10

21.6K 1.9K 57
                                    

Zyfara mengatur nafasnya, memegang pagar pembatas yang ada di balkon kamarnya dengan kuat. Setelah meninggalkan Eric sendirian, dia tidak kembali ke ruang makan melainkan masuk kedalam kamarnya.

Hatinya terasa sakit, tiba tiba beberapa bayangan melintas diotaknya. Bayangan bagaimana sikap Eric terhadap Zyfara selama ini, dan bagaimana Eric yang selalu memprioritaskan Niskala bahkan saat Zyfara sekarat sekali pun Eric sama sekali tak peduli.

Hiks hiks

"Sialan! Sakit sekali, bahkan aku menangis" ucap Zyfara mengusap air matanya.

"Berhentilah ... " lirihnya dengan mencoba menekan kuat dadanya, berharap rasa sakit itu akan hilang dan bayangan-bayangan ingatan itu akan lenyap.

"Eric sialan! Dia sangat kejam dalam merusak mental seseorang" desis Zyfara dengan mencoba untuk menahan air matanya yang terus saja mengalir.

"Kau menangis?"

Terdengar suara yang tidak asing berada dibelakangnya, dengan cepat Zyfara menghapus air matanya kemudian membalikkan badan. Disana Xavier menatapnya dengan dingin dan perlahan mendekatinya.

"Menangisinya hm?" Bisik Xavier yang kini berhasil mengungkung Zyfara. Kedua tangan Xavier memegang pagar pembatas, tubuhnya condong kearah Zyfara, membuat Zyfara sedikit memundurkan tubuhnya kebelakang meskipun hanya bagian atas yang bisa karena posisi Zyfara sudah mentok.

Jari Xavier mengusap bekas air mata dipipi Zyfara dengan lembut. Xavier semakin merapatkan tubuhnya, menunduk dan mendekarkan wajahnya kearah leher Zyfara yang putih mulus.

"Izinkan aku membunuhnya, Zy ..." bisik Xavier dengn rendah membuat tubuh Zyfara merinding.

Tangan Zyfara sudah berpindah menahan dada Xavier agar tidak semakin dekat, namun sepertinya sia sia.

"J-jangan gila, menjauhlah!"

Bukannya menurut, Xavier malah menjatuhkan kepalanya dibahu Zyfara "Biarkan seperti ini" ucapnya pelan sambil memejamkan mata.

"K-kau membuatku gugup" gumam Zyfara namun dapat didengar oleh Xavier.

Xavier yang mendengar hal itu tersenyum tipis "Akan kupastikan kau berbalik mencintaiku"

"Menjauhlah, aku ingin bertemu orang tuaku"

"Diam, biarkan mereka bermesraan seperti kita"

"Jika Eric melihat, dia akan-" Zyfara tidak menyelesaikan ucapannya.

Xavier menegakkan tubuhnya menatap Zyfara dengan lekat "Akan?"

"Tidak, bukan apa-apa"

"Ya, dia membencimu, dia tidak akan masalah dengan posisi kita sekarang"

"K-kau bisa melakukan ini jika aku sudah tidak menjadi istri orang" ucap Zyfara dengan niat agar Xavier segera berdiri menjauh.

Namun ..

"Benarkah? Aku anggap itu sebagai ucapan selamat datang" balas Xavier dengan tanpa diduga mengecup singkat pipi Zyfara.

Zyfara syok saat itu juga.

"Pipimu merah, kau malu?"

"Tidak!"

Zyfara langsung mendorong tubuh Xavier dengan kuat dan berjalan memasuki kamar meninggalkan Xavier yang kini tersenyum tipis.

Xavier berjalan mengikuti Zyfara "Kau akan apa?"

"T-tidur"

"Kau sangat lucu Zy, ini belum sore lebih baik kita menghabiskan waktu bersama"

Protagonist's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang