"Maaf bisakah kau lepaskan tanganmu dari pinggangku? Lihat, di sekitar sini ada banyak pelayan" bisik Zyfara.
"Tidak" Xavier justru menarik pinggang Zyfara agar lebih dekat dengannya.
Saat ini keduanya menuruni tangga menuju ke meja makan, Zyfara dapat melihat beberapa orang berdiri dengan menundukkan kepalanya, huh seperti kerajaan saja. Apakah Xavier benar-benar memiliki pengaruh besar? Tapi dimana orang tua Xavier, kenapa Zyfara tidak melihat ada sepasang suami istri di mansion sebesar ini.
Zyfara terlihat kesal dengan perilaku Xavier, sedangkan Xavier yang menyadari itu pun malah mengangkat tubuh Zyfara, menggendongnya ala bridal style menuju meja makan. Zyfara sendiri yang terlalu syok hanya bisa diam dengan mata membulat.
Xavier menurunkan Zyfara dengan pelan, menarik kursi dan seketika Zyfara duduk di kursi itu dengan linglung.
Xavier tersenyum tipis seraya menepuk kepala Zyfara dua kali.
"Makan!"
"Aku harus segera kembali"
Xavier menatap Zyfara dengan tajam "Makan!"
Zyfara menelan salivanya, kenapa sikap Xavier gampang sekali berubah. Mau tak mau dia menuruti ucapan Xavier, dia makan dengan tenang. Sementara itu, Xavier hanya duduk diam sambil memperhatikan Zyfara yang sedang makan. Zyfara menyadari itu, namun dia pura-pura tidak tahu.
Fikiran Zyfara melayang pada cerita ini, di novel itu tidak pernah di ceritakan tentang Xavier, tapi sempat ada beberapa bagian yang memang menjelaskan bahwa ada orang yang selalu mengganggu Zyfara. Yang Zyfara bingungkan, jika Xavier berpengaruh harusnya dia bisa mengalahkan Eric dengan mudah dan merebut Zyfara. Tapi mengapa Xavier tak melakukannya dan malah menunggu Zyfara menerima telfon darinya? Aneh.
Dan bagaimana jika dia mati? Apakah Xavier akan sedih?. Zyfara melirik Xavier melalui ekor matanya, sepertinya jika dirinya pergi atau mati, Xavier akan terluka. Entahlah, dia hanya merasa Xavier memang mencintai dirinya.
Zyfara membuang nafas pelan, menghentikan acara makannya dan menatap kearah Xavier.
"Jika kau memiliki pengaruh besar, seharusnya mengalahkan Eric suatu hal yang mudah bukan?"
Xavier tersenyum tipis "Ya" jawabnya singkat.
"Tapi aku tak mau melihat orang yang aku cintai bersedih" lanjutnya.
"Tapi dia memperlakukan ku dengan buruk" balas Zyfara.
Xavier menggenggam tangan Zyfara, menatap gadis itu dengan tatapan lembut.
"Aku tau, tapi kau masih mau bertahan bukan? Kau sangat mencintainya"
"Sekarang tidak lagi" ucap Zyfara dengan ketus.
Xavier terkekeh pelan "Sejujurnya aku iri dengan lelaki brengsek itu"
Zyfara menatap Xavier dengan penuh tanda tanya.
"Karena kau mencintainya, sementara aku? Kau sama sekali tak pernah melihat ke arahku Zy"
"Lalu, bagaimana jika aku mati?" Tanya Zyfara dengan serius.
"Tidak! jika ada yang mati maka bukan hanya kau tapi kita, kita berdua"
Zyfara membuang nafas pelan "Sebenarnya semua ini salahku sendiri, seharusnya aku tidak memanfaatkan kekuasaan untuk bisa menikah dengan Eric. Memang wajar Eric membenciku" ucapnya.
"Jika hal ini terjadi padamu, pasti sifatmu akan sama seperti Eric. Hah ... setelah aku fikirkan, aku harus menyelesaikan hubunganku dengan baik, meminta maaf dan melepas Eric" lanjutnya.
"Kau meminta maaf pada orang yang selama ini menyakitimu?"
Zyfara mengangguk "Secara tidak langsung, aku juga telah menyakitinya"
Xavier terdiam, benar juga fikirnya. Tapi, bagaimana jika Eric malah berbalik mencintai Zyfara? Secara sekarang Zyfara terlihat berbeda dari sebelumnya.
Di tempat lain, Eric duduk di sofa ruang tamu dengan senantiasa menatap jam, melihat setiap detik jarum jam itu bertambah.
Tanpa sadar, tiba tiba ia mengingat kejadian saat Zyfara berbera sikap setelah ia kurung di dalam kamar. Wajahnya terlihat marah tapi juga lucu, kenap dia baru menyadari ada sisi lain dalam diri Zyfara yang selama ini bersikap menye-menye. Tanpa sadar Eric tersenyum tipis
"Siapa namamu?"
"Jangan bermain main Zyfara!"
"A-aku hanya bertanya"
Zyfara menatap garang kearah Eric "HEI!" Teriaknya membuat Eric terkejut.
Zyfara bangkit dan berdiri tepat dihapan Eric, ia sedikit mendongak untuk menatap wajah tampan suaminya itu.
"Apa aku mengatakan bahwa aku mencintai Xavier? Tidak kan, dan kenapa kau marah? Bukankah kau sangat mencintai sahabatmu!?!"
Eric terkekeh pelan "Aku tau dia cemburu, tapi kali ini sikap cemburunya sangat lucu" gumamnya.
Tersadar, Eric menggelengkan kepalanya "Sialan! Apa yang kau fikirkan?! Bisa-bisanya memikirkan gadis menyebalkan itu"
"Haahh ... "
Eric menyandarkan tubuhnya pada sofa, memejamkan matanya sejenak. Dia masih bertahan untuk menunggu kedatangan Zyfara.
Para pelayan yang ada disana hanya bisa diam dan menatap tuannya itu dengan sedikit aneh, begitupun dengan Irene yang sepertinya menyadari sesuatu. Irene tersenyum kecil dengan samar, tanpa disadari siapa pun.
Setelah beberapa lama, akhirnya pintu mansion terbuka, menampilkan Zyfara dam Xavier yang berdiri berdampingan.
Eric berdecih pelan melihatnya, ia bangkit dan berjalan menuju keduanya dengan tatapan datar nan tajam, apalagi ia melihat tangan Zyfara yang digenggam oleh Xavier. Memang sialan, sudah tau bahwa Zyfara adalah istrinya, Zyfara sudah menikah, tapi pria itu bersikap seenaknya.
Eric berdiri tepat dihadapan Xavier, tanpa takut menatap Xavier dengan penuh peringatan.
Dengan cepat ia melepas tautan tangan Xavier dan Zyfara, kemudian menarik Zyfara untuk mendekat kearahnya.
"Kau bisa pergi dari sini" ucap Eric dengan datar.
Xavier mengepalkan tangannya, sementara Zyfara masih berusaha melepaskan tangannya dari Eric namun tak bisa, Eric begitu kuat memegang tangan Zyfara.
Dengan samar Eric tersenyum miring.
"Apa kau tidak malu mengantar istriku dengan bergandengan seperti sepasang kekasih?"
Zyfara terdiam, mengerjapkan matanya dengan mendongak menatap Eric dari samping. Dia tidak salah dengar, kan?
"Aku memang kekasihnya"
"Sepertinya kau harus mencuci muka supaya benar-benar terbangun" saut Eric masih dengan ekspresi yang sama yaitu datar.
"Sialan!" Desis Xavier tajam.
Eric dan Xavier saling melemparkan tatapan tajam, sepertinya Eric lupa dengan tujuan awal menunggu Zyfara.
Sedangkan Zyfara sendiri sibuk menatap tangannya yang dipegang oleh Eric. Ia penasaran, kenapa tenaga Eric kuat sekali, kemudian menatap Irene yang juga menatapnya dengan anggukan kepala.
Mengangguk? Apa maksud dari anggukan itu?
"Wah sepertinya sedang ada keharmonisan disini ya"
"Hmm aku tidak menyangka akhirnya putri kita diterima dengan baik oleh Eric"
Tbc*
Lama ya?
Aku sempet mikir buat unpublish cerita ini, tapi nggak jadi deh kayaknya. Soalnya banyak yang baca, akhirnya mikir deh buat lanjut.
![](https://img.wattpad.com/cover/316906763-288-k494644.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist's Wife
FantasySaat membuka matanya, Cesha merasa bingung karena berada di tempat yang begitu asing. Hingga dia menyadari bahwa dirinya masuk ke dalam sebuah novel berjudul My destiny yang mana diakhir cerita sang antagonis wanita akan mati ditangan suaminya sendi...