18

10.4K 831 20
                                    

Terlihat dua orang sedang berdiri di sebuah balkon, satu perempuan terlihat bersedekap menghadap perempuan satunya lagi yang asik menatap lurus kedepan.

"Sebenarnya apa hubunganmu dengan Eric?"

"Siapa kau?"

"Aku sahabatnya!" Jawab Niskala dengan tegas disertai tatapan sengit kearah Keysha yang kini menatapnya seolah menilai penampilan dari atas sampai bawah.

Keysha memutar bola matanya malas "Sejak kapan kalian bersahabat?"

"Kau tidak perlu tau dan menjauhlah dari Eric, atau kau akan berurusan dengan keluarga Xeysa!"

Keysha tertawa pelan membuat Niskala heran, apa kalimatnya ada yang lucu? Dia baru saja mengancam, bukan mengajak bercanda.

"Ini urusanku, lebih baik kau tidak perlu ikut campur atau kau akan menyesal"

Niskala terkekeh pelan "Menyesal? Kau belum tau siapa aku, Keysha!" balasnya tak mau kalah.

"Aku kasihan denganmu, kau harus tetap berada di perusahaan cabang karena Zyfara tak memenuhi permintaan Eric. Harusnya kau sadar posisimu, kau hanya pegawai yang harus mematuhi perintah atasan!" Setelah mengucapkan itu Niskala berjalan meninggalkan Keysha yang terlihat menahan amarah dengan tangan yang terkepal.

Niskala melangkah meninggalkan kamar itu, saat ini dia sedang berada di rumah Eric. Dia tau bahwa Eric tidak mungkin tinggal bersama lagi dengan Zyfara.

"Niskala!"

Mendengar namanya dipanggil, dia langsung saja menghentikan langkah dan menoleh kesamping senada dengan gerak tubuhnya yang ikut menghadap kesamping. Disana ada Eric yang menatapnya dengan serius, hingga akhirnya Eric tepat berdiri didepannya.

"Aku ingin bertanya sesuatu, sejak kapan kita bersahabat?"

" ... "

"Kenapa kau diam, dan ini mengapa barang ini sama dengan milik zyfara. Lihat dua benda ini, seperti berpasangan"

" ... "

"Aku tak sengaja menemukan ini di kamarku dan setelah aku perhatikan barang ini sama dengan barang yang aku ambil dari Zyfara"

"Jadi, apa kau bisa menjelaskan sesuatu?"

"..."

Di tempat lain, Zyfara dan Zenic telah berada di sebuah bangunan yang tampak seperti rumah sakit. Memang benar, itu adalah rumah sakit namun untuk mengobati jiwa seseorang bukan fisik. Zyfara masih duduk diam disamping pengemudi yang tak lain adalah Zenic sendiri. Dia menatap kearah lelaki itu seolah bertanya mengapa pergi ke tempat seperti ini?.

"Samuel ada di dalam, ayo turun"

"Dia gila?"

Zenic tersedak ludahnya sendiri mendengar pertanyaan Zyfara, kemudian tertawa pelan "Dia kemari hanya untuk mengunjungi seseorang" jelasnya.

Zyfara tak lagi bertanya, dia memutuskan untuk diam dan turun dari mobil mengikuti Zenic dari belakang. Namun jelas saja matanya tak bisa bila diharuskan menatap lurus kedepan, rasa penasaran yang timbul lebih besar dari apa yang dibayangkan. Dia tau, ini rumah sakit jiwa yang artinya tempat ini untuk merawat jiwa yang tidak sehat, hal itu dapat terlihat ada beberapa orang yang tertawa atau melamun sendirian.

Semua yang terjadi, bukanlah keinginan mereka bukan? begitupun dengan apa yang Zyfara alami sekarang. Meskipun dia bukan orang gila namun orang waras akan menganggapnya gila jika bercerita semuanya, tentang dirinya, jiwanya dan juga kisah yang dia jalani saat ini.

"Selamat datang, Zy" Samuel bangkit dari duduknya kemudian memberi salam hangat kepada Zyfara.

"Kau bisa pergi, aku ingin bicara berdua dengan Zyfara" ucap Samuel mengusir Zenic secara terang-terangan.

Melihat Zenic pergi begitu saja, Zyfara semakin bingung dengan semuanya.

"Duduklah!"

Zyfara mengikuti perkataan Samuel, kini dia duduk tepat dihadapan Samuel. Jelas ini sangat aneh, orang seperti Samuel mengajaknya bertemu di tempat seperti ini.

"Papa ku tinggal disini, dia gila setelah kalah melawan perusahaan orang tuamu"

Zyfara syok mendengar apa yang diucapkan oleh Samuel, persaingan dalam perusahaan apakah bisa membuat orang menjadi gila? Sangat disayangkan.

"Aku bahkan juga tak menyangka kau melupakanku, dulu kita saling mengenal karena orang tua kita sangat dekat saat itu"

Zyfara meremat tangannya dibawah meja saat mendengar penuturan Samuel, bagaimana dia mengatakan bahwa dia bukan Zyfara? Dia adalah orang lain, dan sekarang semuanya benar-benar membingungkan. Awalnya dia mengira kisah Zyfara se sederhana itu, dia mengira hanya perlu menyelesaikan satu perkara saja, tapi ternyata semuanya diluar perkiraan.

"Lalu kenapa sekarang ... " Zyfara tak menyelesaikan ucapannya, namun tampaknya Samuel mengerti apa yang Zyfara maksud.

"Memang keluargaku yang memulai, maafkan aku Zy"

"Untuk?"

"Semuanya"

Zyfara berdecih pelan "Kejahatan mana yang kau lakukan? Apakah kejahatan karena memukul Keysha hingga dia datang bersama Eric ke mansionku?" Tanyanya dengan nada yang tidak bersahabat.

"Itu ... aku memang sedikit kasar kepadanya"

"Tapi dia adalah kekasihmu"

"Apa? Keysha kekasihku? Zy, aku tidak gila seperti papaku, aku masih sangat waras"

Zyfara terdiam, jadi maksudnya Samuel dan Keysha bukan sepasang kekasih?. Baiklah dia harus pergi menemui Xavier sekarang, tanpa sepatah kata apapun dia bangkit dan melangkah pergi meninggalkan Samuel.

Samuel yang melihat itu segera menyusulnya, dia berjalan cepat dan mencekal tangan Zyfara.

"Aku belum se-"

Ucapannya terhenti karena secara tiba-tiba seseorang memukulnya dengan sangat keras hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Jangan sentuh milikku!"

Samuel mengusap darah di sudut bibirnya, kemudian menatap kearah orang yang memukulnya dengan lancang, tawa sinis pun terdengar.

"Zyfara bukan milik siapapun, dia milik dirinya sendiri"

Xavier berdecih "Sampah!"

"Vier ... " ucap Zyfara seraya menggelengkan kepalanya.

Xavier segera menarik tangan Zyfara dengan lembut untuk pergi dari tempat itu, meninggalkan Samuel yang masih berdiri disana dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sampai di dekat mobil, Xavier menghentikan langkahnya begitupun dengan Zyfara.

"Jangan menemuinya lagi Zy, aku tidak menyukainya!"

"Itu hal yang normal jika kau tidak menyukai Samuel, kalian kan memiliki jenis kelamin yang sama"

Xavier menatap Zyfara dengan datar, kemudian membuang nafas pelan dan berkata, "Kau harus menciumku karena membuatku marah!"

"Biar aku jelaskan, aku dan Sam-"

"Berhenti menyebut namanya, kau hanya boleh menyebut namaku!"

"Vier, hari ini aku sangat lelah dengan semuanya. Aku bingung, aku bahkan tidak tau apapun, jadi tolong jangan menambah beban pikiranku oke?" Ucap Zyfara kemudian mengusap wajahnya dengan gusar dan melihat kearah lain.

Setelahnya Zyfara terdiam kaku ketika Xavier menjadikan bahunya sebagai sandaran, ah tidak. Bukan bersandar, namun Xavier menghadap kearahnya hanya saja kepalanya menunduk menopang pada bahunya. Untuk kedua kalinya, Xavier melakukan hal ini kepadanya.

"Aku akan membantumu Zy ... , apapun yang terjadi kau akan tetap bersamaku. Aku tidak ingin kehilanganmu untuk yang kedua kalinya"

Tbc*







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Protagonist's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang