6. Isi hati

1.9K 124 5
                                    

Dukung cerita ini hingga end, dengan memencet bintang di pojok kiri bawah dan komentar sebanyak-banyaknya

Bila ada kekeliruan mohon dikoreksi

Happy reading

{🌹}

Sore ini Naresha berjalan gontai sepanjang koridor kampus. Gadis itu sengaja menghindari Arav, entahlah kenapa rasa kesalnya masih membekas hingga sekarang.

Jangan lupa, Naresha masih membenarkan cewek selalu benar. Jadi, selama Arav belum menghadapnya dan meminta maaf, Naresha tidak akan mau bicara.

Rasanya sekarang ia malas ngapa-ngapain, sehabis matkul sekarang, kakinya hanya berkeliling kampus. Ngomong-ngomong soal ia tinggal di asrama ternyata sangat menyiksa untuk orang yang hobi rebahan seperti dirinya. Naresha sempat memikirkan mengajak Arav pindah ke kosan atau membeli rumah di sekitaran itu, tapi kondisi sekarang ini sedikit sulit untuk berkomunikasi dengan Arav.

Maklum, gengsi cewek itu terlalu tinggi.

Naresha menaiki ojek yang sudah ia pesan, sengaja tidak menuju pondok maupun rumah orang tuanya, melainkan menuju rumah Angle yang niatnya akan balik ke pondok agak malaman.

{🌹}

Hari ini jadwal Arav mengajar di kelas Naresha, tapi kursi gadis itu kosong. Arav memaklumi itu mengingat Naresha pasti ada di kampus. Ya, Naresha ikut pelajaran di pondok itung-itung belajar paham agama.

"Ini cuma Naresha yang tidak datang? Kemana dia?" Tanya Arav sembari memegang buku absensi, matanya sibuk menatap murid-muridnya.

"Bukannya Resha emang diijinkan kuliah?" Tanya Wulan berbisik ke Putri.

"Ya, tapi biasanya dia bakal titip absen kok. Bukannya Resha itu sepupunya Gus?"

"Kalian kenapa bisik-bisik? Kalau ada yang tidak mengerti bisa di tanyakan."

Kedua sahabat Naresha itu terkejut. "Eeh? Kamu sih, Wul!" Ucap Putri tak mau disalahkan.

"Baik, kita lanjutkan lagi."

Arav terus mengajar hingga kelas berakhir. Ia sama sekali tidak mau mencampuri urusan pribadi dan pekerjaan. Urusan Naresha, Arav berniat akan memanggilnya ke ndalem dan menyelesaikan salah paham ini.

Arav memasuki ndalem, di sana ia menemukan Uminya tengah membaca Al-Qur'an. Arav duduk di samping Uminya.

Tampaknya, wanita paruh baya itu menyadari kedatangan putranya. Meletakkan kacamata beserta Al-Qur'an d atasan meja setelah menciumnya. Kepala perempuan itu menoleh mendapati raut wajah putranya seperti banyak hal yang tengah menimpanya.

"Ada apa, Nak?"

"Umi, aku dari tadi nggak liat Resha. Dia ijin ke Umi apa nggak?"

"Resha?" Arav mengangguk kemudian menghela nafas melihat respon Uminya yang menggeleng.

"Masih belum baikan?"

"Belum, Umi. Arav masih bingung dengan sifat Resha."

"Coba kamu bicara baik-baik, bujuk lagi dia supaya mau publish hubungan kalian. Toh, kalian berdua sudah legal, tidak ada yang melarang menikah kan?"

"Sepertinya Resha tetap tidak mau, dia mau menyelesaikan S1 nya dulu, kalau kita sudah mempublikasikan sekarang, dia takut dapat cercaan dari orang-orang, dia takut dituduh hamil diluar nikah," kata Arav menjelaskan panjang lebar, tentunya dengan kemauan Resha.

Gus Arav Aldighari (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang