bantuan

7.2K 1K 371
                                    

tw// harsh words, mature, ⚠️

—buas—

"mau tidur sekarang ga Ju?" tanya Jeongwoo sembari menuruni tangga, si tampan itu baru saja mengganti pakaiannya dengan kaos santai dan celana pendek. pssst, sebenarnya Jeongwoo juga sengaja naik ke kamar untuk meminum obat, kepalanya tiba tiba terasa sangat sakit, sepertinya karena kelelahan.

yang ditanya tak menjawab, sebab rupanya-- Junghwan sedang sibuk teleponan dengan seseorang di sofa.

"lo dimana sekarang ci?"

"....."

"tunggu disitu, jangan kemana mana. gue kesana ya, gue dateng kesana."

tuuut--

panggilan itu dimatikan sepihak oleh Junghwan, lantas si pemuda mengedarkan pandangannya mencari Jeongwoo.

"ada apa?" tanya sang pria berbahu lebar menghampiri.

terlihat jelas ekspresi panik pada wajah Junghwan, membuat Jeongwoo mengernyitkan alisnya bingung.

"lo kenap--"

"gue mau keluar sekarang, tolong."

"hah?"

"Mashiho nungguin gue, gue mau pergi sekarang. gue janji gue pulang lagi kesini. tolong bukain pintunya--"

"gua anter."

Jeongwoo tak mengerti apa yang sedang terjadi, namun ia tak mau banyak tanya sebab waktunya tak tepat. jadi sosok pria tampan itu segera mengambil kunci motornya di atas meja dan berjalan mendahului Junghwan untuk membukakan pintu.

"ambil jaket gua yang ngegantung di kamar, gua panasin motor dulu."
















































"ini jaketnya, ayo buruan, temen gue kenapa napa." Junghwan memberikan jaket kulit hitam itu kepada Jeongwoo. dengan gelisah dan tak sabaran pemuda itu menginjak injakkan kakinya ke bumi, ia benar benar khawatir akan Mashiho.

"gua ngebut nanti." jawab yang lebih tua serius, tangannya menerima jaket tersebut-- namun sedetik kemudian ia justru memakaikan jaket kulit itu pada yang lebih muda.

ya, Jeongwoo memakaikan jaketnya untuk Junghwan.

tentu saja, si manis membelalakkan matanya terkejut. benar benar tak menyangka bahwa Jeongwoo menyuruhnya mengambil jaket itu untuk dikenakan oleh Junghwan sendiri.

"terus lo ga pake jaket---"

"tutup pagernya." pria berbahu lebar itu menyela ucapan yang lebih muda, dengan tergesa Jeongwoo menaiki motor gedenya dan keluar dari teras. membiarkan Junghwan yang masih menatapnya kebingungan.

cukup, ini bukan waktunya untuk menjadi lambat. dengan segera pun Junghwan berjalan menghampiri Jeongwoo, tak lupa menutup pagar.

ini agak memalukan, namun Junghwan tak punya pilihan lain selain membiarkan Jeongwoo mengantarnya. dan kali ini matanya lagi lagi membelalak melihat Jeongwoo membungkuk demi membukakan pijakan kaki di motor untuk Junghwan.

buas; iksan boys [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang