0.1

693 32 5
                                    

Pada pagi hari yang cerah ini, Gaven sudah nongkrong di halaman depan toko roti, aka rumah bang Pondy dan Vanka.

Ctik ... Ctik ...

Bunyi pematik korek yang sedang ia hidupkan, namun segera seseorang menyemprotinya air, "hei-hei! Apaan sih?!" Ujarnya kesal.

"Dilarang merokok!" Ujar orang yang menyemproti Gaven tadi, Pondy.

Gaven memutar matanya jengah, "nggak ada tanda dilarang merokok tuh,"

"Buat polusi di toko!"

Gaven jengah, kemudian membalas sebal, "halah! Polusi-polusi. Biasanya lo aja ngerokok di dalem toko. Lagian masih pagi juga, lo juga belum ada pelanggan!" Balasnya lalu menghidupkan pematiknya lagi.

Namun Pondy menyemprotinya lagi. Ini kali kedua rokok Gaven basah. Ia dengan kesal membalasnya, "sialan lo! Udah bikin rokok gue basah, sekarang malah baju gue yang basah!"

"Terus?" Balas Pondy dengan wajah songongnya.

Gaven yang mendengar itu pun emosi dong, "lo kenapa sih?! Pagi-pagi udah bikin orang emosi!" Lalu ia mengambil selang yang sedari tadi di pegang Pondy untuk menyemprotinya air.

"Wo-woi!" Pekik Pondy saat Gaven mulai menyemprotinya. "Hah! Sialan lo–uhuk," saat sedang berteriak, tak sengaja air masuk ke dalam mulutnya.

"Hahaha! Rasain noh!" Gaven masih menyemproti Pondy, namun selang tersebut lalu berpindah tangan dari tangan Gaven ke tangan Pondy.

"Nih! Lo rasain juga!" Pondy menyemproti Gaven yang menutupi wajahnya dengan memekik tak senang.

Ia pun menengokkan kepala ke kanan ke kiri seperti mencari sesuatu, "mampus lo! Gue juga punya!" Ternyata yang ia cari adalah selang air.

Lalu terjadilah aksi saling semprot-menyemprot pada pagi hari ini, di halaman rumah Pondy.

Vanka yang sudah memerhatikan mereka dari lantai dua sedari ia mendengar pekikan Pondy hanya menatap malas, "WOI!" Teriaknya namun tak di hiraukan keduanya.

"WOI!" Teriaknya lagi dengan suara yang lebih keras, yang mampu membuat keduanya menoleh ke arahnya secara bersama.

"Kalian ngapain sih?! Pagi-pagi udah pacaran aja!" Pekiknya agar suaranya terdengar sampai bawah.

"Pacaran mata lo katarak!" Balas Gaven sengit.

"Ya ... Bisa aja kan?"

"Sialan!" Umpat Vanka saat Gaven menyemprotinya air. "Udah cukup, ngabisin air aja! Lo bang, bukannya tadi mau belanja buat toko? Kok malah maen aer?!"

"Niatnya tadi mau pergi, eh ada orang ngerokok di depan rumah. Kirain gembel, ternyata iya," ejek Pondy sambil berlari kedalam rumah.

"Lo juga Ven, pagi-pagi dah nongkrong di sini. Nggak punya rumah lo?"

"Gabut gue, di rumah sepi. Lo tau sendiri kan kayak apa?"

"Huh! Udah sana masuk ganti baju lo, atau mau jemur badan lo disini sekalian keringin baju?" ujar Vanka lalu berlalu dari balkon dan Gaven pun masuk ke dalam sambil menggendong ranselnya, namun saat berjalan di anak tangga ia berpapasan dengan Pondy.

Duk

Setelah menyenggol bahu Pondy, Gaven lalu berlari menjauh. Pondy diam, buat apa di ladenin, toh nggak ngaruh apa-apa, batin Pondy.

Beberapa saat setelah Pondy keluar, Vanka pun turun ke toko dan di susul Gaven. Kenapa sebentar? Karena Gaven hanya ganti baju, bukan mandi. Toh dia udah mandi sebelum ke sini.

Hello Bastard! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang