16. Lomba Lari

35.7K 335 0
                                    

" Hmhh.... Besok lah py... Hari ini malasnya tidak bisa diganggu gugat. Ben-"Keluh Felix. Namun sebelum ucapan Felix selesai Felix melihat wajah Luna yang terlihat tidak setuju sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

" Heah, baiklah. Karena kamu anak rajin yang tidak pernah malas, papy kasih waktu satu hari ini. Besok papy tunggu di kantor mu." Ucap Papynya Felix tidak ingin dibantah namun tetap memberikan keringanan sepertinya pembicaraan kali ini benar-benar penting. Felix berbinar mendengar perkataan papynya.

" Baiklah kalau begitu." Ucap Felix penuh semangat lalu memutuskan sambungan telepon nya begitu saja. Wajah Felix berseri-seri, matanya berbinar. Hari ini ia akan menghabiskan waktu seharian bersama Luna. Luna menampilkan wajah pasrah nya. Ya karena bagaimana pun itu urusan Felix. Semuanya terserah keputusan Felix.

Karena sarapan telah selesai, Felix menggendong tubuh mungil Luna dan membawa nya kembali ke dalam kamar.

" Felix, kamu mau ngapain?" Luna mulai curiga.

" Aku hanya ingin berganti pakaian." Ucap Felix sambil tersenyum mencurigakan.

" Tidak usah di gendong juga kali. Semua orang memperhatikan. Kamu mencurigakan." Ucap Luna yang berada di atas gendongan Felix sambil memukul ringan dada bidang Felix.

" Tak apa." Ucap Felix yang tidak memperdulikan para bawahan nya yang diam-diam memperhatikan mereka. Akhirnya Luna hanya bisa pasrah.

Sesampainya di dalam kamar, Felix mendudukkan Luna di atas ranjang.

" Lalu apa kegiatan yang akan kamu lakukan sekarang?" Tanya Luna.

" Menghabiskan waktu seharian bersama mu." Ucap Felix.

" Apa yang akan kita lakukan?" Tanya Luna kembali. Mendengar pertanyaan Luna Felix malah tersenyum penuh arti ke arah Luna. Luna yang mengerti maksud dari senyuman itu langsung berdecak.

" CK, Felix aku serius. "

" Bagaimana kalau kita olahraga dulu bersama?" Tanya Felix.

" Ide bagus, aku juga ingin berolahraga." Jawab Luna penuh semangat. Lalu Felix pun berganti pakaian di depan Luna.

" Aku pakai baju mana?" Tanya Luna.

" Kemarin kalau tidak salah aku memilih kan satu set pakaian olahraga untuk mu." Ucap Felix. Felix langsung melihat paperbag dan benar saja ada. Luna juga berganti pakaian.

" Felix, aku ingin lari?"

" Lari kemana?"

" Maksudnya olahraga lari."

" Oh baiklah ayo, kita awali dengan lari pagi."

Setelah selesai, keduanya pergi ke halaman belakang yang juga memiliki trek lari yang luas. Seperti biasa semua anak buah Felix selalu menyapa dan menyambut kedatangan bosnya dimana pun kapan pun. Semua anak buah Felix sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

" Wuah, disini segala ada ya. Luar biasa." Ucap Luna yang kagum melihat trek lari didepan matanya. Luna hanya pernah melihat yang seperti itu di tv.

" Masih banyak yang harus kamu lihat. Nanti kita akan susuri semuanya." Ucap Felix yang entah kenapa hatinya serasa menghangat melihat Luna yang terlihat begitu ceria dan bersemangat. Dimana hati dingin dan kejamnya? Saat bersama dengan Luna, Felix merasa dirinya malah menjadi jiwa yang berbeda. Mendengar perkataan Felix, mata Luna semakin berbinar dan Luna langsung mengangguk penuh semangat.

" Felix ayo kita berlomba lari satu putaran dulu. " Ucap Luna yang malah menantang Felix. Felix tertawa mendengar ajakan Luna.

"  Haha tidak sayang, kamu akan kelelahan. Kita lari santai saja bersama." Ucap Felix. Seorang gadis kecil menantang seorang ketua mafia untuk lomba lari satu putaran.  Sungguh itu suatu lelucon yang menggelikan bagi Felix.

" Ah aku tidak mau. Itu tidak seru. Ayo lah Felix. Aku mau yang seru-seru." Ucap Luna memaksa. Mendengar rengekan Luna, Felix tidak bisa menolak.

" Baiklah baiklah." Akhirnya Felix menyetujui. Tapi Ia berfikir untuk tidak terlalu serius dengan tantangan kekasih mungilnya itu.

1 2 3

Mereka pun mulai berlari. Luna langsung berlari dengan cepat sedangkan Felix biasa saja. Tapi ternyata lari nya Luna sangat cepat, hingga Felix juga berusaha mengejar. Ketika Felix mendekat, dengan lincah Luna semakin mempercepat larinya.

" Sayang, kamu jangan terlalu cepat nanti kamu kelelahan." Teriak Felix. Para anak buah Felix malah menonton mereka.

" Felix ayo kita lomba nya menjadi tiga putaran." Teriak Luna.

Wuuuuhuuuuuu......

Para anak buah Felix malah bersorak. Hingga anak buah yang lain ikut berdatangan begitu juga dengan kesepuluh anak buah kepercayaan Felix.

Ayoooo.... Ayooo.... Ayoooo.......

Semuanya semakin bersorak menyemangati bos dan nyonya bos mereka.

" Apa yang mereka lakukan. Sialan." Ucap Felix yang semangatnya terbakar mendengar teriakkan para bawahan nya.

" Apa yang bos kita lakukan?" Tanya Rycko yang baru datang.

" Lihat lah, bos kita si mafia sangar sedang lomba lari dengan nyonya kita." Ucap Syerin.

" Wuah luar biasa." Ucap Rey.

" Aku akan mendukung nyonya. " Ucap Sam.

" Aku juga." Ucap Alex.

Ayo nyonya bos semangat...... ( Teriak mereka kompak )

" Ada saatnya seorang gerombolan mafia pun bertingkah kekanak-kanakan." Ucap Rezza.

Felix mengejar dan mendahului Luna. Luna tidak ingin kalah, badannya yang kecil meluncur dengan cepat mengejar Felix hingga mereka sejajar.

" Sayang, haruskah aku mengalah?" Ucap Felix sambil terus berlari.

" Tidak. Ayo kita bertanding dengan serius. Yang kalah dihukum." Teriak Luna sambil berlari lebih cepat hingga mendahului Felix. Felix terkejut ternyata ia memiliki kekasih seorang gadis yang aktif. Segera ia berlari mengejar Luna. Semua orang semakin bergerumul dan bersorak. Entah kenapa, itu membuat semuanya merasa senang. Keseharian yang biasa mereka lakukan dengan serius tanpa canda tawa ketika Luna datang serasa membawa aura yang berbeda bagi mereka. Terasa menyenangkan, pantas saja bos mereka jatuh cinta kepada Luna pikir mereka.

Hingga pada akhirnya pemenang nya ternyata adalah keduanya. Felix dan Luna sampai dengan bersamaan. Mereka langsung membaringkan tubuh mereka yang penuh keringat di teras. Berarti bisa dipastikan, keduanya sama-sama kuat dalam berlari. Dan itu sangat luar biasa. Seorang gadis muda bertubuh mungil mengimbangi kekuatan lari Felix yang merupakan seorang pria ketua mafia. Semuanya bersorak riang melihat keduanya menang dengan cara bersamaan. Segera Cassandra dan Cindy membawakan air minum untuk keduanya. Yang lain kembali ke posisinya masing masing. Sungguh hiburan yang seru di pagi hari, pikir mereka.

Felix dan Luna segera minum air, tenggorokan mereka terasa kering. Nafas mereka ngos-ngosan dan keringat membasahi sekujur tubuh mereka.

" Sayang, kamu luar biasa. Kenapa kamu lari begitu cepat?" Tanya Felix dengan nafas yang ngos-ngosan.

" Bukan kah aku keren. Aku suka lari. Dari dulu aku sering juara lari disekolah.” ucap Luna dengan nafas yang tak kalah ngos-ngosan.

" Kamu benar-benar hebat."

" Kita seri. Tidak ada yang kalah." Ucap Luna.

" Memangnya kalau aku kalah, kamu ingin memberikan hukuman apa?" Tanya Felix.

" Mmmm, entah lah aku juga belum kepikiran." Ucap Luna polos. Felix hanya tersenyum mendengar jawaban Luna.

Beberapa saat mereka beristirahat, menyetabilkan kembali nafas dan tenaga mereka.

Pesona Tuan Felix 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang