggak jadi Hiatus, ternyata masih bisa mikirin alur, hehe.
Double update!

Matahari yang berada tepat di atas kepala-tengah hari-tak membuat Gaven beranjak dari ranjangnya.

Ia sudah bangun berjam-jam yang lalu, tapi ia hanya terbengong memikirkan sesuatu sampai tengah hari. Gaven benar-benar terlarut dalam pikirannya, sampai-sampai ia melewatkan jam sarapan.

Padahal sejak pekerja rumahnya, mengetuk pintu kamar untuk sarapan, ia sudah bangun. Namun ia tak menjawab, dan hanya bengong memikirkan kejadian tadi malam hanya mimpi atau asli.

Kejadian tadi malam? Ituloh saat dia dan Pondy ke pasar malam, main permainan, mencoba berbagai makanan sampai kembang gula, dan ...

Gaven tak mau mengingatnya lagi. Ia membenamkan wajahnya ke bantal, dan terlihat telinganya memerah sampai leher.

Beneran deh, Gaven itu kaget pakek banget sama kejadian tadi malam. Dari Gaven yang menyuapi Pondy dengan kembang gula, dan si pria yang ...

AAAAA

Cukup!

Gaven bangkit dari acara tengkurapnya, dan berjalan keluar kamar untuk sarapan dan makan siang.

Gaven baru sadar, jika jam sudah menunjukkan tengah hari. Dan ia juga baru sadar kalau perutnya keroncongan minta di isi.

Pemuda bersurai biru itu memantapkan hatinya, untuk tak pergi ke rumah Vanka terlebih dahulu dalam beberapa hari.

Ia duduk di kursi meja makan, dan salah satu pekerja di rumahnya datang menghampiri.

"Mau makanan baru, atau yang tadi pagi Den?"

"Loh? Kenapa makanan tadi pagi masih ada? Kenapa nggak dimakan mas dan mbak yang di sini?" Tanya Gaven kepada pekerja laki-laki di hadapannya.

Fyi, mas dan mbak yang Gaven sebut adalah para pekerja di rumahnya. Gaven dan kakaknya sejak kecil tak diperbolehkan memanggil orang yang lebih tua hanya nama saja, harus ada embel-embel mbak atau mas, walaupun itu pekerja di rumahnya.

Lalu, Gaven juga menolak untuk di panggil Tuan Muda oleh para pekerja, dia lebih nyaman dipanggil Den, karena tak terlalu formal banget dan simpel.

Pekerja itu diam, tak menjawab pertanyaan Gaven dan hanya menunduk. Gaven tau, jika pekerja itu lebih muda darinya.

"Nggak usah takut, saya nggak bakal marahin mas. Tapi di ingat, kalau ada kejadian seperti ini lagi, lebih baik makanannya dimakan sama kalian, daripada basi."

"T-tapi kalau Den Gaven mau makan, dan makanannya sudah habis bagaimana?"

Gaven tersenyum, "nggak apa, nanti bisa minta mbak atau mas buat masakin lagi. Atau saya masak sendiri. Udah, sekarang masnya bawa makanan tadi pagi ke sini, kalau ada sup, tolong di panaskan. Yang lain nggak usah."

Pekerja itu mengangguk, dan saat akan beranjak, suara Gaven menahannya. "Ah, peraturan tadi hanya berlaku kalau hanya saya yang berada di rumah."

"Baik."

Tak berapa lama, muncul pekerja laki-laki tadi dan pekerja perempuan yang membawa beberapa lauk. Hal ini membuat Gaven mengerutkan dahinya.

Ia menoleh ke pekerja perempuan, "mbak, kalau yang di rumah hanya ada saya, masak satu macam lauk saja, setiap jam makan."

Pekerja itu mengangguk.

Gaven segera makan saat semuanya sudah tertata di meja makan. Ia hanya memakan sup dengan potongan-potongan kentang dan ayam di dalamnya, dan udang goreng.

Hello Bastard! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang