04 | Sampai Di Jakarta

56 5 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa tekan 🌟 ya
Follow akun author nya juga hehe















Hari ini hari Senin hari dimana Naya dan Disa akan melamar pekerjaan. Dengan bermodalkan berkas-berkas yang diinformasikan oleh Andin -teman mereka saat SMK- mereka pun berangkat ke Jakarta. Seperti biasa Naya pun menunggu Disa di gapura, dan kali Naya diantar oleh Pak Rahmat. Karena mereka akan melakukan perjalanan yang lumayan jauh jadi harus pagi-pagi sekali untuk berangkat. Menunggu Disa itu sama seperti menunggu gebetan peka. Naya menaikkan resleting jaketnya karena udara yang terlalu dingin menusuk ke kulitnya. Tidak banyak orang yang berlalu lalang apalagi ditambah minimnya penerangan lampu membuat kesan pagi buta itu semakin terasa. Pak Rahmat dan Naya memerhatikan ke depan berharap motor yang yang sana adalah Disa namun dugaan mereka selalu salah. Beberapa kali motor melintas di depan mereka, tetap saja bukan Disa. Tetap saja Disa adalah Disa yang selalu terlambat. Naya mengeluarkan handphone nya dari dalam tas nya lalu memberi tahu Disa lewat pesan what apps bahkan ia melakukan spam tetapi tidak digubris oleh Disa.

"Gimana Nay?" tanya pak Rahmat

"Nggak di bales pak sama Disa" jawab Naya.

"Di telpon dong Nay, jangan-jangan dia belum bangun lagi Nay. Apa mungkin dia lupa?" tebak Pak Rahmat. Naya juga bingung mau jawab seperti apa.

"Naya juga nggak tahu pak" ujar Naya seraya menelpon Disa. Berdering namun tidak diangkat oleh Disa. Tabiat Disa tidak pernah berubah selalu seperti itu. Setelah sekian lama akhirnya ada balasan dari Disa.

Disay Disuy
Otw nih!

Naya mengumpat dalam hati. Manusia itu tetap sama saja. Menjengkelkan! Naya mendengus berkali-kali. Melihat hal itu membuat pak Rahmat ikut menghela napas.

"Temenmu itu niat nggak sih Nay?" ujar pak Rahmat dengan nada kesal.. Naya juga ikut bingung mencari jawabannya.

"Sabar aja pak paling bentar lagi" Naya mencoba meyakinkan bapaknya.

"Kalau emang dia nggak niat. Mending kita pulang aja. Kasian kamunya udah nunggu lama malah temenmu kayak gitu"

"Sabar pak sabar"

"Nggak mau orang sabar pantatnya lebar. Jadi apa bapak kalau pantatnya lebar" Pak Rahmat tetaplah pak Rahmat. Apapun keadaannya beliau akan tetap dengan celetukan lawaknya.

"Ya jadi seksoi pak. Bahenol gitu" gurau Naya yang diakhiri dengan gelak tawa.

"Sembarangan aja kalau ngomong! Eh tapi pak Hari tetap pemenangnya, secara pak Hari kan pria paling bahenol sekampung kita" Naya tidak bisa menahan gelak tawanya.

Tiba-tiba saja Disa dari berlawanan dengan mereka. Dengan cengiran khasnya seperti orang tak punya dosa. Naya pun turun dari motor bapaknya dan beralih ke motor Disa. Setelah melakukan salam perpisahan mereka pergi ke arah yang berbeda. Pak Rahmat yang kembali rumahnya sementara Naya dan Disa melakukan perjalanan ke Jakarta. Perjalanan ke Jakarta memakan waktu dua jam selama tidak macet.

"Lo lama amat sih anjir. Bapak gue marah-marah tau!" cetus Naya memulai percakapan.

"Ya sori. Namanya juga perjalanan jauh" ujar Disa membela diri.

"Perjalanan jauh nenek lo salto!"

"Nenek gue udah nggak bisa salto udah di balik papan" kata Disa dengan dark joke nya.

"Dark joke banget lo anjir!" pekik Naya, sementara Disa malah tertawa terbahak-bahak.

Mereka pun mengakhiri pembicaraan tersebut agar Disa bisa lebih fokus menyetir motornya. Udara dingin semakin menusuk apalagi saat Disa menaikkan kecepatannya. Naya memeluk dirinya sendiri, sementara Disa tidak bisa melakukan apapun selain fokus menyetir.

"Wohoo dingin banget!" pekik Disa ditengah-tengah perjalanan mereka.

"IYAA KAYAK SIKAP DIA KE GUEE" balas Naya dari belakang.

"LO KALAU TERIAK JANGAN DI KUPING GUE! LO PIKIR GUE CONGEK APA!" teriak Disa tak terima.

"YA MAAP! GUE NGGAK TAU!"

"UDAH DIBILANG JANGAN TERIAK DI KUPING GUE!" balas Disa dengan teriakan juga.

"Iya-iya"

--MDAM--

Sesampainya disana Naya dan Disa takjub melihat orang-orang yang mungkin ribuan datang berbondong-bondong ke sana.

"Buset rame amat, pasar baru nih!" celetuk Naya.

"Duh norak kelihatan kan kalau selama ini lo cuma ndekem di rumah" cibir Disa.

"Enak aja gue itu anak rumahan tau!" Kata Naya membela diri.

"Anak rumahan hanya pengalihan isu aslinya lo nggak punya duit kan?" Ledek Disa. Yang diledek malah nyengir bak tak punya dosa.

"Kok tua?"

"Enak aja tua! Gue gue aja masih imut-imut gini"

"Iya Disa imut, Disa ih mirip marmut" balas Naya.

"Sembarang lo! Eh nggak ada lahan kosong apa yak ini?" ujar Disa setelah sadar akan satu hal. Mereka belum menemukan tempat parkir untuk motor Disa.

"Lah, ngapain nyari lahan kosong?"
"Mau gue jadiin mix*e! Pake nanya lagi! Ya mau cari tempat parkir lah Naya" kesal Disa.

"OH!"

"Oh doang? Bantu cariin kek"

"Orang dari tadi gue nggak lihat lahan kosong. Eh itu Nadia nggak sih?"

"Mana sih?"

"Itu loh punya mata di pake dong!" kata Naya seraya menunjuk Nadia.

"Lah iya si Nadia itu"

"Udah parkir dekat Nadia aja"
"NADIA!!!"

--MDAM--

Pengen sih kek orang-orang yang update tiap hari, tapi apalah dayaku yang update setahun sekali, chuaks.

Jangan lupa vote dan komen

SALAM AUTHOR GAJE

PATI, 22 MEI 2023

Mimpi Dua Anak ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang