15

13.6K 1.5K 192
                                    

Eric mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ingatannya menerawang kejadian tadi dimana dia melihat Zyfara dan Xavier yang sedang berpelukan. Dia tidak menyangka bahwa Zyfara akan mudah berpaling dan menerima orang baru dalam kehidupannya. Apa sifat Zyfara memang begitu seperti dulu? Sangat berbeda dengan Niskala yang memiliki prinsip.

Dia tidak tahu mengapa ada rasa kesal saat melihat Zyfara seolah tak peduli lagi kepadanya, Dia sekarang merasa seperti orang asing dalam hidup Zyfara karena dirinya seperti transparan, dirinya seperti tak terlihat lagi di mata Zyfara. Apalagi kini, Zyfara terlihat enggan untuk menatapnya.

Dulu, mata biru itu memancarkan binar kagum dan obsesi cinta yang besar jika bertubrukan dengan netranya. Namun kini, semuanya berbeda. Dia seperti melihat orang lain dalam diri Zyfara, binar itu lenyap tak lagi memancarkan ke antusiasan saat bertubrukan dengan matanya. Sialnya, dia merasa ada sesuatu yang ikut hilang, sesuatu yang perlahan ikut pergi dan lenyap dari jiwanya.

Tidak mungkin jika dirinya mencintai Zyfara, selama ini dia sangat muak dengan semua sikap Zyfara. Tapi, kenapa saat melihat Zyfara bersama dengan pria lain membuat emosinya ingin meledak layaknya granat yang baru saja dilemparkan.

Semuanya berubah saat dia mengurung Zyfara di kamar, sekarang Zyfara memang berubah. Sikapnya, penampilannya dan cara dia berbicara.  Dia hanya bisa melihat kilatan kebencian dan perasaan kecewa dalam mata biru itu. Jika boleh jujur, dia sedikit merindukan mata biru yang dulunya memberikan tatapan penuh cinta. Apakah Zyfara sudah lelah dengan sikapnya yang selalu memprioritaskan Niskala? Apakah Zyfara sudah menyerah untuk mengejar cintanya? Apa begitu mudahnya Zyfara beralih mencintai Xavier yang tiba-tiba muncul seperti hantu.

Dia harus menceritakan semuanya kepada Niskala, bagaimana Zyfara sekarang dan juga bagaimana Zyfara yang sekarang melihatnya biasa saja. Pasti Niskala akan memberikan solusi untuknya, dia selalu menerima masukan Niskala kecuali untuk menerima Zyfara.

Lama melamun, Eric terkejut saat ada siluet seseorang yang jatuh pingsan didepan mobilnya. Dengan kuat tenaga, dia menginjak rem hingga menimbulkan bunyi di jalan yang cukup sepi itu. Sejenak, dia memejamkan matanya untuk mengatur nafas, dia terlalu terkejut. Hingga akhirnya mau tak mau dia turun dari mobil dan melihat siapa yang tergeletak disana.

Dia melangkah mendekati perempuan yang kini memejamkan matanya. Dia berjongkok, kemudian memegang tangan perempuan itu untuk mengecek nadi nya. Menatap lamat wajah perempuan itu lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Sepertinya dia harus membawa perempuan itu ke rumah sakit, meskipun dia tidak mengenalnya sama sekali. Tapi sepertinya perempuan itu baru saja mendapat kekerasan karena terdapat lebam keunguan dipipi kirinya.

Tak mau berlama-lama lagi, dia segera menggendong perempuan itu dan dimasukkan kedalam mobil miliknya. Dengan segera dia pun meninggalkan jalanan yang cukup sepi tersebut, meninggalkan sosok yang sedari tadi melihat dari kejauhan.

Disisi lain, Zyfara telah bersiap untuk tidur. Dia cukup lelah menghadapi berbagai masalah hari ini, namun dia mengurungkan niatnya saat melihat Xavier masih duduk diam dikamarnya. Setelah kepergian Eric, Zyfara kembali masuk kedalam kamar yang tanpa diduga Xavier juga ikut masuk duduk di sofa yang tak jauh dari kasurnya.

Karena dia tak tau harus apa, dia hanya diam sambil bermain ponsel mengabaikan Xavier yang masih setia menatap kearahnya. Sesekali matanya melirik kearah Xavier, memastikan apakah pria itu akan merasa bosan dan pergi atau tidak.

Apa yang dia fikirkan ternyata salah besar, Xavier justru bangkit dan berjalan kearahnya kemudian mengambil ponsel Zyfara begitu saja tanpa rasa bersalah. Baru ingin protes, dibibirnya sudah mendarat jari telunjuk Xavier. Dia menatap Xavier yang kini bergerak ikut naik ke ranjang sehingga dia juga menggeser tubuhnya.

"Tidur"

Zyfara tertegun saat Xavier lagi-lagi bersikap seenaknya, pria itu menarik kepalanya untuk bersandar dibahu kokoh miliknya. Seketika, aroma parfum Xavier tercium begitu pekat, tanpa sadar dia mulai memejamkan mata karena menyukai aroma tubuh milik Xavier.

"Aku harap ini tidak sementara"

Kalimat yang keluar dari mulut Xavier mampu membuat mata Zyfara kembali terbuka, sungguh jantung Zyfara saat ini berdetak dua kali lebih cepat.

"Zy adalah milik Xavier" ujarnya lagi seraya mengusap surai Zyfara dengan lembut, matanya menajam seiring mengingat pria yang Zyfara cintai begitu dalamnya.

Dia yakin, lambat laun perasaan Zyfara akan tumbuh terhadapnya. Jika Zyfara hidup, maka dirinya harus hidup begitupun jika Zyfara mati, maka dirinya juga mati bersama dengan Zyfara. Dia telah jatuh dalam pesona Zyfara saat berusia delapan tahun, saat itu Zyfara menolongnya dari perundungan yang dilakukan oleh anak anak diatasnya.

Saat itu, Zyfara sama sekali tidak memandangnya dengan risih atau ragu. Dia sangat ingat tatapan penuh keyakinan yang Zyfara berikan yang mampu menimbulkan gejolak aneh didalam hatinya. Jangan salah, dia bisa se sukses sekarang karena kerja kerasnya. Dulu dia sangat tidak berdaya, hingga Zyfara hadir menemani hari-harinya. Dia tau bahwa sejak kecilpun tidak ada yang berani melawan Zyfara karena Zyfara merupakan putri tunggal keluarga kaya.

Dia juga ingat saat Zyfara merengek pada orang tuanya untuk menolong dirinya saat itu, hingga tidak ada lagi yang menindasnya, tidak ada lagi yang memandangnya rendah karena hanya memiliki seorang ibu.

Dia tak tahu mengapa beranjak dewasa, penampilan Zyfara yang dulunya seperti malaikat berubah menjadi seperti badut yang selalu dianggap buruk oleh orang-orang sekitar. Hingga dia mengetahui bahwa gadisnya dekat dengan lelaki bernama Eric Rexio. Saat itu, dirinya sangat marah dan menemui Zyfara untuk meminta penjelasan. Zyfara sudah berjanji bahwa tidak akan dekat dengan pria lain selain dirinya pada waktu itu.

Xavier yang saat itu memang harus pergi ke nagara lain untuk menempuh pendidikan pun merasa aman meninggalkan Zyfara, namun semua berbanding terbalik saat hadirnya Eric. Zyfara menjadi tak terkendali, bahkan Zyfara seolah merasa asing dengannya. Jika mengingat hal itu, dia merasa ingin menghancurkan siapa pun.

Xavier pun akhirnya tau, bahwa Eric dan Zyfara sudah pernah bertemu sebelumnya. Mereka membuat janji untuk menikah di masa depan, tidak kah Zyfara tau bahwa dirinya siap memberikan apapun untuknya? Hanya perlu menunggu sedikit lagi untuk memantaskan diri.

Rasa kecewa begitu besar hinggap dihati Xavier, dia bahkan tak sanggup melihat proses pernikahan gadis yang begitu dia cintai sejak lama. Dia memutuskan pergi, memantau keseharian Zyfara dari jauh, melindungi Zyfara dari jauh. Dia sangat marah dengan Eric karena memperlakukan Zyfara seperti sampah, hingga mau tak mau, dia membuat masalah pada perusahaa Eric hingga diambang kehancuran. Sayangnya, lagi-lagi Zyfara menjadi penopang yang kokoh untuk manusia sialan seperti Eric.

Setelah ini dia tidak akan membiarkan Eric mendekati Zyfara, dia tau Eric mulai merasa kehilangan karena Zyfara tak lagi bersikap seperti dulu. Jujur, dia mulai resah, dia sangat takut jika Eric menyatakan cinta kemudian Zyfara kembali menerimanya. Itu adalah sebuah mimpi buruk untuknya.

Xavier memejamkan matanya, menarik tubuh Zyfara kedalam dekapannya. Dia mengecup singkat puncuk kepala gadis itu dengan perlahan, tanpa tahu bahwa yang didekap kini menegang dengan mata terpejam.

"Aku akan mati jika kau kembali bersamanya" ujar Xavier lirih.

"Tidak akan"

Mendengar gumaman itu, Xavier semakin mengeratkan pelukannya, seolah tak mau itu terlepas, seolah hanya dia yang boleh memiliki gadis yang kini mulai kehilangan kesadarannya.

Tbc*

Kalian setuju nggak kalo Eric sama Zyfara baikan?🤣🤣😂

Pasti nggak ya, soalnya udah dendam kesumat sama Eric 😄

Btw ceritanya gimana nih menurut kalian?
Tulis di kolom komentar ya🤗

Protagonist's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang