14. Kesinisan Papa

1.9K 65 19
                                    

Arav Aldighari, pria menggunakan sarung dan koko putih tengah menunggu seseorang di ruang tamu. Hari ini, hari dimana kedua orang tuanya akan kembali ke Jakarta untuk beberapa saat hanya untuk mengontrol keadaan disana, selebihnya akan kembali tinggal di Surabaya.

Gus Arav melirik satu piring nasi goreng hasil masakannya, dia sengaja menyisakan untuk gadis yang tengah berada di kamar. Entahlah Naresha sudah bangun atau kembali molor. Seingatnya, gadis itu sudah berdiri di depan pintu kamar mandi setelah Arav bangunkan.

Merasa jenuh, pria itu keluar rumah lebih tepatnya di halaman rumah, menatap jalan kecil di depan rumahnya. Benar, rumah ini berada di pinggir jalan, tapi jalannya bukan jalan utama yang banyak dilewati pengendara.

Arav menghirup udara pagi. Ngomong-ngomong soal pagi ini, Arav merasa lebih semangat dari biasanya. Entahlah, ia merasa tentram tinggal di rumah ini, mungkin saja karena hasil keringatnya sendiri. Meskipun di Ndalem nggak kalah damai.

Bibirnya tersenyum melihat bunga mawar di samping pagar besinya. Arav hanya memandangnya tidak mau memetiknya, biarlah mawar itu tumbuh hingga kelopaknya berjatuhan sendiri.

"Gus! ini buat Resha kah?" teriak Naresha menyender di pintu sembari memegang sepiring nasi goreng.

Mendengar suara itu, Arav memutar tubuhnya lalu mengangguk. Matanya mengamati pakaian Naresha masih menggunakan baju tidur Doraemon tanpa kerudung.

"Jorok kamu, Dek. Makan nasi goreng nggak kumur-kumur dulu."

Naresha menghentikan suapan pertama yang hampir masuk kedalam mulutnya. Bola miatanya memutar malas.

"Jangan suudzon, Gus. Tau darimana Gus kalau Resha belum sikat gigi?"

"Aku nggak ngomong gitu loh, malah ngaku."

"Siapa yang ngaku sih? kan tadi Gus sendiri yang nuduh-nuduh," jawab Naresha kesal.

"Perasaan nggak bilang kamu belum gosok gigi." Kata-kata Arav sangat menjengkelkan bagi Naresha.

Tanpa menjawab pernyataan Arav, akhirnya nasi goreng itu mendarat ke dalam mulut Naresha. Gadis itu mengunyah penuh nikmat.

"Abmu mau kesini sebelum ke bandara, masa menantunya nyambut pake baju tidur?"

Naresha langsung berlari meletakkan makanannya di atas meja makan, lalu kembali menghampiri Gus Arav.

  Melihat kedatangan istrinya, rasanya Arav ingin tertawa melihat wajah syok Naresha.

"Kenapa nggak bilang?" tanya Naresha sengit. Suara gadis itu cempreng memekakkan telinga.

"Kamu nggak nanya," jawab Arav halus ditambah senyum manisnya.

"GUS! MAKAN NIH!" Naresha melayangkan satu cubitan kecil di dada pria itu. Setelah puas, Naresha mendengkus memasuki rumah sengaja menghentakkan kaki.

Berselang dua menit, deru mobil berhenti di depan pagar rumah. Arav menyipitkan matanya, mobil Gocar tempo hari sekarang membawa kedua orang tuanya.

Dengan sigap, pria berkoko putih itu membantu Pak sopir mengeluarkan koper milik mereka.

Setelah membayar semuanya, Gus Arav tidak sengaja melirik Umi sedang mencari sesuatu.

"Istrimu mana, Gus?"

Bertepatan kata itu terlontar, seorang gadis sudah rapi menggunakan pashmina hitam berbahan kaos keluar tergopoh-gopoh.

"Eh, eh ,eh!" Naresha mengerem larinya. Gadis itu spontan mencium tangan kedua mertuanya.

"Eh? Abmu kenapa nggak masuk?" Naresha menyenggol siku Arav. "Pasti Gus nggak ngajak masuk, ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gus Arav Aldighari (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang