Luna, gadis desa berusia 18 tahun yang malang. Orang tua nya bercerai mulai dari dia menginjak usia 1 tahun masih balita. Ayahnya pergi entah kemana. Jangankan mengirim uang untuk Luna yang merupakan tanggung jawab nya. Sekedar mengirim kabar ataupun menanyakan kabar sang anak pun tidak. Setelah bercerai ibunya pergi bekerja dan Luna di titipkan ke pada neneknya. Namun tidak lama setelah itu, ketika Luna menginjak usia 3 tahun, ada kabar bahwa ibunya menikah lagi. Namun ibunya malah lepas tanggung jawab. Ibunya sibuk dengan keluarga barunya. Luna di acuhkan begitu saja. Hingga uang pun tak pernah ada dari ibunya. Beruntung Luna memiliki nenek yang sangat menyayanginya. Luna hidup bersama neneknya, bergantung dari hasil kerja serabutan si nenek, entah itu dari mencuci baju tetangga, membersihkan halaman tetangga dan berdagang jika ada yang menyuruh. Beruntung juga tetangga di sekitarnya sangat baik2. Luna tumbuh menjadi anak gadis yang cantik cerdas, ceria dengan kepribadiannya yang ramah dan rasa percaya dirinya Luna selalu membantu neneknya dengan cara berdagang di sekolah atau membersihkan rumah tetangga. Dengan kesabaran dan jerih payah, akhirnya kini dia telah lulus SMA dengan nilai yang bagus. Rencananya Bella akan kuliah ke kota dengan hasil beasiswa. Neneknya sangat bahagia dan bangga terhadap Luna. Namun satu hari sebelum ia melaksanakan tes untuk beasiswa ia malah berduka. Kenapa? Nenek yang sangat ia sayangi, satu2nya keluarga yang selalu ada untuknya, orang yang telah membesarkannya meninggalkannya sendirian di dunia ini. Meninggalkannya untuk selamanya. Luna sangat terpukul, dia benar2 merasa hancur dan tidak ada semangat hidup. Gadis cantik yang riang dan selalu ceria kini berubah menjadi murung dan pendiam. Dia sudah tidak memikirkan lagi untuk berkuliah. Kesedihannya berlarut2 sampai berhari2. Para tetangga kasihan melihat keadaan nya. Tidak mau makan hanya menangis dan menangis. Meskipun sudah ada yang memberi tahu ibu Luna bahwa nenek Luna meninggal, ibunya tidak datang atau menitip pesan untuk Luna anak nya. Padahal nenek adalah ibu kandung dari ibunya. Luna tak berharap ibunya datang untuk dirinya, ia berharap ibunya datang untuk melihat kepergian terakhir neneknya namun tak ada barang sedetik pun.
Felix Tyson, seorang pria yang berusia 30 tahun. Mengalir darah keluarga Tyson di dirinya. Terlahir dari keluarga yang kaya raya bergelimang harta dan disanjung setiap orang namun tak sedikit juga yang memilih menentang dan menjadi musuh. Dia adalah anak dari Tony Tyson, mafia besar yang wilayah kekuasaannya hampir menguasai seluruh daratan Asia Eropa. Kekuasaan dan kekuatan yang semakin bertambah secara turun temurun mulai dari kakek buyutnya yang bernama Tyson lalu ke kakeknya yang bernama John Tyson lalu ke ayahnya dan sekarang Felix yang melanjutkan nya. Di usianya yang sudah menginjak kepala tiga, Felix mampu memperluas wilayah kekuasaannya hingga hampir menguasai setengah dari wilayah bumi. Bahkan namanya lebih Mashur. Felix terkenal sangar dan kejam. Sikap nya yang tak suka bertele-tele mendorong dirinya untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan dengan cepat dan sigap. Perangainya yang terlihat dingin dan cuek namun memiliki jiwa raja rimba terganas membuat nya di takuti dan disegani berbagai kalangan. Selain menjadi mafia, dia juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi juga banyak menyebar saham di berbagai perusahaan, rumah sakit termasuk club2 malam yang membuat nya semakin kaya raya.
Luna pov
Selama 12 hari Luna terus murung dan meratapi kepergian sang nenek tercinta. Jarang makan malah terkadang hanya minum air membuat tubuhnya semakin terlihat kurusan. Para tetangga selalu mencoba menghibur dan menyemangati Luna juga memberikan makanan untuk Luna. Namun Luna selalu menolak dengan alasan sedang tidak nafsu makan.
"Lun, makan lah dulu. Kasian nenek kamu akan sedih kalau melihat kamu begini terus. " Ucap Bu Deti, istri dari ketua RT sekaligus tetangga terdekat Luna.
" Lalu apa yang harus Luna lakuin Bu? Rasanya Luna udah gak ada semangat untuk hidup. "
" Kamu harus tabah Luna, kamu harus sabar, kamu harus ikhlas. Ini semua adalah takdir dari sang maha pencipta. Hidup terus berjalan. Kamu harus tetap tegar, tetap kuat, tetap ceria, tetap berusaha dengan atau tanpa adanya nenek kamu. Almarhumah nenek kamu juga pasti ingin yang terbaik buat kamu dan ingin kamu baik2 terus. Menjalani hidup kamu seperti biasanya. Apalagi kamu udah pernah bilang ke nenek kamu kalo kamu berencana mau kuliah ke kota. Sekarang kamu harus bangkit, ayo tunjukkan kepada nenek kamu bahwa kamu kuat kamu bisa dan kamu pantang menyerah." Ucap Bu Deti.
Mendengar perkataan Bu Deti, Luna merasa perkataan Bu Deti itu benar. Tak seharusnya dia terus2an terpuruk seperti ini. Ia pun mengusap air mata nya.
" Ibu benar. Aku harus kuat, aku harus bisa. Maafin Luna ya Bu, Luna ngerepotin ibu. Terimakasih juga ibu dan para tetangga lainnya selalu ada Buat Luna." Ucapnya sambil memandang lekat wajah Bu Deti.
" Iya sama2 Lun, sebagai tetangga sudah seharusnya kita saling membantu. Apalagi kamu sendirian. Malang sekali kamu nak. Semoga keberuntungan berpihak kepada mu di masa depan." Ucap Bu Deti sambil menangis dan memeluk tubuh mungil Luna. Luna juga membalas pelukan Bu Deti sambil menangis keras seolah mengeluarkan segala keluh kesahnya. Para tetangga yang hadir dan melihat moment itu pun juga ikut bersedih dan menangis, merasa iba dengan nasib Luna.
"Lalu bagaimana dengan kuliahmu Lun? " Tanya Bu Deti.
" Aku akan tetap ke kota Bu, mungkin besok atau lusa. Tapi aku tidak akan kuliah. Sepertinya aku akan mencari kerja saja. Aku ingin mencari uang dengan bersungguh-sungguh dan membangun karir. Aku ingin membuat nenek bangga kalau aku mampu sukses dan aku mandiri." Jawab Luna.
" Tapi hidup di kota itu tidak mudah nak. Nanti kamu mau tinggal dimana? "Tanya salah satu tetangga.
" Aku ada uang tabungan, sepertinya cukup untuk biaya hidup 3 bulan termasuk membayar kosan Bu. Aku akan berusaha." Jawab Luna.
" Baiklah kalau begitu kami hanya bisa mendoakan." Ucap Bu Deti.
Keesokan harinya, benar saja. Luna berpamitan kepada Bu Deti dan para tetangganya untuk pergi ke kota. Mereka pun mendoakan keselamatan dan kesuksesan untuk Luna. Mereka juga memberikan sedikit bekal untuk Luna, takut uang milik Luna tidak cukup. Luna sangat bersyukur dan berterima kasih atas kebaikan para tetangganya. Meskipun Luna tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya, namun selama hidupnya sampai usia 18 ini, dia selalu dikelilingi oleh orang2 baik yang menyayanginya. Itu menjadi sebuah kebahagiaan bagi diri Luna. Kini ia akan pergi ke kota, berusaha menjalani dan menghadapi segala masalah hidup kedepannya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Tuan Felix 21+
FanfictionCerita ini mengandung unsur dewasa ( 21+) harap bijak dalam membaca.