Siang hari yang panas ini, Gaven dan Vanka berada di kantin fakultas. Menunggu kelas selanjutnya.
"Haaaaaah! Panas-panas gini tuh enaknya rebahan di rumah, nyalain kipas sama minum es!" Keluh seorang pemuda manis, berkulit putih cukup pucat, ia meletakkan kepalanya di meja. "Lah ini malah ngampus!" Dia tuh sebel.
"Nggak usah ngeluh! Es di depan mata, masih aja cari es!" Balas Gaven yang juga sebel, tapi makin sebel denger Vanka ngeluh!
Huh!
Pemuda manis itu mengangkat kepalanya, "beda anjir! Di rumah bisa rebahan, lah ini? Boro-boro!"
Gaven roll eyes, "yaudah, lo rebahan aja di atas meja, sama-sama rebahan kan?"
Bukannya mengatai Gaven atau apa, ini malah Vanka beneran mau naik ke atas meja.
"E-eh! Malah naik beneran!" Pemuda tampan, berkulit tan itu memukul kepala Vanka.
"Ya katanya suruh rebahan di meja." Ujar Vanka dengan muka polos minta di tabok.
Perempatan siku imajiner muncul di pelipis Gaven. Saat akan memukul Vanka untuk kesekian kalinya, muncul Derzha, Naka, dan Alin.
Mereka datang dengan suasana heboh, ralat. Gadis cantik dengan rambut berkuncir kuda yang heboh.
"Weh-weh! Apenih? Mau baku hantam yah? Ikut dong!" Alin heboh.
"Ikut-ikut! Gue hantam juga lo!" Sewot Vanka.
"Wosss! Santai ngab!" Vanka tak menanggapi Alin lagi. Ia beralih menatap dua pemuda berbeda paras di hadapannya.
"Bukannya tadi pagi, kalian bilang udah nggak ada kelas? Kok masih di sini?"
"Noh si bebek, dia kan nebeng alias ngintil gue sama Derzha." Jawab Naka, si pemuda manis berkulit putih bak orang eropa sambil menunjuk Alin.
"Heh! Cakep-cakep gini dikatain bebek!"
"Kenapa nggak di tinggal aja? Dia kan punya kaki buat jalan pulang." Sahut Gaven dengan tersenyum mengejek.
"Kalo bukan karena nyokap yang minta buat jagain dia, udah pasti gue tinggal. Aduh kasihan deh!" Derzha, pemuda tampan berkulit tropis yang duduk di samping Naka, ikut mengejek.
Mereka terus mengejek-membully-Alin, sampai gadis itu melipat tangannya di meja dan meletakkan kepalanya di atas tangan, nangis. Persis kayak bocah SD nangis di kelas.
"Hwee! Kalian kok janmhat! Gue aduin mama loh! Hwee."
"Sana aduin!"
"Hiks hiks hwee."
Kesel denger tangisan sok Alin, pemuda berkulit putih bak orang eropa itu menoel kepala si gadis berkuncir kuda, "dah! Cukup drama nangisnya."
"Hwee!"
Ck
"Lin! Lin! Pacar lo nyamperin noh!" Ujar Vanka sambil mengguncang tangan Alin.
Mendengar itu, Alin langsung bangkit dari acara nangisnya. "Mana-mana!?" Ia celingukan kesana kemari.
Para pemuda yang duduk satu meja dengannya tertawa, ngakak.
"Hahaha! Emang lo punya pacar?"
"Emang kapan lo jadian?"
"Hahaha! Gampang banget lo dikibulin!"
"Asal lo semua tau ye, gue tuh punya pacar!" Gadis itu merasa kesal karena dibohongi, jadi tak sengaja malah mengumbar rahasia yang ia tutup rapat-rapat.
Para pemuda itu terdiam, tak menyangka.
"Sejak kapan? Sama siapa? Kok kita-kita nggak tau?" Pertanyaan beruntun itu dari Naka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Bastard!
FanfictionMusuhan sama temen? Udah biasa. Gimana kalau musuhan, sama abangnya temen? Yah, udah biasa juga sih. Ini terjadi sama Gaven dan bang Pondy. Gaven yang kesabarannya, seolah tisu di bagi 10, dan bang Pondy dengan kesabaran, yang lumayan tinggi dari Ga...