0.2

345 23 5
                                    

"Nggak usah sok jagoan lo! Serahin anak itu!" Ujar seorang preman kepada Pondy, yang di belakangnya ada seorang gadis kecil berambut seperti Dora, yang berumur sekitar 3–4 tahun.

Pondy diam, dua preman di depannya kini sudah kelihatan emosi yang membuncah. Salah satu preman mulai menyerangnya, dengan mudah ia menghindari sambil melindungi si anak.

Namun, preman satunya juga tak tinggal diam. Dia mulai berusaha untuk merebut gadis kecil itu dari perlindungan Pondy.

Pondy mulai kewalahan, ia terkena pukulan sekali dan tersungkur. Beruntung si anak masih dalam perlindungannya. Kemudian preman yang tadi menyerangnya, mengambil sebuah balok lumayan besar sambil mengambil ancang-ancang memukulkan ke Pondy.

Namun itu di gagalkan oleh seorang pemuda yang tiba-tiba menendang preman tadi.

BRUGH

"Beraninya main keroyokan! Kalo mau keroyokan, sini sama gue!" Ternyata pemuda yang menendang preman itu, adalah Gaven.

"Nggak usah ikut campur lo!" Ujar preman gendut, sambil membantu preman gondrong yang tersungkur tadi.

Gaven diam, tersenyum meremehkan. Kemudian dua preman tadi menyerang Gaven bersamaan, Gaven melemparkan belanjaan yang sedari tadi tergantung di tangannya ke arah Pondy, dan di tangkap baik.

Mulai dari menghindari, dan menyerang balik Gaven tetap diam, sampai dia melihat preman gondrong mengeluarkan pisau lipat, ia berdecih.

"Cih, pakek pisau, cupu!" Ejeknya kemudian melompat memutar kaki menendang kepala si gendut.

"Gaven! Belakang lo!" Pekik Pondy.

Terlambat, saat berbalik lengan kiri Gaven tertusuk pisau dan di tendang sampai di depan Pondy. Gaven bangkit, sambil memegang lengannya yang tertusuk.

"Sialan lo!" Umpatnya, dan saat akan menyerang lagi, bahunya di tepuk.

"Udah, biar gue aja. Lo jaga dia," ujar Pondy dengan emosi membara, Gaven tak berani menginterupsi.

Saat melihat Pondy bertarung, Gaven melongo. Bahkan ia melupakan lengannya yang terasa nyut-nyutan, dan gadis cilik yang berada di pangkuannya saja ikut berhenti menangis.

Gila! Keren banget anjir, gue nggak tau bang Pondy kalo berantem sehebat itu! batinnya terkagum-kagum.

"Wuhu!" Sorak Gaven dan gadis cilik itu sambil bertepuk tangan girang, saat Pondy menumbangkan preman-preman itu.

Gaven bersama gadis cilik dalam gendongannya pun menyusul Pondy. Namun, saat sudah dekat ia masih melihat amarah Pondy masih terpancar dari matanya, itu terlihat saat kedua preman tadi hendak bangun.

Ia segera menurunkan si kecil, dan menahan Pondy dengan memeluknya dari belakang. "Udah bang, udah cukup!" Gaven membalik badan Pondy menghadapnya.

Bisa Gaven dengar napas memburu Pondy dan mata yang masih memancarkan emosi, namun segera Pondy menutup mata dan menetralkan napasnya. Di rasa sudah cukup, ia membuka mata lagi.

"Ups!" Gaven melepas cekalannya. Pondy melirik lengan Gaven yang terdapat darah yang mengalir deras.

"Tangan lo!"

"Gapapa kok," Gaven limbung, Pondy menatapnya cemas. Ia pun dengan segera merobek kemejanya sendiri, lalu robekan tersebut diikatkan ke lengan Gaven.

"Kita ke rumah sakit sekarang!"

"Nggak usah, di obatin di rumah sembuh kok," ujarnya lemah saat Pondy hampir menggendongnya.

"Nggak usah ngeyel deh! Kalo lo infeksi gimana?!" Pondy langsung menggendong Gaven di belakang dan menggendong si gadis cilik di depan.

Hello Bastard! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang